Istri Rumah Tangga

Istri rumah tangga, begitulah saya menyebut status diri saya setelah menikah. Lha, kenapa istri rumah tangga bukan ibu rumah tangga?

   

Lima bulan sudah saya resmi sebagai wanita rumahan yang kerjanya cuma di rumah. Bangun tidur, bersih-bersih, menyapu, mencuci, memasak, menghidangkan makanan di meja, melayani suami, dll demikian aktivitas yang menjadi 'sarapan' saya sehari-hari. 

Berhubung masih tinggal bareng mama mertua dan adik suami yang bejibun, pekerjaan saya di rumah masih standar belum mencapai level emak-emak rempong yang kesibukannya selangit. 

Urus suami, urus anak, urus makanan, urus rumah dan macam-macamnya. Belum ditambah dengan emak-emak yang juga urus pekerjaan di luar rumah sebagai wanita karir. Wah. Saya tidak bisa membayangkan betapa rempongnya mengurus semua itu. Entahlah, gimana rasanya? 

For this time, saya masih enjoy menikmati masa-masa pacaran bareng suami dan happy menjalani job sebagai Istri Rumah Tangga. Yah, walau kehidupan saya yang sekarang seratus persen berbanding delapanpuluh derajat dengan kehidupan saya yang dulu. 

Boleh dibilang saya aktivis semasa kuliah. Bergelut di beberapa organasasi intra dan ekstra kampus. Selama masih berstatus mahasiswi jadwal saya dalam sepekan lumayan super padat. Selain aktif berorganisasi aktif juga ngajar private. 

Jarang tinggal di kos. Saking sok sibuknya. Begitu pun setelah wisuda dan menyandang gelar sarjana. Meski sempat nganggur nggak nyampe setahun, kesoksibukan saya tetap berlanjut. Apalagi setelah terjun ke dunia kerja. Ngajar di beberapa sekolah. 

Bertemu dengan ratusan siswa tiap pekan dari hari senin-sabtu. Kembali bergelut di organisasi meski dengan lingkup yang berbeda. Agenda rutin tiap weekend melingkar bareng saudari-saudari shalihat dan bunda-bunda majelis ta'lim serta masih banyak seabreg kegiatan lainnya. Ketika itu libur menjadi hal yang sangat langka bagi saya. 

Tapi sekarang? Emejing. Hari-hari saya dipenuhi dengan libur. Tinggal di rumah. Tanpa aktivitas apa-apa selain bergelut dengan pekerjaan rumah tangga. Selebihnya, free time. 

Saya punya waktu luang yang banyak. Rutinitas yang saya jalani selama dua tahun terakhir ini, pagi-pagi sudah di sekolah, ngajar sampai siang, pulangnya istirahat sejenak, sore ngajar di madrasah, malam masih lanjut ngajar les, tidak lagi saya lakukan. 

Saya tidak perlu berkutat dengan perangkat pembelajaran yang untuk membuatnya kadang saya harus begadang semalaman. Huhuhu. Tidak perlu lagi membuang banyak suara tiap hari yang efeknya kadang bikin ngos-ngosan, puncaknya bila suara saya sampai serak akibat dalam sehari saya harus menghadapi ratusan siswa yang macam-macam kelakukannya dalam kelas. 

Ada yang pendiam. Ada yang tukang ribut. Ada yang suka mondar-mandir ke sana kemari. Ada yang doyan jahili temannya. Ada yang rajin bikin laporan ke saya. Ada yang hobi bertanya ini itu sampai yang berani ganggu gurunya juga ada. Ups! 

Saya tidak perlu juga pusing-pusingan memeriksa tugas siswa yang menumpuk. Dan masih banyaklah rutinitas lain yang hilang begitu saja dari hidup saya semenjak memilih menikah dengan lelaki yang juga memilih saya karena Allah. 

Life is choice. Inilah hidup. Penuh dengan pilihan-pilihan dan setiap pilihan pasti punya konsekuensi. Saya telah memilih menikah dengannya dan inilah konsekuensi yang harus saya terima.

