Agar Pekerjaan Istri di Rumah Tetap Produktif, Lakukan Lima Hal Ini

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Bila kamu termasuk tipe ekstrovert, tinggal di rumah seharian hingga berhari-hari pasti sangat membosankan. Apalagi bila sampai lima bulan aktivitas yang kamu lakukan hanya di rumah, jarang bergaul, sedikit bersosialisasi dan jauh dari keramaian, hidup yang kamu rasakan jelas sumpek banget. Kamu bakal nggak tahan dan nggak kuat hidup terpenjara seperti itu. Iya kan?

Barangkali itu juga yang harusnya saya rasakan. Mengingat selama ini semenjak sekolah di tingkat pertama hingga lulus kuliah, saya aktif berorganisasi dan suka melibatkan diri dengan kegiatan-kegiatan sosial. Agenda keseharian saya sering padat di luar rumah. Weekend yang bisa saya gunakan untuk libur dan bersantai ria di rumah pun tidak jarang saya korbankan dengan senang hati demi mengikuti kegiatan yang sebenarnya nggak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan saya.


Lalu ketika menikah, jalan hidup yang saya pilih sekonyong-konyong berubah haluan. Aktivitas yang saya jalani tidak lagi berpusat di luar rumah. Pergaulan saya di dunia nyata kian menyempit setelah hijrah ikut suami ke daerah yang baru saya kunjungi. Tidak ada kegiatan-kegiatan sosial yang kembali saya geluti. Menghabiskan waktu sehari-hari di rumah juga membuat hidup saya diwarnai sepi.

Dan dengan mudahnya saya sanggup menjalani semua perubahan yang tidak bisa dibilang tidak drastis. Seratus delapan puluh derajat lho ini perubahannya. Nggak bosan ya tinggal di rumah melulu? Nggak suntuk ya nggak ada kerjaan gitu? Nggak jenuh ya berteman sepi?

Jawabannya NGGAK. Malah saya bawaannya happy everyday. Nggak butuh waktu untuk sekadar menyesuaikan diri dengan kehidupan saya yang sekarang.

You know why ?


Selain ketiga alasan tersebut, hal utama yang bikin saya sama sekali tidak mengalami kesulitan menjadi istri rumah tangga yang kerjaannya sehari-hari dominan di rumah adalah karena dibalik jiwa ekstrovert yang tampak pada diri saya, ada jiwa introvert yang sebenarnya itulah aslinya diri saya.

Well, semenjak kecil saya memang sudah doyan mengurung diri dalam kamar, selalu lebih enjoy menikmati waktu-waktu yang saya lalui seorang diri atau istilah kerennya me time, tidak terlalu suka dengan keramaian dan dengan jiwa asli saya yang sebenarnya introvert itu, kok bisa-bisanya ya saya aktif berorganisasi dan minat ikut-ikut kegiatan sosial yang mengharuskan saya bertemu dengan orang banyak. Atau mungkin saya ini tipe setengah ekstrovert, setengah introvert. Memang ada ya tipe yang setengah-setengah gitu? Haha entahlah.

Yang jelas semenjak menikah dan hijrah ikut suami, jiwa introvert saya yang mendominasi,  kian akut. Bayangkan, tiap weekend suami rajin ngajak saya kencan, entah itu ke pinggir pantai menikmati sunset, ke taman syariah atau ke alun-alun kota Parepare. Semestinya saya menyambut ajakan itu dengan rona bahagia, tapi yang ada reaksi saya biasa saja, malah lebih sering ogahnya. Nggak minat. Lebih antusias menghabiskan weekend bareng suami di kamar rumah saja, hihi.


