Review Film : BRAVE

Mengawali bulan agustus ini saya sengaja mereview sebuah film yang sempat saya tonton awal bulan lalu. Film yang disuguhkan pada malam ketiga ketika saya sedang mengikuti Diksuswati II, semacam kegiatan pelatihan keperempuanan yang diadakan oleh bidang IMMawati PC IMM kota Makassar. Oh ya, kalau masih ada yang asing dengan istilah IMMawati, mari saya perkenalkan dahulu. IMMawati itu sebutan untuk perempuan yang pernah dikader di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Beideiwei, karena sedang mengikuti pelatihan keperempuanan, saya menebak film yang akan diputar adalah sebuah film yang mengangkat tentang isu keperempuanan, dalam bayangan saya minimal kayak film "Perempuan Berkalung Sorban" atau sejenisnya. Ternyata tebakan saya keliru, jauh dari yang saya bayangkan. Film yang diputar malam itu bukan film indonesia, bukan film korea apalagi film barat. Pemerannya bukan manusia "betulan", tapi manusia animasi. Yup, benar sekali, ternyata film yang disuguhkan pada kami (peserta Diksuswati II) adalah film animasi kartun dan itu bikin mood nonton saya yang sempat menggebu-gebu nyaris raib seketika. Uhft, ketertarikan saya nonton film kartun sudah lama tenggelam, saya tidak ingat kapan tepatnya mulai tidak suka dengan semua film berbau kartun yang pernah saya favoritin semasa kecil.

Kalau saja steering gak memberi instruksi agar sebisa mungkin kami memperhatikan detail setiap adegan selama pemutaran film berlangsung, sebab akan ada sesi pertanyaan setelah itu mending saya milih memejamkan mata. Meskipun begitu, di sisi lain saya pun digelitik oleh rasa penasaran. Kira-kira apa hubungan film animasi tersebut dengan masalah keperempuanan. Sebuah instruksi dan rasa penasaran itulah yang akhirnya membuat saya tetap terjaga dan menyaksikan pemutaran film yang ditayangkan lewat LCD ketika waktu sudah menunjukkan lewat dari pukul 22.00 malam.

Awalnya, saya masih ogah-ogahan nonton, pertengahan mulai larut eh endingnya, speechless, saya sampai terpukau dengan mulut tercekat, tak bisa berkata apa-apa. Barusan kali itu saya nonton film animasi yang... duh, sepertinya saya harus membuat pengecualian untuk film yang satu itu. Saya akui, saya menyukai jalan ceritanya yang sederhana namun kaya akan pesan moral, karakter tokohnya yang unik, latar settingnya yang indah serta konflik yang cukup menguras emosi meski tidak sampai mengaduk-ngaduk perasaan.

Nah, ini dia film yang saya maksud :-D


BRAVE adalah film animasi bergenre petualangan fantasi. Film ini diproduksi oleh Pixar Animation Studio dan didistribusikan oleh Walt Disney Pictures. Brave pertama kali rilis di Seattle Internasional Film Festival pada 10 Juni 2012 dan tayang di Indonesia pada 22 Juni 2012. Dan saya baru menontonya tanggal 5 juli 2014. Oke, tak mengapa telat nonton yang penting sudah nonton daripada gak nonton sama sekali, ia kan? Hehehe

Brave berkisah tentang kehidupan Merida, seorang putri tunggal dari raja Fergus dan Ratu Elinor yang tinggal di Kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia. Adegan film ini diawali dengan penampakan Merida ketika masih kecil, putri berambut ikal kemerah-merahan itu diberikan sebuah busur dan anak panah oleh Fergus sebagai hadiah ulang tahunnya. Merida sangat senang mendapat hadiah tersebut meski ibunya sebenarnya tidak suka melihat Merida memegang busur karena dia adalah seorang putri.

Ketika sedang berburu di hutan, keluarga Merida diserang oleh seekor beruang buas hitam bernama Mor`du. Merida dan Ibunya, Ratu Elinor berhasil melarikan diri sementara Fergus berjuang melawan sang beruang berwarna hitam itu. Dalam pertarungannya, Fergus kehilangan kaki kirinya dan bersumpah akan membalas dendam serta membunuh beruang tersebut.

