Maaf, Saya Golput

Malam menjelang pemilu. Kelima teman KKN saya sudah lebih dulu kabur dari posko, pulang ke kampung mereka masing-masing, sementara saya ditinggal sendiri di sini. Eh, bukan di tinggalkan sih. Lebih tepatnya saya sendiri yang ngotot tinggal di posko. Lagian kalau pulang, saya mau pulang kemana coba? Saya belum punya rumah di pulau ini. Masa' teman-teman saya pulang ke rumah mereka, saya pulangnya ke kos. Mending tetap tinggal di rumahnya pakde, tidur terjamin, makan terjamin, semuanya terjamin, mhuahaha.

Biasanya kalau ijin nginap di luar posko, kami bergiliran. Tidak pernah sampai serempak pulang semua. Baru kali ini. Secara besok kan pesta demokrasi. Hampir seluruh rakyat Indonesia dari Sabang-Merauke yang berumur 17 tahun dan memiliki KTP serta dapet undangan atau surat panggilan ke TPS bersangkutan akan menyalurkan suaranya untuk memilih pemimpin Indonesia masa depan yang dianggap layak entah berdasarkan uang atau hati nurani.

Nah, karena alasan tersebut, kelima teman KKN saya ah bukan cuma lima tapi semua mahasiswa KKN UIN angk. 49 yang jumlahnya mencapai ribuan dan tersebar di berbagai daerah yang ada di Sulawesi Selatan ini dapet tiket cuti khusus pulang kampung untuk memilih atau pulang untuk memilih di kampung masing-masing.

"Lha... kok lo gak ikutan pulang kampung, Cha? emang lo gak mau memilih atau jangan-jangan lo sengaja golput?

Iiihhh sapa juga yang mau golput. Kalau ditanya mah, malah saya pengeeeennn banget bisa menyumbangkan suara, saya pengeeennn ikutan nyoblos biar bisa selfie gitu dengan cap yang menghiasi bagian atas jari kelingkingku, hihihi Tapi, sayang sekali pemirsa. Saya gak punya alasan untuk pulang. Saya gak punya tempat memilih di sini. Kampung saya jauh, di Papua. Hak pilih saya ada di sana noh.

Masa' hanya untuk satu hari itu saya kudu jauh-jauh pulang kampung. Seandainya kampung saya tidak ditempuh melewati ratusan pulau, insya Allah pasti saya akan pulang dan menyumbangkan satu suara yang katanya amat berarti.

"Tanpa pulang pun, lo masih bisa memilih kok, Cha"

Iya... iya... saya tahu, pasti ada cara lain biar saya gak golput. Wong para TKI yang tinggal di luar negeri aje bisa nyoblos masa' saya yang tinggal dalam negeri kagek bisa. Gimana caranye? Nah, itu yang saya gak mudeng. Mungkin ada teknis atau prosedur tersendiri. Lagian gak ada yang ngasih saya petunjuk, gimana caranya biar mahasiswa pendatang yang kampungnya di ujung timur kayak saya ini bisa tetap memilih di kampungnya orang. (Emang bisa yaaa?)

Oke, sampai di sini. Saya rasa cukup, itu satu-satu alasan saya terpaksa golput. Bukan berarti saya termasuk golongan golput lho. Bedakan sengaja golput dan terpaksa golput. Pasalnya, saya sempat melihat kabar yang tersiar di medsos, katanya ada organisasi islam yang menyerukan pada seluruh kadernya untuk golput dengan alasan sistem demokrasi itu haram hukumnya dan pemilu termasuk di dalamnya. Di sisi lain saya sempat baca status salah satu kader dari organisasi tersebut ( tidak perlu sebut merek) yang menyatakan dirinya golput karena menurutnya memilih adalah suatu bentuk pertanggungjawaban. Jika kita salah memilih maka tentu kita yang akan bertanggungjawab atas pilihan kita. Dosanya pun akan berimbas pada kita. Apatahlagi, kader tersebut meragukan adanya pemilihan cerdas. Cerdas dalam artian murni memilih calon pemimpin bukan dikarenakan ada unsur paksaan, iming-imingan uang, ataupun hubungan keluarga dan bla..bla.. melainkan benar-benar memilih calon pemimpin yang emang pantas untuk dipilih, berkompeten, memiliki integritas tinggi dan bentuk kepedulian yang nyata di mata masyarakat.

