Tahun Baru di Jalan:)

Seharusnya kakak tak mengajakku keluar malam ini. Seharusnya bila kuabaikan pinta kakak, sudah sedari tadi diri memainkan kata menarikan jemari, menerbangkan pikiran dan mengungkap rasa, bukan malah terjebak di sini. Di bawah langit tak berbintang. Begitu kelabu. Awan saja enggan berarak. Mendung menggelayut diam-diam lalu perlahan menurunkan rintik. Kenapa tak sekaligus rintik itu berubah deras, biar malam ini semakin lengang. Seharusnya malam ini aku memilih mengurung diri di kos sembari bermuhasabah. Seharusnya.

Aku tahu, kak. Bukan maksudmu mengajakku turut menyaksikan percikan warna-warni yang membumbung tinggi di udara. Dan bukan cuma aku 'muslimah' yang kau panggil. Kakak Cahaya juga. Hanya kami berdua yang sering kesulitan menolak inginmu, sekalipun tanpa paksaan.

Pukul sepuluh lewat kau membawa kami pada bunda Lia yang sedang menyambut tamu. Di sana kutemui saudara-saudariku seikatan seaqidah. Kami disuguhkan sarabba' dan gorengan bakara (sukun). Rasanya memang mantap disesapi saat cuaca dingin menggigit tulang. Ketimbang ke Pantai Losari, rupanya kau ingin aku ditemani kakak Cahaya ikut bersilaturahmi ke rumah Ibunda.

Tapi kak, baru sekian menit menghempaskan bokong risau menghampiri. Sementara kau menikmati pertemuan itu, kulihat kakak Cahaya urung mendekam lama, aku pun sama. Maka di menit-menit menjelang 2013 berakhir, kami pamit lebih dulu, meninggalkanmu yang betah bercengkrama.

"kak, aku pulang"

"Sms kalau udah nyampe di kos" begitu pesanmu kujawab dengan satu anggukan.

Aku adik yang penurut, bukan?

Pukul 02.35 menjelang petang aku masih terjaga

Bukan. Aku bukan adik yang penurut. Hampir dua jam berlalu. Kita berpisah sebelum tengah malam. Aku tiba di kos pukul satu lewat. Sampai detik ini belum ada sms yang kulayangkan. Kuharap kau tak cemas. Sebab aku memang bukan siapa-siapa yang perlu kau cemaskan.

Karenanya aku sengaja indah menghubungimu ketika terjebak kemacetan panjang di jalan Urip Sumaharjo tepatnya depan kampus UMI. Ada apa?

Baiklah, akan ku ceritakan perjalanan pulang bersama kakak Cahaya yang normalnya tengah malam bisa di tempuh kurang dari setengah jam. Malam ini aku dan Kakak Cahaya berhasil menempuhnya selama setahun.

###

Sepanjang jalan suara-suara petasan sahut menyahut mengiringi roda motorku yang kian melaju, juga pijaran kembang api yang berlomba-lomba menghias langit tak berbintang. Di belakang, kakak Cahaya yang kubonceng berseru riang. Bisa kuterka bahagia yang ia rasa, mungkin sebab ini kali pertama ia menikmati pergantian tahun di atas motor. Indah, katanya. Gadis yang telah meraih gelar sarjana dan setahun lebih tua dariku itu semangat mengoceh takjub. Aku sendiri tidak lagi tergiur dengan pesona tahun baru. Serius. Rasaku terhadap malam pergantian tahun sudah mati sejak lama.

Karena aku hendak mengantar kakak Cahaya ke jalan A.P Pettarani, sengaja dari Antang aku menyusuri jalan lewat Adipura. Bunyi petasan dan kembang api semacam pinwheels, repeaters, rockets semakin riuh meriah. Di detik-detik pergantian tahun, kudapati malam kian mencekam berderai hingar bingar dunia.


Tepat pukul 00.00. Motorku terhenti. Di depan sana ratusan kendaaraan mengantri. Ah, kupikir hanya pantai Losari yang akan dipenuhi jutaan manusia demi melihat gerlapnya malam tahun baru. Ternyata fly over tak kalah ramai. Banyak pula yang melewati pergantian tahun di atas kendaraan.

Susah payah aku menerobos kendaraan lain mengambil jalan pinggir yang bisa dilewati motor namun mendadak motor ketika sebuah teriakan menggema.

"Awas, di depan sana. Orang-orang main busur".

"Busur?"

Tanpa komando motor-motor yang bersisian denganku berbalik arah. Tak menyangka, kemacetan malam ini berujung ricuh. Ratusan mobil dan ratusan motor yang seolah tersusun rapi, berhamburan di jalan. Aku gegas ikut membalikkan motor. Panik. Membayangkan para 'penjahat busur' berada di belakangku lalu melancarkan serangannya tanpa mengenal lawan maupun kawan, membuatku bergidik. Ngeri. Aku pernah membacanya di berita online, kejadian serupa kerapkali terjadi, tak jarang memakan korban bahkan insiden terakhir yang aku dengar seorang mahasiswa dikabarkan meninggal akibat ulah komplotan pembawa busur itu. Help me, My God. Untuk balik kembali rasanya sudah tidak mungkin. Jalan malam ini terlalu padat.

"Kak, gimana ni?"

"Tenang dek, jangan panik. Mending kita cari aman dulu"

"Dimana?"

"Ayo, kita kesana" tangan kakak Cahaya menunjuk sebuah bangunan. Kulihat banyak kendaraan masuk ke sana layaknya orang yang sedang mencari teduh.

