Lima Keinginan di Tahun 2018 yang Belum Tercapai

Sudah penghujung tahun, apa kabar resolusi? Ini tentang lima keinginan saya di 2018 yang belum tercapai. Apa saja kelima keinginan tersebut? 


Tahun lalu saya nggak sempet bikin resolusi, eh ada ding, cuma dengan dua wishlist tapinya. Dua keinginan itu saya selipkan di akhir postingan yang berjudul Ketika Mood Swings Melanda di Kamar Kenangan ini. Postingan yang isinya didominasi oleh curcolan tentang syndrome yang sempat saya alami pasca nikah itu saya tulis di awal tahun ini. What? syndrome pasca nikah? Haha iya, saya sempat mengalami syndrome semacam wedding blues gitu. Wedding blues yah bukan baby blues. Lho kok bisa? Jawabannya sudah saya tulis panjang lebar di postingan tersebut tapi nggak papa deh saya bocorin dikit di sini.

Karena saya tidak menginginkan apa-apa lagi. Ini seperti saya merasa semua mimpi saya telah diwujudkan Allah dan apa yang saya dapatkan semua sudah lebih dari cukup. Seolah saya telah kehilangan stok mimpi yang lain atau persisnya merasa tak punya lagi mimpi yang tersisa. Seakan menikah, menjadi istri sekaligus mengurus rumah tangga adalah mimpi saya yang terakhir. Saya bahkan tidak bisa mengingat mimpi-mimpi saya yang belum Allah perkenankan hanya karena mimpi saya yang tiga itu telah terwujud lalu berlagak seperti tidak membutuhkan mimpi-mimpi yang lain.

See! Alasan dibalik syndrome yang saya alami karena mimpi-mimpi yang saya sudahi setelah impian menikah saya terwujud. Saya juga tidak menginginkan apa-apa lagi. Alasan yang aneh dan tampak sepele sekali. Tapi dari situ saya jadi belajar; betapa berartinya memupuk dan menumbuhsuburkan mimpi-mimpi dan keinginan dalam hati. Pun jadi tahu betapa pentingnya menuliskan  resolusi sekalipun mimpi-mimpi maupun keinginan-keinginan yang kita tuangkan ke dalamnya tak menjelma nyata.

Oh ya, sebelum lanjut saya pengen samakan persepsi dulu nih dengan pembaca Kamar Kenangan ini. Menurut kamu, mimpi dan keinginan sama nggak? Banyak yang mengartikan makna keduanya sama tapi kalau kamu beranggapan makna mimpi dan keinginan berbeda berarti kita sama dong. Kalau keinginan itu ya aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini itu banyak sekali. Semua semua semua dapat dikabulkan, dapat dikabulkan dengan kantong ajaib. Eh, ini kok malah nyanyi lagunya doraemon😅

Baiklah, kalau berbicara tentang keinginan pasti setiap orang punya banyak sekali keinginan. Saya ingin cerdas, saya ingin rajin, saya ingin tajir, saya ingin jadi juara, saya ingin punya mobil, saya ingin punya rumah sendiri dan bla bla bla. Sebatas ingin saja. Sementara mimpi lebih dari sekadar ingin semata. Orang yang bermimpi lebih bersungguh-sungguh menggapai keinginannya itu. Simply, keinginan belum tentu mimpi tapi mimpi sudah pasti merupakan keinginan. Bingung ya?

Contoh nih; saya ingin punya mobil. Siapa sih yang nggak pengen punya mobil, tapi kalau ditanya apakah memiliki mobil itu adalah impian saya, jawabannya tidak. Kalau saya bermimpi pengen punya mobil sudah pasti saya akan berusaha menggapainya dengan mencari tahu harga, merk serta spesifikasi lainnya dari mobil yang ingin saya beli dan tentunya sudah mulai menabung dari sekarang, misal. No credit yaak😀

Gimana? Sudah paham kan? Kalau begitu mari kita bahas tema tantangan hari ke-duapuluhempat ini, lima keinginan yang belum tercapai. Baiklah, setelah berhasil menyembuhkan diri dari syndrome pasca nikah, saya punya buanyak sekali keinginan tapi karena waktu itu telat bikin postingan terkait resolusi jadi cuma dua wishlist yang sempat saya tuangkan dalam resolusi tersebut.

Alhamdulillaahilladzi bini'matihi tatimusshalihat, keinginan untuk bisa merasakan proses yang pasti dialami setiap perempuan untuk menjadi seorang ibu diperkenankan Allah di tahun 2018 ini. Mulai dari bisa menjalani sembilan bulan masa kehamilan dengan lancar, bisa melahirkan secara pervaginam dengan konsep gentle birth (nyaman, tanpa rasa takut dan minim trauma), bisa memberikan ASI Eksklusif pada bunay (yang ini masih tersisa dua bulan lagi) hingga merasakan ujian dan nikmatnya menjalani peran sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. Namun tentu saja masih banyak keinginan lainnya yang belum tercapai. Nah, berikut lima keinginan sekaligus merupakan mimpi saya yang belum tercapai di tahun ini;

Nulis Buku

Nulis buku dan mengirimkannya ke penerbit mayor (mudah-mudahan bisa tembus). Minimal tahun ini saya harus punya satu buku solo. Kalau pun nggak tembus di penerbit solo, harus bisa terbit lewat penerbit indie.

