[Review Buku] SYABAB

Bismillahirrahmaanirrahiim



Judul buku : Syabab
Penulis : Paresma Elvigro
Genre : Non Fiksi Islami
Penerbit : Qibla
Tebal : 293 hlm  
Tahun Terbit : 2014

Yang terlintas pertama kali dalam benak saya ketika menatap buku ini adalah sebuah tanya, sebab judulnya yang cukup menggelitik rasa penasaran, “Apa itu Syabab? Mungkin, karena satu kata yang terdiri atas enam huruf itu masih tampak asing dalam penglihatan saya  atau lebih tepatnya saya baru mengetahui ada kata bernama SYABAB dari buku terbitan Qibla ini. Ketika menengok cover belakangnya barulah saya sedikit ngeh’. ”

Dalam islam, definisi pemuda diambil dari kata Syabab yang berarti kekuatan, baru, indah, tumbuh, serta awal dari segala sesuatu. Syabab juga dimaknai sebagai akar dari sikap optimis dan positif yang seharusnya menjadi watak pemuda sejati, dan wujud keimanan terhadap Allah SWT.

Oh, ternyata syabab itu istilah pemuda dalam islam dan umur segini saya baru tahu. Parah.Duh, jadi berasa ketingalan banget. Tapi gak papa deh, telat tahu daripada gak tahu sama sekali. Pertanyaan tentang Syabab yang sudah terjawab itu tidak lantas menyudahi rasa penasaran saya. Syukur Alhamdulillah karena pertemuan perdana saya dengan SYABAB di Gramedia Mall Panakukang Makassar Desember tahun lalu bukanlah yang pertama dan yang terakhir. Rupa-rupanya saya berjodoh dengan buku bersampul hijau tosca nan elegan ini, dengan terpilihnya saya sebagai salah satu peserta yang menang dalam #GiveawayParesma sehingga saya pun berhasil mendapatkan hadiah berupa  buku Syabab plus tanda tangan dan dikirim langsung oleh penulisnya, mbak Paresma Elvigro ^_^

Serupa judulnya, buku ini memuat bahasan tentang PEMUDA yang ditinjau dari aspek psikologi dan agama. Tidak hanya itu, buku ini juga memberi banyak motivasi dan inspirasi. Sebagaimana kita ketahui, peran pemuda dalam suatu bangsa sangat urgen, sebab di tangan pemudalah kemajuan atau kehancuran bangsa ini ditentukan. Bisa  dibayangkan, bila hari ini pemuda-pemuda yang ada di negeri kita adalah pemuda-pemuda yang rusak akhlaknya, yang mengedepankan hawa nafsu dan masa bodoh dengan agama maka nasib bangsa ini di masa mendatang sudah pasti bisa diramalkan. Kalau saya tidak salah tebak, buku ini sepertinya lahir dari keresahan penulis melihat kondisi real pemuda saat ini yang jauh dari tipe pemuda idealis.

Tipe pemuda idealis itu adalah mereka yang aktif, produktif, kreatif, penuh semangat, penuh prestasi, tidak pantang menyerah, berakhlak mulia, cetar membahana dan melanglang buana (hal. 1)

Kenyataannya di sekitar kita ada begitu banyak pemuda yang malah terjerat kasus narkoba, pergaulan bebas, aborsi, ikut tawuran, melakukan demo anarkis dan lain sebagainya. Belum lagi pemuda yang terjerumus hanya gegara minder alias merasa tidak gaul kalau belum pacaran, belum sentuh-sentuhan dengan kekasihnya, atau merasa tidak gentle kalau belum merokok dan minum-minuman berakohol. Padahal kan,  yang namanya gaul itu syaratnya  tidak musti pacaran dulu, minum-minum dulu, ngeseks dulu, berfoya-foya dulu, dkk.

Zaman sekarang memang  menuntut kita terutama para pemuda untuk hidup gaul (biar gak ketinggalan jamen katanye), tapi gaul sendiri tidak selamanya lho menjerumuskan. Ada kok gaul yang justru menyelamatkan dan insya Allah jika gaul yang seperti itu yang diterapin niscaya akan menuntun kita ke jalan yang benar. Pergaulan yang semacam itu dijelaskan terperinci dalam buku Syabab. Panduan Gaul Syari Muda-Mudi Muslim Masa Kini.

