Lima Hal Ini yang Patut Diwaspadai Bila Keseringan Ditanya Masalah Personal


Bismillaahirrahmaanirrahiim


Apa yang harus diwaspadai dari lima pertanyaan tersebut?

Well, barangkali ada yang beranggapan santai aja keles, nggak perlu risih dan nanggapin serius kalau ada yang sok kepo, sok basa-basi, sok kurang kerjaan nanya-nanya tentang kehidupan personal kita. Misal; udah sampe mana skripsinya, kapan wisuda, kapan nikah, kerja dimana, udah isi belum dan seterusnya. Emang apa yang salah dengan pertanyaan tersebut?

Nggak ada. Iya, emang nggak salah kok. Sah-sah aja, toh setiap orang punya hak untuk bertanya. Lagipula tidak ada aturan di masyarakat kita yang melarang seseorang untuk bertanya. Paling yang ada aturannya, dilarang ribut! dilarang merokok! dilarang parkir! di larang buang sampah sembarangan! dan lain-lain. Nggak ada kan aturan dilarang bertanya?

Malah bertanya itu sangat dianjurkan. Terutama di lingkup pendidikan. Perhatikan aja, seorang guru kalau udah menjelaskan panjang lebar materinya pasti mengakhiri dengan sebuah pertanyaan, "ada pertanyaan anak-anak?" atau kalau kita menghadiri seminar, talkshow pengajian dan sejenisnya, pasti setelah pemaparan materi dari narusumber bakal ada sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator.

Nah, pernah nggak sih terlintas dalam pikiran kita, untuk apa orang-orang bertanya, mengapa kita harus bertanya, atau apa manfaatnya bertanya?

Mungkin pepatah "Malu bertanya sesat di jalan" ini bisa menjadi jawaban singkat yang menggambarkan betapa pentingnya seseorang untuk bertanya.

ALASAN ORANG-ORANG BERTANYA

Take picture in ahmadmufid.com

Umumnya sih, ada tiga alasan yang melatarbelakangi seseorang untuk bertanya.

1. TIDAK TAHU

Ketidaktahuan menjadi alasan utama mengapa orang-orang kerap bertanya. Ya, Kita bertanya karena kita ingin mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui yang mungkin orang lain ketahui. Alasan ini sejalan dengan pepatah "malu bertanya sesat di jalan".

Kalau kita enggan bertanya dan tidak berusaha mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak kita, bagaimana bisa tahu apa-apa yang tidak kita ketahui. Satu-satunya membuka kunci pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu adalah dengan banyak-banyak bertanya. Semakin banyak bertanya semakin banyak ilmu yang bisa kita dapatkan. Itulah sebabnya, tanya-menanya sangat berkaitan erat dengan lingkup pendidikan.

2. BEDA PERSEPSI

Tapi ada juga sih orang yang bertanya bukan karena tidak tahu jawabannya. cuma karena ingin tahu persepsi orang lain sehingga ia sengaja membuka pertanyaan yang jawabannya telah ia ketahui sesuai pemahamannya atau untuk memastikan apakah yang ia ketahui itu pemahamannya udah benar atau belum atau sengaja melontarkan pertanyaan yang jawabannya ia ketahui di sebuah forum agar diketahui pula jawabannya oleh orang-orang yang hadir di forum itu.

Setiap kepala tentu punya pandangan masing-masing memaknai satu hal. Mungkin maksudnya sama tapi cara berpikirnya berbeda atau sebaliknya. Contoh kasusnya seperti keputusan si artis yang baru-baru ini lepas hijab. Keputusan tersebut tentu mengundang banyak pertanyaan di benak pemirsa.

Setelah buka suara ternyata jawaban artis tersebut cukup mengejutkan. Ternyata, dia mempunyai pandangan yang berbeda. Kalau umat islam lainnya hanya melihat dengan satu sisi bahwa jilbab adalah kewajiban, dia berusaha mencari dan melihat dari sisi yang lain. Menurutnya, kebenaran itu nggak cuma satu sisi saja, masih banyak kebenaran dari sisi-sisi yang lain. Dan kebenaran dari sisi yang lain itulah yang ia temukan, sehingga ia mantap menanggalkan busana muslimahnya. It's okelah itu pandangannya dia. Pemahamannya dia. Persepsinya dia. Yang lain juga pasti punya persepsi masing-masing menanggapi kabar yang tak hanya mengundang banyak tanya tapi juga kontroversi di kalangan pan netizen itu. Saya pun punya persepsi sendiri.

