Semakin Mengenalnya, Saya Semakin Cinta

Bismillahirrahmanirrahiim


"A ba ta tsa..."

Bacaan iqra yang dilafalkan Radit, salah satu santri yang saya ajar di TPA Nurul Ikhlas Bontongape tadi sore seakan menyeret saya ke masa lampau. Saya kembali terkenang masa kecil saya di sebuah kota kecil di Ujung Timur Indonesia. Serui.

Dulu, saya pernah berada di posisi yang sama, sebagai santri. Bedanya, saya tidak pernah diajarkan mengaji oleh kakak KKN atau guru ngaji yang masih bersekolah di SMP. Guru mengaji saya adalah seorang kakek yang saya taksir berumur sekitar 50-an kala itu. Namanya pak Beta (almarhum), guru yang terkenal keras dan disiplin.

Di TPA yang saya ajar di tempat lokasi KKN saya ini, selain mengaji santri-santri hanya diminta membaca hafalan doa-doa dan surat-surat pendek, terkadang diminta pula untuk menyanyi lagu-lagu islami (saya tidak tahu di TPA lain). Jauh sekali dengan yang saya dapatkan sewaktu masih berstatus santri. Tidak hanya mengaji, saya juga di ajarkan tauhid, aqidah akhlak, bahasa arab, sejarah para nabi dan rasul serta hadis - hadis Rasulullah saw. Belakangan saya baru tahu, bahwa semua itu di pelajari di bangku sekolah Madrasah Ibtidaiyyah. Pelajaran yang tidak pernah saya dapatkan di sekolah saya yang merupakan sekolah umum.

Dulu, saya tidak tahu maksud pak Beta mengajarkan kami pelajaran-pelajaran tersebut. Saya pun tidak tahu pentingnya mempelajari seabreg pelajaran "asing" yang tidak akan saya hadapi di sekolah yang pelajaran agamanya cuma sekali dalam sepekan. Saya hanya tahu, bahwa saya menyukainya. Saya menyukai belajar bahasa arab, saya menyukai pak Beta yang mulai berkisah tentang sejarah para nabi dan, dengan santunnya mengajarkan tauhid dan aqidah akhlak. Kecuali satu, saya tidak suka bila beliau mulai memerintahkan kami menghafal hadis-hadis sekalipun waktu itu saya sempat berhasil menghapal beberapa hadis berbahasa arab beserta artinya.

Dulu, saya pernah mengenal agama Islam sebatas pelajaran yang saya dapatkan di sekolah. Nilai agama saya baik hasil ulangan maupun yang tertera di raport selalu (ter)tinggi di sekolah. (Mulai dari SD hingga menamatkan SMA, mungkin saya berbakat di bidang agama kaliii yaaa). Ah, nyatanya nilai agama saya yang selalu tinggi itu tidak menjamin pemahaman saya tentang dien yang sudah saya anut sejak lahir (bahkan sejak masih di alam kandungan)

Dulu, saya mengenal islam sebatas shalat dan puasa di bulan ramadhan. Only it, hingga di suatu hari takdir Allah menyeret saya ke dalam sebuah ikatan yang mengenalkan pada saya bahwa ini Lho yang Islam? Islam yang penuh dengan aturan-aturan berupa perintah-perintah dan larangan-larangan Allah. Islam yang kerjaannya gak cuma habluminallah saja tapi kudu dan musti ber-habluminannas... islam yang mewajibkan wanita-wanitanya agar menutup aurat dengan mengenakan jilbab, islam yang sangat menyantuni anak yatim, islam yang menebarkan kasih sayang rahmatan lil alamin di muka bumi, islam yang senantiasa mengajak manusia untuk menyeru pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

Ya Allah, ketika melihat semangat dan keceriaan yang terpancar dari binar mata Radit dan santri-santri lain setiap kali mereka datang menghadap saya bersama iqra atau al-qur'annya, semangat yang sama dan keceriaan yang sama itu mungkinkah menyembunyikan pikiran yang sama sepertiku dulu?

Jika ia, ingin sekali saya beritahukan pada mereka tentang islam yang saya pahami sekarang. Islam itu bukan cuma di sekolah (pada saat pelajaran agama). Bukan cuma di tempat mengaji. Bukan cuma di mesjid-mesjid. Islam itu bukan sekedar status agama yang tertempel di kartu identitas seseorang, islam itu indah, penuh cinta dan kasih sayang, islam bukan cuma milik ustad atau orang-orang alim, islam itu damai, lembut tidak keras. Islam itu bukan kata-kata, sama sekali tidak memaksa tapi jika kita memilih memeluknya maka sudah seharusnya islam berada di sini. Di hati kita masing-masing.

Alhamdulillah... saya sangat-sangat bersyukur lahir dan dibesarkan dari keluarga islam. Itu adalah nikmat terbesar yang Allah anugerahkan padaku. Sungguh, saya tidak sanggup membayangkan bilamana jadinya saya terlahir dari orangtua yang tidak meyakini Allah sebagai Tuhannya.