Menurut saya, Syabab adalah jawaban dari luapan keresahan dan bentuk kepedulian penulis terhadap pemuda masa kini. Buku ini sarat makna. Dari halaman awal sampai akhir permasalahan-permasalahan umum yang dialami pemuda diungkit lalu diberikan solusinya. Oh ya, pemuda yang dimaksud dalam buku ini dikhususkan untuk rentang usia remaja yaitu 12-20 tahun. Hmm… umur saya sekarang sedang berjalan menuju angka 23, berarti saya tidak tergolong pemuda atau remaja sesungguhnya yang dimaksud dalam buku ini dong. Jadi rada sedih deh, mengapa setelah masa remaja saya berakhir saya baru menemukan buku sebagus dan sekeren ini, yang seolah mampu menjawab semua permasalahan-permasalahan yang pernah saya alami selama rentang waktu itu. Namun, tentu saja meskipun pemuda yang dimaksud dalam buku ini bukan berbicara tentang mereka yang berumur 21 tahun ke atas, esensi dalam buku ini tidak hilang kok, dalam artian siapa saja dan berapapun umurnya tetap bisa memetik pelajaran berharga dari membaca buku ini, terlebih bagi orang tua maupun calon orang tua agar kelak bisa lebih memahami sang buah hati ketika menginjak usia remaja.

SYABAB  terdiri atas dua puluh topik yang semuanya menarik untuk ditelusuri satu per satu, sebab di setiap topik kita akan menemukan banyak makna . Apalagi ada beberapa topik yang judulnya begitu unik, seperti; Masbuloe, Efek Jagoan Neon, Glamorous Scandal, Kunang-Kunang, Statusisasi binti Move-on-isasi, Talinya Putus Digigit Tikus, Arisan Ratu Sejagad, dan Padamkan Kompor Rumahmu. Judul-judul tersebut kelihatannya tidak sekedar unik tapi juga aneh dan tentu menimbulkan tanda tanya di benak pembaca. Selain itu, dalam setiap problem pemuda yang dibahas dalam buku ini selalu disertai dengan tips-tips bermanfaat. Jadi, penulis buku ini tidak hanya menyoroti para pemuda dengan masalah kebobrokan moral mereka tapi juga membantu mereka keluar dari problem tersebut dengan memberi panduan yang sesuai dengan ajaran agama.

Memang, agama adalah solusi terbaik dalam menuntaskan permasalahan apapun. Termasuk dalam menghadapi tingkah remaja yang masih sangat labil. Hal ini sejalan dengan pendapat Adam & Gullota yang menyatakan bahwa agama menyajikan kerangka moral sehingga seseorang bisa membandingkan tingkah lakunya serta menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia. Lebih dari itu, agama juga menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi remaja yang sedang mencari eksistensi dirinya. Agama-lah yang menjadi salah satu factor pengendali penting terhadap tingkah laku remaja sebab ia adalah pedoman hidup. (hal 99)

Selain dilengkapi tips-tips bermanfaat, buku ini dihiasi pula dengan pedoman hidup kita sebagai pemuda islam, yakni penjabarannya disertai dengan dalil-dalil dalam Al-Qur’an maupun hadis, sehingga nuansa islami dalam buku ini benar-benar hidup (terasa). Pun semakin menambah warna dalam buku ini karena penulis turut menyelipkan kisah nyata inspiratif dari beberapa orang yang bersedia membagi kisahnya, tentang hijab pertama, perjalanan panjang menjemput hidayah, dan kisah masa remaja yang cukup menggugah.

By the way, saya suka dengan semua topik yang dibahas dalam buku ini, mulai dari memahami pengertian syabab hingga mengenal syabab yang dirindukan. Namun jika ditanya topic mana yang paling saya suka, maka Statunisasi binti Move-in-isasi adalah jawabannya. Topik ini membahas tentang hubungan lawan jenis yang sudah membudaya di kalangan remaja. Apalagi kalau bukan pacaran. Uhuk, Mungkin karena saya pernah berada di posisi yang sama, terlena dengan cinta yang semu dan pada akhirnya memilih Move on karena menyadari bahwa pacaran itu gak ada artinya sama sekali. Serius pake banget. Bukti-bukti yang menunjukkan mudharatnya sebuah hubungan yang dijalin sebelum ijab Kabul juga banyak (coba saja intip di halaman 144).

