Jejak Kenangan di Lima Kota

Akhirnya saya merasakan yang namanya hidup nomaden alias berpindah-pindah. At least, jejak kenangan hidup saya ada di lima kota ini.

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Pernah terlintas keinginan dalam hati, kalau sudah berkeluarga kelak saya pengennya hidup berpindah-pindah alias nomaden dari satu daerah ke daerah yang lain, dari satu kota ke kota yang lain, dari satu pulau ke pulau yang lain. 

Well, alasan yang tergambar di benak saya kala itu hingga pengen hidup nomaden cuma dua kata. Seru dan Asyik. Yap, pasti seru dan asyik bila hidup nomaden ketimbang hanya menetap di satu tempat. Lagipula nomaden nggak bakal bikin hidup kita monoton kok, yang ada malah kita bisa kaya pengalaman, punya banyak teman dan kenalan juga dan lain sebagainya.


Begitulah kira-kira pikiran anak perempuan yang masih labil, yang terbetik dalam pikirannya hanya yang enak-enaknya. Sekalinya sudah berkeluarga dan merasakan hidup nomaden baru sadar, ternyata hidup berpindah-pindah tak se-seru dan se-asyik yang dibayangkan. 

Malah sekarang, saya pengennya hidup menetap saja. Tingal di satu tempat memang membosankan tapi realitasnya berpindah-pindah tempat tinggal jauh lebih membosankan, seriously.

Beidewei, tantangan hari ke-empatbelas ini sebenarnya tentang zodiak but because saya sudah lama tidak percaya dengan yang namanya zodiak, karena hukumnya ternyata sama dengan memercayai ramalan. 

Sedangkan percaya terhadap ramalan-ramalan (ramalan apa pun itu) sama dengan syirik. Tahukan hukumnya syirik? Baiklah kalau begitu, di tantangan kali ini saya bakal pilih tema pengganti dan tema pilihan saya jatuh pada kota-kota yang pernah ditinggali. Nah, jejak kenangan hidup saya ada di lima kota ini😉

Serui

Kalau kalian sempat baca postingan saya di tantangan hari ke-tigabelas pasti sudah tahu dong, owner Kamar Kenangan ini lahir di kota Kembang-nya Papua dan nggak bakal bertanya-tanya lagi. Tapi kalau kalian memang belum sempat baca postingan tersebut dan pengen tahu dimana persisnya daerah di Papua yang mendapat julukan kota Kembang silakan dibaca dulu Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi itu Juga Ada di Yapen Islands, biar saya tidak perlu bahas panjang lebar lagi tentang Serui.

Yap, nyaris dua puluh tahun hidup saya habiskan di kota kecil yang terletak di ujung Indonesia Timur itu. Tidak sebatas numpang lahir, menempuh pendidikan dari TK hingga SMA juga di Serui. Lepas kuliah pun saya balik lagi ke Serui demi menjemput jodoh berbakti kepada orang tua. So, boleh dibilang Serui adalah kota dengan sejuta kenangan dalam hidup saya.


Tak heran bila setiap beranjak dari Serui atau ke mana pun melangkah, saya selalu kangen pulang. Bukan hanya karena ingin melepas rindu pada orang tua, tapi karena memang Serui memiliki daya pikat tersendiri yang seolah menghipnotis siapa-pun yang pernah menginjakkan kakinya di sana.

Suasananya yang jauh dari hiruk pikuk dunia, alamnya yang masih sejuk dan asri, pesona lautnya yang sungguh memanjakan mata, hamparan gunungnya yang mengundang decak kagum, tempat wisatanya yang menggoda, kuliner khasnya "Papeda" yang menggiurkan masyarakatnya yang ramah-ramah meski gaya bicaranya terdengar kasar dan meski biaya hidup di kota ini terbilang tinggi whatever, saya suka dengan semua yang ada di Serui. Pokoknya nggak ada habis-habisnya deh kalau bahas kota yang satu ini.

Makassar

Kira-kira ada sekitar empat tahunan-lah saya tinggal di kota yang terkenal dengan wisata pantai Losari-nya ini. Eh, lebih malah, karena jodoh saya ternyata ada di kota ini. Setahun silam, dia sengaja datang jauh-jauh dari Sulsel ke Papua, hanya untuk menjemput dan membawa saya kembali tinggal di Makassar.