Akan tetapi, Islam dari lahir pun belum tentu menandakan seseorang itu menganut islam yang sebenarnya. Barangkali saja cuma islam ikut-ikutan (ikut orang tua) atau islam KTP. Ngakunya islam tapi tidak mengenal islam secara kaffah (serupa islam yang saya kenal dulu).

Ibarat seseorang yang jatuh cinta. Mustahil ia mencintai sesuatu yang tidak dikenalinya. Saya termasuk orang yang percaya bahwa cinta itu akan tumbuh seiring perkenalan (minimal kenal nama). Semakin kenal lebih dalam maka akan membuka peluang cinta yang semakin besar.

Begitu pun dengan yang saya alami saat ini. Saya telah lama berkenalan dengan islam namun baru berasa mengenal islam kemarin sore (sejak bergabung dalam ikatanku). Maaf, saya tidak menganggap bahwa saya telah kenal islam sepenuhnya, tapi setidaknya sekarang saya mengenalinya jauh lebih baik daripada dulu. Duh, terlalu sempit pikiran saya bila mengatakan islam itu yang penting shalat lima waktu, yang penting puasa full di bulan ramadhan, yang penting baik sama semua orang, gak perlu nutup aurat, gak papa pacaran dan bla..bla.

Setelah melalui perkenalan yang cukup panjang, ternyata islam yang tergambar di benak saya dulu sungguh jauh dengan "islam" itu sendiri. Islam mencakup segala-galanya, meliputi seluruh sendi kehidupan manusia. Dari hal yang paling terkecil hingga terbesar tak ada yang luput dari aturan-aturan islam. Mulai dari bangun sampai bangun kembali, islam hadir di sana. Senantiasa mengingatkan bahwa ada peta yang berfungsi sebagai penunjuk jalan manusia ke dunia yang abadi, yaitu akhirat.

Islam yang telah mengenalkan saya pada cinta sejati, tempat semestinya hati ini berlabuh. Pada Dia yang tak ada sandingnya. Islam yang sangat memuliakan saya sebagai perempuan, Islam yang telah mengajarkan saya tentang keikhlasan. Islam yang telah mengajak saya mencicipi betapa indahnya ukhuwah itu. Islam yang telah memberi saya kebahagiaan yang mustahil saya dapatkan jika bukan di jalan-Nya.

Untuk segalanya,
Semakin mengenalnya, saya merasa semakin cinta:)

Tulisan ini diikutsertakan pada giveaway I Love Islam



7 komentar untuk "Semakin Mengenalnya, Saya Semakin Cinta"

Comment Author Avatar
halo... :)
sebaiknya memang komen di blog saya dan blog monik biar daftar pesertanya sinkron :)
tapi karena sudah terlanjur ya masih nunggu sinkronnya daftarnya monik dulu. agak repot karena sama2 sibuk...
tapi yaudah kalo gitu... zhie komen lagi ya linknya di peserta giveaway
nanti saya masukkan :)
Comment Author Avatar
Indah.... Ya, semakin belajar Islam semakin jatuh cinta :)
Comment Author Avatar
yap. Islam itu indah... islam agama saya dan saya bangga menjadi Islam.
ah, selalu ada keinginan untuk mengenalNya lebih dalam lagi.
semoga di 20tahun ini, saya bisa semakin paham dengan sejatinya cinta.... yaitu Islam:) subhanallah :')
karena sebaik2nya umat, adalah yang selalu merasa ilmu agamanya kurang dan senantiasa terus menerus ingin menyepurnakannya :)
Comment Author Avatar
Adeeem banget bacanya Zhie, iya Islam tidak hanya sekedar agama, tapi segalanya buat orang muslim seperti kita
salut sama kamu yg mau mengajar TPA, oy semoga almarhum guru ngaji kamu Khusnul Khatimah yaaa amin

pantes saja kamu menang GAnya , bagus kok tulisanmu mengalir, membuat arti Islam itu gak terasa berat, santai tapi tetap berbobot
Aku juga tidak bisa bayangin gima kalo terlahir bukan Islam, alhamdulillah kita diberi nikmat yg sama ya
Comment Author Avatar
postingannya dalem banget...

kalo Zhie aja ngerasa belum islam sepenuhnya, gimana denga gue?
islam gak cuma sholat lima waktu dan puasa full sebulan penuh di bulan ramadhan... iya Zhie, islam lebih dari itu. gue masih cetek banget sama masalah beginian, iya.. apalagi islam juga enggak kenal pacaran, seharusnya banyak remaja harus menyadari ini.
padahal gue aja belum :P
butuh banyak pencerahan dulu, hehe
Comment Author Avatar
blejar islam harus ada gurunya atau pendampingnya, kalau blejar islam sendiri akhirnya banyak yang keliru dan sesat. ini terjadi pada dosen saya sewaktu kuliah dulu sering mendoktrin mahasiswanya dengan pemahaman yang keliru. jadinya diketawain sama anak2.
Comment Author Avatar
Islam memang indah~ Aku juga bersyukur terlahir sebagai Islam :) Kayaknya aku harus PDKT lagi deh, biar lebih mengenal~ Huahaha.

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.