Kalau kata mbak Paresma nih, pacaran itu dapat diibaratkan seperti sebuah motor yang menerobos tiang pembatas rel kereta api. Cinta yang dijalankan dengan pacaran sebelum halal itu seperti motor tadi. Ia ngotot melampaui dinding pembatas yang memang belum layak untuk ditembus. Sebagai akibat dari kelalaian itu, tidak heran jika banyak saudari kita di luar sana yang jadi korban pacarnya. (hal 149)

Oh ya, beberapa kutipan favorit saya ada juga dalam topic ini. “
Aneh memang. Manusia berharap dapat mencium dan mengetuk pintu surga. Tapi mereka masih saja condong pada keindahan sandiwara dunia yang menyesatkan” @de_paresma (hal. 143)

Jika ia benar-benar mencintaimu karena Allah, ia pasti akan menjaga dirimu. Jika ia mencintaimu karena Allah, ia pasti tidak akan mengumbar kata-kata gombal tapi menyisipkan namamu secara diam-diam dalam doanya pada Sang Maha Pemilik Hati” (hal 149) “


Karena cinta tak selalu datang bersama jodoh, tapi jodoh selalu datang bersama cinta. Insya Allah”  (hal 155) 


Serupa manusia tak ada yang sempurna, maka buku yang ditulis oleh manusia ini juga tak luput dari kekurangan-kekurangan. Banyak typo yang berserakan di sepanjang buku ini, entah itu kurang huruf atau kurang spasi. Typo memang kesalahan yang paling sering ditemui dalam dunia kepenulisan, namun seingat saya ketika membaca buku saya jarang menemukan typo yang tampak begitu men-colok alias typonya lebih dari tiga kata  (entah karena saya sekedar membaca dan tidak memperhatikan kesalahan itu atau tidak). Typo gak bisa dianggap masalah sepele lho, karena berpengaruh dengan kenyamanan pembaca. Seharusnya kesalahan ini jadi perhatian khusus bagi penulis, editor maupun penerbitnya sendiri. Hal lain yang juga cukup menjanggal adalah ketidakkonsistenan penggunaan note dalam buku ini. Entah ini termasuk kekurangan atau kekeliruan saya pribadi, karena setahu saya dan yang pernah saya pelajari, dalam menulis kudu konsisten menggunakan kata maupun note, memilih, innote atau footnote. Beberapa kisah inspirasi dari kontributor yang termuat juga menambah nilai plus dalam buku ini, namun karena menurut saya kisah tersebut merupakan selingan (tulisannya bukan berasal dari penulis) maka baiknya bila kisah yang disajikan tidak terlalu panjang dan lebar sehingga menghasilkan luas.

Adapun kelebihan-kelebihan yang ada dalam Syabab, seperti warna sampulnya yang elegan, contennya yang berbobot, kalimat-kalimatnya penuh inspiratif, gaya bahasanya ringan, tidak terkesan menggurui yang termuat di dalamnya sudah cukup bahkan lebih untuk menutupi semua kekurangan yang ada. So, four stars from me to SYABAB. Saya recommended banget buat kalian para pemuda/remaja yang merasa kurang gaul, tidak PeDe, atau sering dilanda galau, atau yang tengah putus cinta, atau yang punya masalah dengan orang tua (keluarga), atau yang masih mencari jati dirinya, coba deh luangkan waktu membaca buku ini, ambil hikmahnya, temukan diri kalian, dan jadilah SYABAB yang dirindukan, yakni SYABAB SEJATI.

~


Ps; Buat kak Paresma, terima kasih atas kiriman bukunya. Maaf, baru sempat posting review buku Syabab. Buku ini sebenarnya udah mendarat dengan selamat di tangan saya di malam tanggal 27 Desember 2014. Minus satu H sebelum keberangkatan saya meninggalkan Makassar. Tadinya, sih pengen dituntasin baca dan me-review dari bulan Januari kemarin. Namun, ada beberapa alasan yang terpaksa jadi penghalang, termasuk jaringan abal-abal dan mood yang naik turun sehingga reviewnya ikutan molor deh. 

2 komentar untuk "[Review Buku] SYABAB"

Comment Author Avatar
Wah syukron ya siska udah nge-review
haha iya bener banget pas terbit sy baru nyadar byk typo..maaf ya hihi jd kurang nyaman bacanya
sip mkasih jg masukannya ^^

Comment Author Avatar
Wah syukron ya siska udah nge-review
haha iya bener banget pas terbit sy baru nyadar byk typo..maaf ya hihi jd kurang nyaman bacanya
sip mkasih jg masukannya ^^

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.