Nah, ini merupakan salah dua dari resolusi 2018 yang saya tuangkan di Kamar Kenangan ini. Tapi gimana mau nerbitin buku kalau mulai menulis buku saja nggak? Payah, kan! Padahal dari sebelum nikah selalu ngaku-ngaku punya impian jadi penulis buku best seller tapi sampai jadi ibuk-ibuk belum jua kesampaian. Well, sepertinya impian saya yang satu ini patut dipertanyakan? Apakah saya benar-benar memimpikannya atau sekadar keinginan saja?

Kalau memang benar-benar mimpi, seharusnya saya sudah gigih berjuang tuk menggapainya. Lagipula apalah artinya gabung di organisasi kepenulisan, punya banyak teman penulis, follow akun-akun kepenulisan sampai rajin pula ikut kelas menulis online tapi untuk memulai menulis buku saja belum sama sekali.

Oh ya, di penghujung tahun 2017 lalu - awal tahun ini saya sempat ikut kelas menulis online. Mulai dari kelas menulisnya ust. Cahyadi Takariawan dan istri hingga kelas menulis yang menghadirkan ayah Isa Alamsyah, bunda Asma Nadia dan Helvy Tiana Rosa. Sempat pula nulis ikrar lho, isinya berupa pernyataan saya yang akan menulis buku dan selambat-lambatnya sudah punya buku solo di akhir tahun 2018. Tapi jangan tanyakan mana buku solo saya yang berhasil terbit. Boleh dibilang ikrar yang saya tuliskan itu hanya omong kosong belaka, ckckc.

Baca Buku

Sebagai penunjang resolusi di atas, tahun ini saya kudu meningkatkan kuantitas buku yang harus saya khatamkan tiap bulan. Minimal tiga buku dalam sebulan.

Sama. Resolusi yang satu ini juga gagal tercapai. Boro-boro baca tiga buku, bisa tuntaskan satu buku dalam sebulan pun nggak. Menyedikah sekali. Di awal-awal tahun saja semangat membaca saya menggebu-gebu, sampai-sampai saya sengaja buat blog khusus di platform wordpress yang kemudian saya namai Kamar Buku, kamar yang rencananya bakal menampung ulasan buku-buku yang pernah saya baca. Namun baru juga mengulas dua buku di kamar itu eh saya sudah hiatus duluan. Pertengahan hingga penghujung tahun semangat membaca saya turun drastis. Miris banget, kan? 

Pergi Umroh

Kok yang pengen dijalankan pertama sunnah dulu, bukan yang wajib? Alhamdulillaah, kalau bisa jalan dua-duanya tapi keinginan saya dalam waktu dekat ini ya pengen pergi umroh saja dulu. You know lah, daftar tunggu haji reguler berapa tahun? Ada yang daftar nunggunya sampai belasan tahun, kan? Oke fix menunggu hingga belasan tahun itu terlalu lama sementara saya sudah sangat rindu ke Baitullah.

Hidup Minimalis

Kalau pengen punya rumah minimalis sudah dari lama, tapi pengen hidup minimalis ya terbersitnya baru-baru ini. Memangnya rumah minimalis dan hidup minimalis beda ya? Ya, bedalah. Kalau punya rumah minimalis belum tentu hidupnya minimalis, sebaliknya yang hidup minimalis sudah pasti rumahnya juga minimalis, iya nggak?

Banyaklah hal yang bikin saya akhir-akhir ini tertarik dengan hidup minimalis. Salah duanya karena barang-barang yang terlalu banyak itu sering bikin saya pusing tujuh keliling (beresinnya itu lho) dan kadang merasa bersalah juga karena suka menumpuk barang-barang yang nyatanya jarang saya gunakan. 

Nah, setidaknya dengan menerapkan gaya hidup minimalis, barang-barang yang saya punya di rumah hanyalah barang-barang yang benar-benar saya butuhkan. Jadi nggak ada lagi tuh istilah belanja macem-macem hanya karena menuruti laparnya mata. Hidup minimalis juga bisa bikin kita merasa lebih bahagia lho. Saya belum merasakan sih, tapi sudah kebayang gimana nikmatnya hidup dengan barang-barang yang sedikit, makanya pengen ngerasain juga. Sayangnya, keinginan untuk hidup minimalis belum bisa terwujud di tahun ini. 

Liburan ke Serui

Last but not least, saya pengen pulang ke kampung kelahiran saya di Papua. Dimana lagi kalau bukan di Serui. Padahal baru juga setahun tidak menginjakkan kaki ke sana tapi rinduku sudah menggebu-gebu. Entah kapan bisa injakkan kaki kembali ke kota dengan sejuta kenangan itu? Tahun ini belum bisa pulang karena kondisi yang memang tidak memungkinkan tapi harapan saya sih, mudah-mudahan bisa tahun depan. Sekaligus bawa bunay liburan ke kampung kelahiran bundanya. Pasti seru dan mengasyikkan!

Demikian lima keinginan saya di tahun ini yang belum tercapai, bagaimana dengan kalian? Share yuk di kolom komentar😊

Posting Komentar untuk "Lima Keinginan di Tahun 2018 yang Belum Tercapai"