Bertahun-tahun kemudian Merida tumbuh menjadi gadis dewasa dan memiliki tiga orang adik kembar yang nakal, lincah, lucu, menggemaskan dan juga berambut ikal merah. Merida tumbuh dengan mewarisi bakat ayahnya, gemar memanah, memanjat tebing, dan berpertualang dengan kudanya. Tidak seperti putri raja yang biasanya bersikap lembut, bertutur kata halus, gemulai, Merida justru menampakkan sikap berbeda, tomboy, keras kepala, berantakan dan suka seenaknya sendiri.

Sesuai dengan tradisi kerajaan, ketika telah tumbuh dewasa, kedua orangtuanya, Raja Fergus dan Ratu Elinor hendak menikahkan putrinya dengan salah satu dari masing-masing putra sulung dari ketiga kepala suku (klan) utama dari Kerajaan Dunbroch.

Pada saat penentuan siapa yang berhak menikahinya, Merida yang menolak tradisi keluarga itu sengaja menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah. Siapa yang paling tepat memanah tepat di titik sasaran, dialah yang boleh menikahinya.

Ketiga putra sulung dari ketiga klan itu pada dasarnya tidak memiliki kemahiran memanah, sehingga Merida yakin mereka akan gagal memenangkan tantangan yang dia berikan. Sialnya, tanpa sengaja salah satu dari anak Klan berhasil melesatkan anak panah tepat di titik sasaran.

Hal tersebut membuat Merida marah besar, dia yang belum siap menikah secara terang-terangan menolak tradisi keluarga mereka dengan sikap yang tidak selayaknya ditunjukkan oleh seorang putri. Elinor yang sering mengajari putrinya tata krama tampak sangat kecewa. Mereka pun bertengkar hebat.

Puncak pertengkaran terjadi ketika Merida membelah permadani hias bergambar keluarganya yang memisahkan Elinor sehingga yang tersisa hanya gambar Merida, Fergius, dan ketiga adik kembarnya. Sementara Elinor yang turut emosi karena sikap Merida yang sudah keterlaluan melemparkan busur putrinya itu ke perapian.

Melihat busur kesayangan yang diberikan ayahnya itu dibuang, Merida marah, ia langsung meninggalkan istana dengan mengendarai kudanya, Angus, sedangkan Elinor dengan menyesal segera meraih kembali busur yang telah dilemparnya ke perapian.

Dalam perjalanan meninggalkan istana, Merida tersesat di tempat keramat yang terdiri dari beberapa batu tinggi yang berdiri berderet membentuk sebuah lingkaran, kemudian muncul will-o'-the-wisp makhluk mistis yang membawanya ke gubuk seorang nenek sihir. Pertemuan dengan si nenek sihir memunculkan ide gila di otak Merida yang sudah terlanjur kesal sama ibunya, sehingga tanpa pikir panjang Merida memaksa si nenek agar membuat ramuan yang bisa merubah pendirian Elinor yang bersikeras menikahkannya sesuai dengan tradisi keluarga leluhur mereka.

Setelah diberi imbalan barulah si nenek bersedia membuatkan mantra yang dibuat dari ramuan kemudian disihir dalam bentuk kue. Namun, tanpa sepengetahun Merida, ternyata si penyihir tua itu salah membacakan mantra. Merida sudah pergi jauh bersama Angus ketika Nenek sihir hendak memberitahukan kesalahan mantranya.