Menurut saya satu-satunya kebenaran mutlak adalah yang bersumber dari Rabbil 'alaamin (Tuhan Pemilik semesta alam). Wahyu yang Ia turunkan lewat malaikat jilbril dan disampaikan ke Rasul-Nya adalah kebenaran. Wahyu-Nya yang berwujud perkataan, perbuatan dan ikrar Rasul pun adalah kebenaran. Perintah berjilbab bagi muslimah yang telah baligh termaktub di dua sumber kebenaranan itu. Kebenarannya jelas dan tidak perlu diragukan. Kalau Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk menutup aurat ya sikap kita sebagai orang mukmin harusnya Sami'na wa Atho'na. Kalau emang kita hamba yang taat kita nggak bakal mencari-cari alasan lain yang seolah-olah membenarkan sikap kita yang enggan melaksanakan perintah Allah. Cukup kita dengar, kita taati. Kita tahu hukumnya, kita jalankan. Kita paham ilmunya, kita laksanakan.

Well, itu pandangan saya, kalau kalian punya pandangan yang berbeda pun silakan kemukakan tanpa saling menghakimi, menghujat dan menyudutkan mereka yang pandangannya berseberangan dengan kalian.


3. MENGUJI

Ada juga yang bertanya sebatas untuk menguji orang yang ia tanya. Alasan yang ketiga ini langganan dipraktikkan guru ke murid-muridnya atau dosen ke mahasiswa-mahasiswanya, iya kan? Etapi bukan pertanyaan dalam bentuk ujian semester di bangku sekolah atau kuliah yang dimaksud di sini. Alasan ketiga ini lebih menjurus kepada mereka yang sengaja bertanya untuk menguji dengan maksud menjatuhkan lawan bicaranya, mengajak debat kusir atau untuk menunjuk kehebatannya dan melecehkan orang lain. Pertanyaan dengan maksud menguji ini termasuk kategori pertanyaan yang tidak baik atau tidak semestinya dilontarkan oleh orang berilmu, lebih-lebih yang paham agama.

Bertanya memang sangat dianjurkan tapi tidak semua pertanyaan baik untuk dilontarkan.  Sayangnya di zaman sekarang ini justru makin beranakpinak jenis pertanyaan-pertanyaan yang tidak jelas maksudnya dan sama sekali tidak mengandung kebaikan mau pun mendatangkan manfaat bagi si penanya sebaliknya meninggalkan perasaan resah, risih dan riskan di hati orang yang ditanya.

LALU PERTANYAAN YANG BAIK ITU YANG BAGAIMANA ❓

Saking pentingnya bertanya, Islam pun mengatur adab bertanya yang baik dan benar. Nah, sekarang, mari kita simak bagaimana Islam memandang tentang hukum bertanya ini.

Pertanyaan yang baik adalah bertanya dalam masalah ilmu agama kepada ahlinya untuk tujuan mengamalkan ilmu tersebut. Atau pertanyaan yang tujuannya untuk menambah iman, semakin mendekatkan diri kepada Allah, semakin takut kepada-Nya, semakin cinta kepada Allah. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para Sahabat kepada Nabi adalah mayoritas pertanyaan-pertanyaan semacam itu.

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan  jika kalian tidak mengetahuinya (Q.S An-Nahl: 43)

Nabi mencela orang yang bodoh tapi tidak mau bertanya, berbicara tanpa ilmu (menyebabkan kebinasaan bagi orang lain)

أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ


Tidakkah mereka bertanya jika tidak mengetahuinya. Sesungguhnya obat dari kebodohan adalah bertanya (H.R Abu Dawud)

Ibunda kaum beriman, Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata :

نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ

Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Mereka tidak terhalangi perasaan malu untuk (bertanya) berusaha memahami agama (H.R Muslim)


Ada pun yang termasuk pertanyaan yang tidak baik adalah ketika kita menanyakan sesuatu yang jawabannya tidak kita butuhkan, atau pertanyaan yang tidak mendatangkan faedah atau malah menyulitkan kita. 

Hal ini dinyatakan oleh Allâh Ta'âla dalam QS Al Mâidah : 101 yang artinya : 


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur’an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allâh mema’afkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”


Oleh karena itulah para sahabat dan tabi’in tidak suka bertanya tentang sesuatu kejadian sebelum terjadi atau bertanya-tanya tentang rahasia di balik takdir, yang hanya Allah saja yang tahu.