Terlepas dari istilah ekstrovert atau introvert, di postingan kali ini saya pengen buat catatan reminder mengenai hal-hal yang bikin seorang istri rumah tangga tetap produktif meski kerjanya cuma di rumah. Ingat ya istri rumah tangga berbeda dengan ibu rumah tangga. Kalau ibu rumah tangga mah waktunya selama duapuluhempat jam bisa jauh lebih produktif karena selain suami, ada anak-anak dan urusan rumah tangga yang harus ia tangani dibanding istri rumah tangga. Namun istri rumah tangga tetap tetap bisa produktif kok. Mau tahu apa-apa saja yang bikin wanita (baca; istri rumah tangga) yang bekerja di rumah tetap produktif. Simak postingan ini sampai tuntas ya ;)

🌺 Optimal Beribadah

Hanya karena masih berstatus seorang istri yang belum dikaruniai momongan dan lebih memilih menjadi wanita rumahan dibanding wanita karier bukan berarti wanita yang memutuskan bekerja di rumah nggak bisa se-produktif wanita yang bekerja di kantor. For me, hal paling utama yang bikin istri rumah tangga tetap produktif adalah dengan mengoptimalkan ibadah. Saya nggak bilang lho wanita yang kerja di kantoran nggak optimal ibadahnya, karena tantangan yang dihadapi jelas berbeda.



Ingat kembali tujuan Allah menciptakan kita (baca QS Ad-Dzariyat ; 56). Yap, sejatinya tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah, jadi mau kerja di rumah atau di luar rumah seharusnya sama saja. Niatkan karena Allah, agar pekerjaan yang kita lakoni itu bernilai ibadah. Memang sih, tantangan wanita yang bekerja di luar rumah jauh lebih berat. Misalkan nih, sudah tiba waktu shalat, ada saja pekerjaan yang belum kelar atau karena saking sibuknya dengan aktivitas di luar rumah, belum ditambah dengan pekerjaan rumah yang menumpuk, kita jadi nggak sempat buka Al-Qur'an dalam sehari, nggak sempat pula dzikir pagi dan petang, dll. Tapi bagi wanita-wanita kantoran yang punya komitmen memprioritaskan ibadah dibanding pekerjaan duniawi, tantangan-tantangan yang kelihatannya berat itu pasti bisa dengan mudah mereka atasi apalagi bila ibadah-ibadah tersebut sudah menyatu dan menjadi kebiasaan sehari-hari.

Bagi wanita yang bekerja di rumah juga punya tantangan tersendiri, yang sebenarnya tidak kalah berat sih. Sebab godaan syaitan makin gencar, pandai sekali membisik-bisiki si wanita yang bekerja di rumah bermalas-malasan hingga menunda-nunda waktunya dalam beribadah. Dua hal yang juga saya rasakan selama menjalani aktivitas sehari-hari di rumah. Selain lewat bisikan, syaitan juga sering menjelma dalam bentuk gadget. Boleh dibilang saya ini pecandu gadget so, no problem bagi saya tinggal seharian di rumah asal ada gadget plus kuota.

Nah, masalahnya kalau sudah pegang gadget bawaannya saya jadi lupa waktu. Kadang saya sampai lalai dengan tugas-tugas rumah termasuk dalam hal ibadah ketika sedang asyik berkutat dengan gadget. Ini jadi reminder penting buat saya. Seharusnya dengan bekerja di rumah saya lebih bisa mengoptimalkan waktu untuk beribadah kepada Allah. Masa' mau kalah dengan wanita yang kerjanya di luar rumah tapi ibadahnya tetap optimal.

🌹 Fokus Mempersiapkan Diri Sebagai Calon Ibu

Persiapan untuk menjadi seorang ibu seharusnya sudah dimulai sejak duapuluhlima tahun sebelum anak-anak kita dilahirkan, terutama ketika telah berstatus sebagai istri, persiapan untuk menjadi seorang ibu sudah harus benar-benar matang. Tapi kok rasanya selama ini saya belum pernah mempersiapkan apa-apa untuk menjadi ibu dari anak-anak saya kelak. Hiks

Saya baru mau mempersiapkan diri menjadi seorang ibu di umur yang telah menyentuh angka seperempat abad, itu pun ketika telah sah menjadi seorang istri. Duh, telat banget yak. Tapi tak apalah telat dibanding tidak ada persiapan sama sekali. Eh, berikhitiar mencari menjemput ayah yang baik bagi anak-anak saya kelak juga termasuk persiapan menjadi orang tua kan dan itu sudah saya lakukan ,hehe.