Sesampai di Kastil, Merida berpura-pura menyesal atas sikapnya yang sempat membuat dia dan sang ratu bertengkar dan sebagai tanda permintaan maaf Merida menyerahkan kue yang diperoleh dari nenek sihir pada Elinor. Elinor yang sama sekali tidak curiga dengan perubahan sikap putrinya pun memakan kue itu. Akhirnya ratu Elinor memang berubah. Tetapi bukan pendiriannya, fisiknya yang berubah. Ratu Elinor berubah menjadi beruang hitam betina besar. Bahkan bukan hanya sang ratu saja yang berubah, ketiga adik kembar Merida tak sengaja ikut memakan kue yang dibiarkan tergeletak di meja saat Merida dan Ratu hendak mencari jalan keluar dari kastil, akibatnya mereka juga berubah menjadi tiga ekor beruang kecil.

Nah, dimulai lah petualangan Merida yang berjuang untuk menghilangkan kutukan yang menimpa sang ibu. Selanjutnya, cerita semakin seru. Sebagai penonton yang awalnya tidak suka film animasi saya ikut larut menyaksikan perjuangan Merida ketika berusaha menyembunyikan ratu Elinor dari sang ayah yang mempunyai dendam akan membunuh setiap beruang yang dijumpainya akibat pertengkarannya dulu dengan beruang bernama Mor'du. Begitupun ketika Merida membawa ibunya yang telah berubah menjadi beruang ke gubuk nenek sihir, namun sesampai di sana gubuk itu menghilang dan nenek sihir yang dicari hanya meninggalkan petunjuk, sebuah pesan teka-teki kepada Merida. Nenek sihir itu mengatakan bahwa "Takdir bisa diubah, jika sang putri bisa memperbaiki ikatan yang dirobek oleh keangkuhan"

Secara keseluruhan alur cerita film Brave keren, seperti yang saya kemukakan di atas, sederhana namun kaya akan pesan moral. Terutama pesan tentang hubungan seorang anak dan orang tua, khususnya ibu. Saat menonton film ini dan sampai pada adegan ketika Elenor berubah menjadi seekor beruang betina besar saya mencoba membayangkan bagaimana perasaan ratu itu ketika tahu putrinya sendiri yang tega membuat ia kena kutukan sihir. Saya pikir Elenor akan mengamuk, apalagi dengan tubuhnya yang membesar ia bisa saja melampiaskan kemarahannya dengan menyerang Merida. Namun hal tersebut tidak ia lakukan karena meski fisiknya telah berubah menjadi seekor hewan jiwa yang ia miliki masihlah jiwa seorang ibu. Beruntunglah, karena menurut saya film animasi yang dibumbui dengan adegan-adegan fantasi kurang memainkan perasaan penonton beda halnya dengan film yang bukan animasi, kenyataannya film ini berhasil membuat saya ikut terharu diending (nyaris berkaca-kaca).

Selain menimbulkan rasa haru, di film ini juga terdapat adegan kocak yang mengundang tawa penonton, yaitu ketika ketiga adik kembar Melida yang telah berubah menjadi tiga ekor anak beruang membantu Melida dan Beruang hitam besar yang tak lain adalah Elenor keluar dari kastil dengan mengelabui Raja Fergus beserta prajuritnya.

Adegan semakin menegangkan saat Raja Fergus mendapati beruang betina besar berada dalam kastilnya. Fergus mencoba untuk memburu beruang tersebut namun segera dihalangi Melida dengan meyakinkan ayahnya bahwa beruang itu adalah ratu Elenor, namun sang ayah tak percaya. Sampai akhirnya Beruang itu berhasil keluar dari kastil sendiri kemudian dikejar oleh raja Fergus serta prajuritnya.

Lalu apa yang terjadi? Apakakah Raja Fergus berhasil menangkap beruang itu? Bagaimana cara Merida menghilangkan kutukan sihir pada diri sang ratu? dan akankah Ratu Elenor beserta ketiga adik kembar Melida kembali menjadi manusia seperti semula?