Aku ketakutan. Badanku gemetaran memasuki area bangunan yang ditunjuk kakak Cahaya. Area tersebut berdampingan dengan bangunan lain, hanya di sekat pagar besi yang tingginya tak seberapa dengan sebuah pintu yang menghubungkan keduanya. Pintu itu menganga. Beberapa motor menyelinap masuk ke dalam. Tanpa pikir panjang, motorku ikut menyelinap. Kemudian terhampar sebuah area lebih luas yang tidak asing lagi di mataku. Sepertinya, aku sudah tiga kali menyambangi area ini. Benar saja, ternyata aku dan kakak Cahaya kini tengah berada di lingkungan RS Ibnu Sina. Rumah sakit tempat om aji, ponakan, dan tante ajiku pernah dirawat. Hmm untuk pertama kali aku masuk ke rumah sakit ini tanpa karcis.

Pengunjung ilegal? Ah, bukan. Aku dan kakak Cahaya sekedar mencari perlindungan, setidaknya disini para perusuh tidak sampai gila hendak menyerbu rumah sakit.

Sepuluh menit. Dua puluh menit. Keberadaan kami persis seperti orang yang bersembunyi di balik semak. Duh, kenangan seperti apa ini?

"Kakak, aku terjebak" lirihku peluh

Tiga puluh menit berlalu

"Dek, di depan kayaknya udah aman deh, ayo kita pulang"

Lha, bagaimana caranya pulang? Pintu yang tadi kami lewati udah tertutup sementara kami gak punya karcis masuk.

"Pak, tolong bukain pintunya dong, tadi kami masuk lewat sini" pinta kakak Cahaya pada seorang lelaki asing berbadan atletis yang berdiri di depan pintu pagar sebelah.

"Kok bisa?"

"Tadi ricuh pak, jadi kami lari masuk. Tadi juga banyak motor kok lewat sini" Jelas Kakak Cahaya

"Gimana yah dek, nanti dikira kita kerja sama"

"Pak, tolong lah, sekali ini saja, masa' tidak bisa"

"Bagimana kalau motornya parkir dulu di situ nanti saya yang seberangkan, biar security di sana gak curiga" Saran lelaki asing berbadan atletis itu. Kakak Cahaya mengangguk, sementara aku agak keberatan.

Tinggal bukakan pintu doang kok susah banget. Uhft, setelah berembuk sekian menit akhirnya aku ngalah dan menyerahkan kunci motorku, baru kemudian lelaki asing itu membukakan pintu pagar yang tak tergembok.

"Kalian duduk di sana ya" ucap lelaki asing menunjuk tempat lumayan jauh dari pagar.

Hah. Apa maksudnya? pengen nyebrangin motorku trus suruh kami menunggu jauh-jauh gitu. Oke. Saran yang baik.

"Sini, pak. Kunci motornya, biar kami lewat pintu pagar sana"

"Jangan dek biar saya yang seberangin. Saya security di sini kok"

"Gak usah, pak. Terima kasih" Kuraih kembali kunci motorku.

Nekat aku memilih lewat pintu keluar RS Ibnu Sina tanpa tiket, ketimbang menyerahkan motorku pada lelaki asing yang meskipun berusaha kutepis rasa curiga justru tingkahnya bikin aku semakin curiga. Ini bukan su'udzon. Apa salahnya berwaspada. Kan gak lucu paginya muncul berita Motor mahasiswi UIN dibawa lari orang tak di kenal di malam tahun baru. Pliiss deh, hidup di kota besar harus serba hati-hati .

Toh, kekhawatiranku dan kakak Cahaya akan ditahan atau didenda karena gak punya karcis pengunjung  tidak terjadi. Malah saat security-nya tahu kami menyelinap masuk karena ada insiden rusuh, kami dibiarkan melengos begitu saja.

Pukul 01.00
Aku membelah jalan A.P Pettarani setelah menurunkan kakak Cahaya di depan lorong rumah omnya. Lalu pulang membawa harapan pasti. Semoga hariku semakin bersinar:-)

###

" Kakak jalan ini sungguh menakutkan. Aku menggigil ketakutan menatap langit tak berbintang itu memancarkan warna ditemani hiruk pikuk yang memekakakkan telinga. Aku takut kak:')"

SELAMAT TINGGAL 2013
SELAMAT DATANG 2014

Makassar
31/12/13-01/01/14


6 komentar untuk "Tahun Baru di Jalan:)"

Comment Author Avatar
enak nih yang tahun baruan di jalan , di sana hujan nggak , btw seru abis kakak, meskipun rame , harus hati-hati kak biar barang2 kita gak hilang , ganbatte 2014 !!
Comment Author Avatar
ceritanya seru, kata-kata yang digunain agak puitis gitu, asyik bacanya,, hhmmm ya gitulah pergantian tahun, pasti jalanan ramai, udah resikolah kena macet, tapi serem juga kalau mest berhadapan sama apa tadi? busur busur gitu,,hhmm untung selamat ya :D
Comment Author Avatar
temen aku tahun baruan juga banyak yang hapenya ilanglah, dompetlah, helmlah.
emang harus hati - hati ya kalo rame - rame gitu ;D
Ceritanya seru kak :)
Comment Author Avatar
menutup tahun 2013 sedikit agak seram ya. malam tahun baru memang sering macet. itu malam tahun baru kok pada main busur? ada kerusuhan apa memang sudah jadi tradisi?
untung gak kenapa-napa.
Comment Author Avatar
aku taun baruan maen game~ aku nggak suka keluar dan macet~ *ini kok jadi curcol*
seram banget untung nggak kurang suatu apapun
Comment Author Avatar
aduh ngeri banget ngebayanginnya...busur itu kayak busur panah ya..ato ada busur yang lain yang pake bahasa makassar..?
btw ini cerita tapi pake bahasa puisi ya kayaknya...aku sempet bingung n ga paham dalam sekali baca... ahaha

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.