sumber gambar : ibudanbalita.com

Now
, selagi menjadi istri yang belum dapat titipin amanah dari Allah, kita bisa pergunakan waktu luang di rumah dengan fokus mempersiapkan diri sebagai calon ibu, menjalankan promil semaksimal mungkin, banyak membaca buku-buku dan artikel-artikel yang berhubungan dengan kehamilan serta hal-hal yang berhubungan dengan parenting, apalagi sekarang ini banyak bloggermoms yang suka berbagi pengalamannya mulai dari masa kehamilan, melahirkan, memberi MPASI hingga cara mendidik anak di blog mereka masing-masing.

Nah, kita bisa sering-sering blogwalking ke blog mereka dan memetik ilmu yang bisa kita petik. Pengalaman adalah guru terbaik, so, apa salahnya belajar dari pengalaman orang lain. Jadi besok-besok bila menghadapi kondisi yang sama dengan pengalaman mereka kita nggak bakal shock dan bisa hadapi dengan tenang. Well, aktivitas yang demikian bikin waktu kita jadi produktif, kan? Ini jadi reminder juga buat saya biar bisa lebih fokus mempersiapkan diri daripada sibuk memikirkan perkataan dan pandangan orang lain.

🌼 Banyak Membaca Selingi dengan Menulis

Waktu kita di rumah juga nggak bakal terbuang sia-sia bila aktivitas membaca kita jadikan sebagai rutinitas harian. Dengan banyak membaca, cakrawala pengetahuan kita akan semakin terbuka. Terlebih bila kita adalah seorang istri yang doyan menulis, maka aktivitas membaca sudah harus menjadi kewajiban. Karena hobi menulis tidak pernah terlepas dari aktivitas membaca. Keduanya adalah satu paket. Percayalah, tulisan kita nggak bakal pernah berkembang jika kita malas-malasan membaca.

credit

Nah, ini jadi sentilan banget buat saya yang kadang masih sering merasa berat membaca buku dikalahkan sama gadget soalnya doyannya cuma menulis. Aih, pantasan tulisan saya gini-gini saja, nggak ada perkembangan yang signifikan. Huhuhu. Tapi biar pun tulisan masih ala kadarnya, tetap motivasi diri dan usahakan rajin menulis, minimal ada targetlah sekali sebulan posting di blog sebab latihan dan membiasakan diri menulis juga dapat mempengaruhi kualitas tulisan kita lho. Itu menurut saya berdasarkan pengalaman pribadi. Kalau nggak percaya, gih buktikan sendiri. Lebih-lebih sebagai blogger, kudu punya komitemen atuh. Minimal menulisnya sekali sebulanlah. Masa' sulit?ikut ODOP yang tiap hari saja in syaa Allah sanggup, kok posting sekali sebulan nggak yakin *reminder

Baca juga Bikin Blog itu Mudah, Konsisten Ngeblognya yang Susah

🌻 Maksimal Mengurus Suami

Sepengamatan saya nih, banyak ibuk-ibuk yang ketika telah memiliki momongan perhatiannya hampir sepenuhnya beralih ke sang buah hati. Dengan sendirinya posisi suami bergeser menempati urutan di bawah anak. Eh, ini baru sebatas pengamatan saya, entahlah kalau saya yang mengalami mungkin seluruh waktu saya juga bakal lebih tersita urus anak ketimbang suami, ups!

But, kehadiran seorang anak tidak seharusnya menyita seluruh perhatian ibu sehingga sang suami jadi sedikit terabaikan. Tapi yah, tidak bisa dipungkiri kehadiran sang anak dalam rumah tangga membuat sang ibu mau tidak mau harus membagi perhatiannya. Tidak bisa lagi full mengurus suami saja.