BERTANYA HARUS PUNYA MAKSUD YANG JELAS



Pertanyaan yang muncul kemudian, bagaimana dengan orang yang suka bertanya kepada saudara, teman, kerabat, atau kenalannya tentang kejadian yang belum terjadi atau takdir yang jelas-jelas belum menghampiri? Apakah yang menyangkut takdir manusia seperti jodoh, rejeki dan kematian termasuk perkara-perkara yang tidak boleh dipertanyakan atau tidak baik untuk ditanyakan?

Jawabannya kembali ke maksud atau tujuan orang yang bertanya. Masalahnya kebanyakan orang yang doyan bertanya kapan nikah, kapan kerja, kapan punya anak dan kapan-kapan yang ada kaitannya dengan takdir tidak punya tujuan yang jelas. Asal nanya aja. Iya nggak? Coba deh tanya balik, kenapa mereka bertanya demikian.

Paling alasannya cuma basa-basi doang alias hanya sekadar bertanya dan jawabannya sama sekali nggak ada manfaatnya buat dia. Reaksinya pasti cuma bilang "OH" aja atau karena dasarnya si penanya ini emang tukang kepo, jadi alasan bertanyanya cuma pengen tahu aja. Udah. 

Kepo hal-hal yang positif atau bermanfaat sih nggak masalah. Tapi kalau keponya hanya ingin memuaskan nafsu dan ikut campur urusan orang lain, ini jelas kepo yang nggak baik. Bahkan ada pula yang menjadikan pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya sebagai guyonan atau candaan belaka dan masih banyaklah alasan-alasan gaje lainnya.

Mengajukan pertanyaan dengan maksud yang tidak jelas memang tidak ada larangannya di masyarakat kita tapi alangkah baiknya sebelum bertanya hal-hal yang berkaitan dengan personal seseorang kita tanyakan dulu ke diri sendiri kalau kita bertanya seperti itu apa manfaatnya, kira-kira menyinggung perasaan orang yang kita tanya atau nggak, efek apa yang bakal timbul dari pertanyaan yang kita ajukan dan seterusnya sampai kita merasa yakin untuk tetap mengajukan atau mengurungkan pertanyaan yang hendak kita tanyakan.

Ketika berbicara dengan seseorang kita dianjurkan untuk berpikir sebelumnya, tidak langsung asal ceplas ceplos berbicara semau kita karena jangan sampai pembicaraan kita menyinggung orang yang kita ajak bicara. Begitu pula halnya ketika kita bertanya yang menyangkut urusan personal seseorang, kita sebaiknya mempertimbangkan baik buruknya lebih dulu, jangan sampai dengan melontar pertanyaan yang kita anggap sepele, dampaknya justru mengundang sendu di hati orang yang kita tanyai.


INI DIA EFEK YANG PATUT DIWASPADAI

Efek yang saya maksud di sini bukan berdasarkan pengalaman saya semata, sebelumnya saya udah survey dengan mengajukan pertanyaan langsung ke eyang google pakai kata kunci "pertanyaan yang menyebalkan" lalu muncullah sederetan pertanyaan yang rata-rata tidak terlepas dari lima pertanyaan yang telah saya ulas sebelumnya. Orang-orang di sekitar saya juga banyak yang berpandangan sama. Sebel bahkan sampai ada yang merasa tertekan karena keseringan ditodong dengan pertanyaan yang dia pun belum tahu jawabannya. Etapi ada juga sih yang nggak sebel, tanggapannya biasa-biasa aja malah senang bila ada yang bertanya-tanya masalah pribadi ke dianya.

Namun umumnya sih lima efek ini yang biasa dirasakan oleh orang yang langganan ditodong pertanyaan menyebalkan tersebut.

SEBEL

Sekali dua kali ditanya sih mungkin kita masih bisa ketawa-ketiwi jawabnya. Tapi kalau keseringan ditanya, ke sini ditanya, ke sana ditanya, kemana-mana ditanya lama-lama kita bakal merasa risih, resah, gerah dan ujung-ujungnya jadi sebel kan? Lama-lama kita jadi merasa orang-orang kayaknya over banget sih pengen tahu kehidupan kita. Iya sih, kita suka diperhatikan dan bertanya tentang kabar pribadi bisa jadi bentuk perhatian tapi kalau pertanyaan yang sama terlalu sering dilontarkan orang-orang ke kita dengan maksud c
uma nanya doang abis itu bilang OH bukannya merasa diperhatikan kita jadi muak kan ditanya-tanya mulu kayak gitu, hehe.