Well, saya tidak akan memaparkan secara detail setiap adegan dalam film ini. Jadi, bagi yang pernah nonton film animasi ini pasti bisa tebak sendiri endingnya bakal seperti apa? dan bagi yang belum silahkan dicari filmnya, trus sediakan waktu menonton kurang lebih satu setengah jam lalu simpulkan sendiri:-D

Selanjutnya, saya akan ulas sedikit-banyaknyanya kekurangan dan kelebihan dari film Brave. Kalaupun ada kekurangan dari BRAVE, itu karena alurnya yang terlalu sederhana sehingga bagi sebagian orang mungkin ketika menontonnya akan berpendapat bahwa film ini tidak begitu menarik. Konflik yang ada mudah diselesaikan, cara memusnahkan mantra yang menimpa Elenor dan ketiga putra kembarnya pun mudah ditebak.

Kelebihan film BRAVE sendiri terletak pada pesan moralnya. Pesan yang saya tangkap dari film ini bukan hanya tentang bagaimana Elenor dan Merida seharusnya saling memahami agar terjalin hubungan yang baik diantara mereka. Saya tidak memandang bahwa pesan yang ingin disampaikan penulis cerita atau si pembuat film sekedar menyangkut hubungan emosional antara ibu dan putrinya. Sebaliknya, saya mencoba melihat dari sisi yang lain dan yang saya temukan adalah PEREMPUAN.

Merida adalah seorang putri yang memiliki jiwa petualang, mahir memanah, lincah menunggang kuda, dan pandai mendaki tebing. Hal tersebut jauh dari kesan seorang putri raja. Di sisi lain ibunya mengharapkan agar Merida berbudi pekerti halus, bertutur kata lembut, berbusana selayaknya tuan putri dan bersedia menjalankan prosesi pernikahan yang sudah berlaku turun temurun dari leluhur kerajaan Dunbroch.

Pertentangan yang terjadi antara kedua perempuan itu __dimana sang ibu memaksakan kehendaknya sementara sang anak tidak ingin kehidupannya diatur__ membuat Mirada akhirnya melakukan pemberontakan. Dia tidak ingin kehidupan, jodoh, dan takdirnya dipaksakan biar dia sendiri yang tentukan. Pemberontakan itulah yang akhirnya menjerumuskan Merida pada petualangan yang belum pernah dia jumpai sebelumnya.

Serupa judulnya, BRAVE yang artinya BERANI. Ternyata kunci mengubah takdir Merida agar tidak menikah sesuai tradisi leluhur tidak musti denga cara memberikan mantra untuk mengubah pendirian sang ibu, melainkan terletak pada keberaniannya sendiri mengubah takdir itu.

Dari sini saya dapat menyimpulkan bahwa Perempuan punya hak menentukan pilihan hidupnya sendiri tanpa kekangan dari siapapun termasuk orang tua. Sekalipun ia berhadapan dengan sebuah tradisi yang sudah turun temurun (mungkin kisahnya mirip Siti Nurbaya) asal si perempuan Berani maka ia akan mampu mengubah takdirnya. Tentu berani dengan cara yang benar. Kisah diatas sudah menujukkan keberanian Merida, sayang dia melakukannya dengan cara yang salah, dengan meminta pertolongan nenek sihir. Dari kesalahan (Merida) pun kita bisa memetik sebuah pelajaran bukan?

Terakhir, film Brave ditutup dengan sebuah pertanyaan dari Putri Merida

"jika kamu mempunyai kesempatan merubah takdirmu, akankan kamu ambil kesempatan itu?"

Baiklah, saya akan menjawabnya dengan mengutip ayat berikut;

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS Al-Ra’d [13] ayat 11)

Wallahua'lam bisshawab.

Sekian,
Agustus, Jadilah perempuan yang pemberani^_^


posted from Bloggeroid

2 komentar untuk "Review Film : BRAVE"

Comment Author Avatar
kayaknya filmnya rame, recommended banget nih. sayangnya belum nonton filmnya alias belum download ._.v *eh
Comment Author Avatar
waahh, pertamanya males ngeliat tapi begitu ngeliat reviewnya alamaaaaaaaaaaaaakk panjang abisss...dan alhamdulillah yah kita bisa bebas sebagai wanita..aku juga selalu dibebaskan oleh Bapak dan Ibu, dibebaskan mencari tujuan hidup dan melanglang buanaaa...horaaayyyyy...hidup wanita!

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.