Nah, mumpung belum punya anak (meski sudah ngarep) kita bisa maksimal mengurus suami. Jadikan hari-hari yang dilewati berdua bersama suami menjadi hari-hari yang sangat indah, manjakan suami, perlakukan suami dengan sangat baik, jangan pernah membuatnya marah, jangan tampakkan wajah kusam di hadapannya, selalulah tampil cantik di depan suami, berlemah lembutlah saat berbicara dengannya, rajutlah kemesraan tiap waktu dan . . .

Wah, saya nulisnya ideal banget tapi realisasinya, astaghfirullaah  masih jauh dari kategori istri nan shalihah mengingat saya masih sering ngambek dan uring-uringan nggak jelas sama suami. Really, baru saya rasakan ketika menjadi istri mood atau suasana hati saya menjadi benar-benar tak karuan, sering tak terkendali, entahlah saya juga heran kenapa bisa seperti itu. Apa semua istri mengalami hal yang saya rasakan? Ini jadi reminder pake banget buat saya. Setiap waktunya saya harus belajar menjadi istri yang baik dan memperlakukan suami dengan sangat sangat baik, sebab surga seorang istri kan ada pada keridhoan suaminya. Sekali saja suami nggak ridho, ibadah kita nggak bakal diterima sama Allah. Duh, seram kan? Ayo jadi istri yang shalihah *note to my self.

🌻 Kembangkan Skill di Rumah

And the last but not least, agar waktu di rumah bisa lebih produktif, jangan cuma nganggur saja di rumah, kembangkan skill yang ada pada diri kita. Salah satu contohnya adalah skill memasak. Saya termasuk orang yang nggak percaya kalau ada wanita yang bilang kalau dia nggak pinter masak. Saya bisa pastikan wanita itu bukannya nggak pintar masak dia cuma nggak pernah berusaha belajar masak. Padahal masak itu ternyata mudah lho. Asal ada bahan dan perlengkapan. Bumbu yang digunakan juga rata-rata ya itu saja. Cuma pengelolaannya yang sedikit berbeda.

Kalau kamu termasuk orang yang nggak pinter masak coba deh buka youtobe atau buka applikasi cookpad atau beli buku-buku resep makanan atau minta orang tua mengajarkan cara memasak yang lezat, tidak butuh waktu lama dan kamu akan bisa memasak. Soal pintar atau tidaknya belakangan, yang penting skill memasak kamu kembangkan dulu. Saya juga gitu, menjelang menikah orang tua dan tante-tante saya sudah mewanti-wanti lebih dulu ke suami yang waktu itu masih calon, katanya saya nggak bisa masak. Suami dengan legowonya bilang nggak papa, nanti bisa belajar. Sekalinya sudah nikah, suami rada kaget karena istri yang kata keluarganya nggak bisa masak ternyata lumayan pintar mengelola makanan, cuma kadang masih suka nggak pede dengan masakannya sendiri hehe.

credit
Memang sih dulu saya juga pernah buat statment  saya nggak pintar masak, tapi setelah saya buktikan sendiri dengan berusaha belajar memasak barulah saya tidak percaya kalau ada perempuan yang ngaku-ngaku nggak pintar masak. Orang pintar itu karena belajar. Kalau nggak pernah belajar ya gimana mau pintar. Hal yang sama juga bisa kita terapkan dengan mengembangkan skill yang lain. Misalkan dengan mengembangkan skill menulis, berbisnis online, membuka usaha kecil-kecilan di rumah dan lain-lain. Gimana? Pastinya ini juga jadi reminded buat saya. Hmm selain memasak dan menulis, saya pengen mengembangkan skill apa lagi yaak? *mikir

Oke, sampai di sini dulu postingan kali ini. Kalau kalian punya tambahan poin kegiatan yang bikin aktivitas wanita di rumah tetap produktif, boleh dishare di kolom komentar. Sekian :)

#ODOPOKT8

Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia

Posting Komentar untuk "Agar Pekerjaan Istri di Rumah Tetap Produktif, Lakukan Lima Hal Ini"