Bukan Jodoh (Katanya)

Sebulan lalu aku sempat tertegun menatap beranda facebookku.

"Lho itu kan, Dini" gumamku keheranan ketika menangkap foto temanku yang terkenal paling smart di kelas terlihat mesra bersama seorang cowok asing. Dahiku seketika mengerut.

Sampai di situ aku hanya mengira-ngira bahwa lelaki yang membersamai Dini dalam foto tersebut adalah teman posko di lokasi KKNnya. Mungkin saja saat itu mereka berdua sedang jalan-jalan dan bukan kebetulan sengaja singgah di suatu tempat lalu berjepret-jepret ria, sekadar mengabadikan moment. Selanjutnya aku tak bertanya atau berusaha mencari tahu, padahal aslinya aku orangnya demem banget lho ngepoin semua temen nyata aku di medsos. Aku hanya merasa ada yang sedikit mengganjal dan sama sekali tak curiga.

Ah, bagaimana mau curiga? Yang kutahu Dini itu masih pacaran sama Angga. Mereka udah ngejalin hubungan sejak semester awal perkuliahan kami. Sudah tiga tahun berlalu, tujuh semester terlampaui. Boleh dikata, hubungan mereka cukup lama dan awet tak seperti. Aku sampai berani memprediksikan kemungkinan besar hubungan Dini dan Angga akan berlanjut sampai di jenjang pelaminan.

Nah, ternyata tebakanku agak meleset. Awal bulan ini, pasca penarikan KKN aku berpapasan dengan Dini di taman Kampus. Cewek smart itu tak sendiri rupanya. Ia ditemani dengan seorang cowok tinggi jangkung dengan tampang lumayan manis. Dan yang jelas cowok itu bukan Angga, tapi aku kok merasa familiar dengan wajahnya.

"Ah, iya... itu kan cowok yang foto berdua sama Dini"

"Dini udah gak jalan dengan Angga?" Tanyaku menyimpulkan saat kumpul bareng dengan beberapa teman cewek sekelasku.

"Ya ampun, Cha. Lho kemana aja. Mereka udah lama putus jawab Rima,  teman dekat Dini.

"Kapan, kok aku gak tahu"? Balasku dengan pertanyaan polos

"Lho ketinggalan banget sih, Cha. Mereka udah putus sebelum pembekalan KKN" sela Fina yang juga teman akrab Dini

"Ooooohhhh..."

Aku cuma mangut-mangut. Pikiranku refleks menerawang ke masa-masa pembekalan tepatnya pada statment yang sempat diutarakan salah satu dosen yang memberikan materi saat pembekalan KKN masih berlangsung.

"Ingat, di lokasi KKN rawan cinlok. Jadi, mending yang punya pasangan, putuskan saja dulu pasangannya"

Statment yang mengundang gelak tawa para peserta yang hadir saat itu, kedengarannya memang seperti lelucon dan kenyataannya memang terbukti. Pulang KKN banyak teman seangkatanku yang cinlok.

Mungkin Dini menjadi salah satu korbannya, dan entah berapa ratus atau ribu mahasiswa yang telah menemukan separuh "hati"nya di lokasi KKN. 

Niat aku nulis catatan ini emang gak pengen ngebahas masalah cinlok. Aku sekadar pengen share sedikit tentang opiniku terkait "mereka" yang udah pacaran bertahun-tahun lamanya namun akhirnya kandas di tengah jalan. Serupa cuplikan kisah di atas yang sengaja aku kutip sendiri (maaf tanpa minta ijin dan bukan pake nama sebenarnya).

Di sini aku bukannya ingin mengkritisi. Bukan hakku pula untuk membenarkan ataupun menyalahkan. Setiap orang punya pilihan hidup masing-masing. Kita tidak bisa memaksa orang untuk memahami apa yang kita pahami, apatahlagi sampai asal menjudge. Hanya saja aku miris dan merasa aneh dengan mereka yang sudah membangun hubungan dalam jangka waktu lama, lalu entah dengan alasan klise seperti apa memilih pisah dan (mungkin) semudah itu berganti pasangan. Sungguh, amat disayangkan.

"Bukan jodoh" begitu pasti tanggapan orang-orang di luar sana. Lagi, kalau kita bicara tentang jodoh, pada dasarnya selama apapun seseorang ngejalin hubungan dengan lawan jenis yang belum menjadi mahram, sekuat apapun berikhtiar dan sebanyak apapun doa-doa terlafalkan jikalau Allah berkehendak lain, maka belum pasti yang namanya pacar itu yang kelak bersanding dengannya di pelaminan.

Kalau begitu apa artinya sekian tahun lamanya pacaran bila ujung-ujungnya Putus. Sakit hati. Terluka. Perih.

Kini, aku hendak memungut satu-satu pelajaran yang bisa kuambil dari masa laluku yang kelam dan kisah-kisah percintaan orang lain. Kisah cinta Dini dan Angga bukan satu-satunya kisah yang kusaksikan. Toh, sekalipun mereka putus sekarang, kalau berjodoh pasti akan bersatu lagi di kemudian hari.

Sejatinya, jodoh adalah mutlak rahasia Allah. Lagi dan lagi Allah lah yang menentukan. Jika kita percaya pada-Nya tentu pacaran bukan satu-satunya cara tuk menjemput jodoh. Masih banyak cara lain, cara yang diridhoi Allah. Misal; dengan dijodohkan atau memilih jomblo (hayooo pilih yang mana? hehe)

Usah khawatir, insya Allah... biar Allah yang mengirimkan jodoh itu. Bukankah, tugas tulang rusuk yang hilang hanyalah menanti dengan penuh kesabaran hingga pemiliknya datang menemukannya.

Sayangi hati. Jaga hati.
Sayangi air mata. Jaga air mata
Cinta ini
Rindu ini
Kasih ini
Cukup berlabuh di peraduannya saja
Di waktu yang tepat.

Sekian.

Makassar, 140514

Posting Komentar untuk "Bukan Jodoh (Katanya)"