Dia membawa saya pergi jauh dari kedua orang tua dan sanak saudara, meninggalkan tanah kelahiran, menanggalkan status sebagai guru, melepaskan orang-orang terdekat yang melekat di hati, saudari-saudari saya di Lingkaran Shalihat, bunda-bunda di MT Fatimah Az-Zahrah, murid-murid yang pernah saya ajar di MTs Darussalam, SMA Negeri 1 SMP Muhammadiyah dan di Madrasah Diniyah, rekan-rekan seperjuangan di Genius Serui Community, adik-adik mentoring binaan saya dan . . .

Hiks. Sungguh terlalu banyak hal yang harus saya lepaskan dan tinggalkan demi lelaki asing yang kini telah menjadi pasangan halal saya. Lelaki yang baru bertemu dengan saya dua kali sebelum akhirnya kami sah sebagai pasangan suami istri. 

Lelaki yang hanya saya kenali lewat selembaran biodata, saya tak tahu persis bagaimana sosoknya, belum pernah bertemu dengan keluarganya, tak tahu dimana tempat tinggalnya dan sekonyong-konyong ikhlas ketika tanggung jawab atas diri saya yang selama hampir seperempat abad kurang dua bulan tiga hari diemban oleh papa diambil alih oleh lelaki yang bahkan sehari menjelang ijab kabul pun kami belum pernah bertukar suara dan saling pandang. Aih, nekat sekali. 

Iya, saya memang nekat. Nekat banget malah. Demi lelaki yang menjemput saya dengan cara yang sangat baik, yang jangankan bicara soal perasaan, berbicara langsung sama saya pun nehi, tapi kok mau-maunya bersedia menerima tanggung jawab besar atas hidup wanita yang tidak dikenalnya begitu baik. Duh, ini dia yang nekat atau saya yang nekat. Oke, anggap saja kami sama-sama nekat. 

So whatever, melepaskan dan meninggalkan apa-apa yang telah digenggam memang bukan perkara yang mudah. Beratnya pake sangat kayak mikul beban berton-ton tapi inilah jalan hidup yang saya pilih. Menjadi Istri Rumah Tangga yang mudah-mudahan bisa segera menjelma Ibu Rumah Tangga. 

#ODOPOKT3

Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia

Salam, 


10 komentar untuk "Istri Rumah Tangga"

Comment Author Avatar
Aku merasakan hal yang sama Mbak, dua tahun kebelakang.. tapi karena saya msh belum punya baby, jadi sekarang saya kembali jadi guru lagi.. 😀
Comment Author Avatar
Wah, artinya sudah dari dua tahun lalu ya mbak nikahnya. Maa syaa Allah. Smg segera diamanahkan baby sama Allaah.
Comment Author Avatar
Semoga segera menjadi ibu rumah tangga yah mbk. aamiin
Comment Author Avatar
Aamiin. Jazakillaah khayran katsir doanya ukh 💕
Comment Author Avatar
mantap masih konsisten lanjutin one day one postingnya.
semakin kesini kisahnya makin njelimet tapi tetap indah.
Pengen ngerasin juga dah pacaran setelah menikah.
Next story pasti bakal ceritain tentang anak-anaknya teh siska yaa
muehe
Comment Author Avatar
Haha ia doang, semoga bisa bertahan sebulan ini. Hayoo disegerakan pacaran setelah menikahnya, hahaha..

Tahu aja, tapi nanti kalau udah punya anak, haha sekarang storynya masih kisah2 di awal membangun rumah tangga bareng suami *eaa
Comment Author Avatar
Lanjut terus ya mba one day one postnyaa,
makin menginspirasi yang lain.

Comment Author Avatar
Salut, kid muda jaman now jangankan nikah, pacaran aja harus ketemuan dulu, liat KTP dulu takut udah punya istri :))
Semoga cepat dapat keturunan ya.
Comment Author Avatar
Yang ditunggu dari nikahin pati momongoan sih. Moga aja tahun ini udah punya dede bayi. Biar ada kesibukan yg lain gitu~
Comment Author Avatar
waaaaaah, ternyata nekat sekali ya, sampai belum pernah bertatap muka bahkan sehari sebelum Ijab lho. Tapi pasti sudah saling bertukar foto ya..heheehe..

tapi emang begitulah hidup ya Zi, untuk mendapatkan sesuatu, kita harus melepaskan sesuatu yang lain dan ikhlas akan hal itu..

Semoga semua dimudahkan Allah dan juga dipermudah proses kehamilannya sampai melahirkan nanti :)

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.