Tapi menurut saya sih bentuk pertanyaan yang menunjukkan perhatian orang ke kita adalah ketika dia bertanya dengan maksud terselubung alias ada maksud baik di balik pertanyaannya. 

#CONTOH 1
A :  Udah lulus kuliah ya, bro?
B : Iya, alhamdulillaah udah wisuda dari September kemarin, bro.
A : Wah, bagus tuh. Trus sekarang kamu kerja dimana?
B : Hehe belum kerja nih, masih sementara nyari-nyari loker. 
A :  Oh ya minat nggak bro kerja di kantor ini tempat saya bekerja.  Lagi buka lowongan tuh yang sesuai dengan jurusan kamu. Kalau minat nanti saya kirimkan persyaratannya.


#CONTOH 2
Ana : Ukh, udah  punya keinginan menikah belum?
Aku : Hehe, kalau niat ingin menikah sih iya tapi belum punya calonnya ukh.
Ana :  Oh ya, kalau ada ikhwan yang mau ta'aruf dengan anti bersedia nggak?
Aku :  . . .

Eng ing eng 😄 contoh yang kedua itu nyata lho, hehe.  Intinya sih, kalau memang benar-benar care bertanyanya, nanggapinnya jangan cuma berhenti di kata OH aja.


BAPER


Baper aka bawa-bawa perasaan adalah efek kedua yang bakal menyergap kita kalau keseringan ditodong pertanyaan yang sebenarnya kita juga pengen punya jawabannya tapi apalahdaya kita sebagai manusia bila Takdir Tuhan belum menyapa.


Padahal sebenarnya kita bisa bersikap santai-santai aja sekali pun teman-teman di sekitar kita banyak yang telah lebih dulu menjemput takdirnya masing-masing. Skripsinya udah kelar, udah wisuda, udah kerja, udah nikah, udah punya anak, dll. Tapi karena rentetan pertanyaan tersebut tak henti menerjang, perasaan kita akhirnya ikut terbawa deh.

GALAU

Dan kalau baper telah menyerang, galau pun ikut beraksi. Ya, kita yang awalnya santai, merasa biasa-biasa aja, no problem dengan kehidupan kita yang masih melajang, masih memperjuangkan skripsi menuju wisuda atau masih berikhtiar menjemput jodoh menuju halal akhirnya mulai terpengaruh dengan keadaan sekitar. Mulai membanding-bandingkan keadaan kita dengan keadaan orang-orang di sekeliling kita.

Kok dia yang baru wisuda kemarin cepet dapet kerja ya padahal saya yang udah lulus kuliah dari tahun kemarin lambat dapat kerjanya?

Tuhan, kenapa nasib saya gini banget ya. Teman-teman saya udah ketemu dengan jodoh-nya masing-masing, kenapa cuma saya yang belum?

Nah, lho. Sebenarnya nggak masalah sih membandingkan keadaan diri kita dengan keadaan orang lain dengan maksud agar kita bisa termotivasi dan semakin semangat mengejar apa-apa yang sedang kita perjuangkaan saat ini, tapi kalau dengan membandingkan keadaan kita dengan orang lain justru membuat kita galau, bersedih, merasa ngenes dan lain sebagainya itu yang jadi masalah.

NGEBET

Masalahnya, tidak sedikit lho orang-orang yang akhirnya cepat-cepet menjemput takdirnya dengan niat yang keliru. Yang semestinya niatnya itu murni lillaahi ta'ala. Namun karena todongan pertanyaan dari orang-orang sekitar ia pun jadi ngebet. Pengen juga. Pengen cepat-cepat lulus. Pengen cepat-cepat dapet kerja. Pengen cepat-cepat nikah. Pengen cepat-cepat punya momongan. Tapi nggak pengen cepat-cepat mati *eh.

Misal nih, ada jomblowan yang sering dikompor-komporin oleh orang-orang terdekatnya yang udah pada nikah. Setiap datang ke kondangan pun pasti dia langganan dapet pertanyaan kapan nikah, kapan nyusul, kok datang sendiri, mana gandenganya? dan bla bla bla.