Selain Serui, kenangan hidup saya juga banyak tertoreh di Makassar. Boleh dibilang, Makassar-lah tempat kali pertama saya belajar jadi kepompong; keluar dari zona nyaman. Tidak sepenuhnya bergantung lagi pada orang tua. Bagaimana hidup mandiri, jadi anak kos, jauh dari keluarga, yang ketika sakit tak ada yang mengurusi, ketika rindu hanya bisa menangis dalam hati, well semua itu baru bisa saya rasakan sejak tinggal di kota ini.

Di Makassar pula, saya mulai mengepakkan sayap; tidak sekadar menjadi mahasiwa kupu-kupu alias mahasiswa yang kerjanya hanya kuliah kos- kuliah - kos tetapi juga bergabung di berbagai organisasi dan komunitas. 

Alhasil, lumayan banyak pengalaman yang saya dapatkan dengan menjadi mahasiswa organisatoris. Saya bisa sampai menginjakkan kaki hampir di semua kota yang ada di Sulawesi Selatan, itu juga karena aktif berorganisasi. 

Bahkan sekali pun aktif berorganisasi, kuliah saya tetap selesai tepat pada waktunya. Jadi siapa bilang organisasi bisa menjadi penghambat kuliahnya mahasiswa? Begitu pula ketika bergabung di komunitas, bukan cuma ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan. Jodoh juga *eh🙈 

FYI, saya pertama kali bertemu lelaki yang tiga tahun kemudian baru saya tahu adalah jodoh saya di kota ini, my bunay (anak pertama kami) juga lahirnya di kota ini, maka tak heran bila ibukota dari provinsi Sulawesi Selatan ini begitu berkesan di hati saya.

Gowa

Boleh dibilang kota ini sebelas duabelaslah dengan Makassar. Sampai-sampai karena saking seringnya bolak-balik Makassar-Gowa, saya anggap saja Gowa dan Makassar sama. Meski keduanya jelas dua wilayah yang berbeda. Makassar merupakan Kotamadya sekaligus ibukota dari provinsi Sulawesi Selatan sedangkan Gowa sendiri merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang letaknya persis bersebelahan dengan Makassar (ini kalau dari arah Alauddin, Antang dan Hertasning ya)

Kemarin-kemarin saya sempat tinggal di Gowa sekitar empat bulan, tepatnya sejak usia kehamilan saya masuk trimester tiga hingga usia bunay jalan dua bulan. In syaa Allah kedepannya pun saya dan keluarga masih akan sering berkunjung ke Makassar sekali pun tinggalnya di Gowa.

Parepare

Di kota ini Allah anugerahi saya keluarga yang hangat. Mertua yang sangat baik dan saudara yang begitu penyayang. Semua itu adalah kenikmatan yang tak terkira, namun saya tidak tahu persis bagaimana mengungkapkannya.

Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang kau dustakan?

Barangkali hanya ayat tersebut yang bisa mewakili kata hatiku. Meski begitu besar keinginan untuk hidup mandiri bersama suami dan bunay yang kehadirannya telah melengkapi keluarga kecil kami namun untuk saat ini saya hanya perlu banyak-banyak bersyukur saja dulu.


Barru

Qadarullaah, tidak lama setelah hidup menggenap, suami dipindahtugaskan ke Barru. Alhasil, pupus sudah semua rencana mengenai tempat tinggal yang sudah kami susun jauh-jauh hari. Alih-alih cari kontrakan baru di Makassar, kami malah ngontrak di Barru. Kota yang  tidak pernah terbayang dalam pikiran saya sama sekali.

Namun siapa sangka, Allah baru percaya dan menitipkan amanah itu pada kami, setelah tinggal di kota ini. Yes, my bunay made in Barru😅 so tak heran bila saya menganggap kota ini adalah kota bersejarah dalam hidup saya setelah menikah.

Demikianlah lima kota yang pernah saya tinggali, tidak menutup kemungkinan ke depannya saya masih akan berpindah tempat tinggal lagi. 

Mungkin kembali lagi ke Barru, atau ke Gowa atau dimana saja. Tak peduli di belahan dunia mana pun, asal saya tetap bisa bersama suami dan anak-anak tapi kalau bisa menetap mending menetap saja di satu tempat. Bosen pindah-pindah. Nah, kalau kota-kota yang pernah kalian tinggali dimana? Share yuk di kolom komentar

Posting Komentar untuk " Jejak Kenangan di Lima Kota"