Errmmm... tadinya saya sempat berpikir demikian. Jika saya diperbolehkan memilih, kira-kira saya bakal milih siapa, hayyoooooo? Bingung. Ahh... calegnya gak ada yang saya kenal. Mana saya tahu mana yang benar-benar peduli, mana yang benar-benar serius memperjuangkan hak rakyat dan mana yang hanya kejar jabatan. Yang jelasnya saya ogah milih caleg yang ber-money politic, yang terlalu banyak mengumbar janji, yang pergi ke dukun atau paranormal plus yang bikin acara dangdutan dan menampilkan perempuan-perempuan seksi di atas panggung. Tak ketinggalan caleg-caleg yang wajahnya terpampang di pohon-pohon pun saya coret dari daftar kriteria ideal caleg yang bakal saya pilih.

Lalu caleg yang mana dong yang bakal lo coblos?

Karena terpaksa golput so pasti gak ada yang saya coblos. Ihiks. Rada nyesek nih melewati hak pilih pertama saya begitu saja. Padahal kesempatan ini hanya datang lima tahun sekali. Uhft, tak mengapalah saya rela. Toh, mama saya di sana juga udah relain anak keduanya ini gak ikut memilih. Oia kembali ke masalah "salah memilih," bagaimana dong? Hmm... saya pikir kalau pilihnya gak ngasal atau gak ikut-ikutan doang kayaknya gak papa deh daripada *sengaja* gak milih sama sekali #Eh Wallahua'lam bisshawab deh. Tapi, coba bayangkan bila semua umat islam memilih golput hanya karena menolak sistem demokrasi yang sudah mengakar di negara kita, lantas siapa yang akan memilih pemimpin-pemimpin islam? Duhhh.. ini kok bahasannya makin berat. Oke.. skip.. skip. Sila pikir sendiri.

Eniwei, cuap-cuapan saya di catatan kali ini cukup sampai di sini dulu yeeeee. Saya gak bisa bercuap lebih lebar lagi. Bukannya saya sengaja bersikap apatis. Sama sekali tidak. Saya cinta dengan negara ini. Saya peduli dengan negara ini. Pun saya mengharapkan pemimpin yang berjuang di jalan Allah, yang benar-benar mendedikasikan dirinya untuk kepentingan rakyat di negara ini, bukan semata-mata ingin duduk di parlemen atau DPR/DPRD karena kepentingan dirinya sendiri.

Sekian,
Selamat pesta Demokrasi,
Selamat Mencoblos
Semoga kalian tidak salah pilih. Aamiin:)

Ps.

Bagaimana rasanya jadi mahasiswa KKN yang tinggal sendiri di posko, Cha?

Alhamdulillah, rasanya nano-nano. Walau teman-teman seposko saya pulang semua, saya tidak merasa sepi lho. Karena saya punya adik-adik manis yang selalu datang mengusik menemani kesepian saya di posko^_^

4 komentar untuk "Maaf, Saya Golput "

Comment Author Avatar
nggak papa sih,, golpot dengan asalan pulang kampung, yang penting bukan dengan alasan ketiduran atau sengaja aja hahaha

eh, tahun ini untuk pertama kalinya aku ikut pemilu lohhh
Comment Author Avatar
wah sayang banget ga bisa milih. tapi kan sebenernya orang dari luar kota tersebut tetep bisa milih walaupun dia ga berdomisili di kota itu. sekarang KPU mempermudah mengurus itu semua buat ngecilin angka golput :)
Comment Author Avatar
Tadi habis coblos, yang bikin bingung adalah milih foto orang yang gak jelas dari mana dan bagaimana. Harusnya tadi tanya anak saja, hehe. Anak kecil lebih polos.
Oke, di tinggal > satukan jadi ditinggal. Di tanya > ditanya. Harap bisa membedakan bahwa itu kata imbuhan bukan depan. Di ditulis terpisah jika merujuk tempat.
Comment Author Avatar
gakpapa kak zhie golput daripada milih tapi gak sesuai hati nurani hayoo mending golput kan kalo kaya gini? :))
anyway aku udah milih lho tadi, ini pemilu pertamaku :D

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.