Ujung-ujungnya ia mulai merasakan sebel kemudian baper lalu galau akhirnya muncul niatannya ingin cepat-cepat menikah supaya bisa terbebas dari pertanyaan-pertanyaan yang seolah menekan dirinya. Nah, niatan tersebut jelas keliru ya. Menikah itu harus karena Allah, bukan karena-karena yang lain.

TERTEKAN

Iya, ada lho orang yang sampe merasa tertekan bahkan stres gegara keseringan ditodong dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kehidupan pribadinya.

Wisuda, kerja, nikah dan punya momongan, dsb semua itu termasuk urusan pribadi seseorang yang seharusnya tidak dijadikan bahan pertanyaan basa-basi, guyonan atau kekepoan orang lain.

Kalau sudah tiba "giliran"nya, tanpa ditanya pun pasti dengan suka cita ia akan mengumumkan kabar bahagianya ke semua orang bahkan ke seluruh dunia kalau perlu. Tapi kalau belum tiba "giliran"nya pertanyaan dari orang-orang sekitar hanya akan membuatnya merasa tertekan. 

So, daripada ceplos-ceplos melontar pertanyaan -pertanyaan yang kemungkinan besar berefek negatif  ke orang yang ditanya mending ganti pertanyaan kita dengan mendoakan yang terbaik untuk hidup mereka. Itu jauh lebih menunjukkan perhatian kita, kan?

13 komentar untuk "Lima Hal Ini yang Patut Diwaspadai Bila Keseringan Ditanya Masalah Personal"

Comment Author Avatar
Hai Dwitya, ini ulasan yg bijak sekali. Sayangnya, sebagian besar masayarakat Indonesia ini gemar berbasa-basi yg kadang jd kebablasan. Ada yg memang niatnya baik dan tulus (tp mgkn cara penyampaiannya yg salah), ada jg yg memang niatnya kepo, want to know aja urusan orang.

Yah, Minimal dimulai dari sendiri dulu ya.. Mengurangi mengajukan pertanyaan2 sensitif pd org2 terdekat kita. Bukan krn ga peduli, justru siap membantu mencarikan solusi bersama bila orangnya benar2 bercerita duluan.
Comment Author Avatar
Hai juga mbak Annisa. Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak di sini. Iya, mungkin karena udah kebiasaan atau udah jadi tradisi turun temurun, orang2 jadi suka basa-basi atau kepo dengan melontar pertanyaan tanpa memedulikan reaksi orang yang ditanya.

Padahal kan nggak semua orang suka ditanya menyangkut masalah personalnya.

Benar mbak. Dimulai dari diri sendiri dulu. Tulisan ini memang sengaja saya jadikan reminder supaya saya nggak kebablasan nanya2 urusan personal orang lain😊
Comment Author Avatar
Betul sekali mbak, saya terkadang jengah mendengar pertanyaan yang tidak pada tempatnya, namun budaya timur memang mengedepankan berbasa basi dan menanyakan keadaan tapi sering kali penanya suka tidak menyadari perasaan yang ditanya. Saya mengalaminya sewaktu saya memutuskan untuk menunda memiliki momongan selama 4 tahun dengan alasan ingin menabung dahulu, saya terus mendapat pertanyaan kapan hamil, disarankan ke dokter sana sini, sampai tuduhan kalau salah satu diantara kami, saya atau suami, mandul. Sebel banget deh rasanya :( padahal mungkin sebenarnya maksud mereka baik, tapiiiiii.....
Comment Author Avatar
Budaya berbasa basi Indonesia sebenarnya memang bagus, cuma pertanyan2 yang berhubungan dengan masalah personal dijadikan basa-basi itu yg menurut saya keliru.

Karena dampaknya ya seperti yg mbak alami , orang yang bertanya mah fine2 saja tapi kasian yang ditanya apalagi nanya2 masalah hamil, kan sensintif banget pertanyaan kayak gtu ditujukan ke pasangan yang belum punya anak.

Tapiii ya begitulah mbak.
Comment Author Avatar
Kalo aku sih biasanya kubuat becanda aja kalau merasa ertanyaannya terlalu retoris dan terlalu personal. aku tipe orang yang amat menjunjung tinggi garis personalitas. mana yang perlu di share, mana yang perlu di keep sendiri. habis jaman sekarang susah sih membedakan mana yang emang care, mana yang murni keppo atau yang pingin banding-bandingin, misal pencapaian aku dan pencapaian anaknya dia yang seumuran aku. lalu berujung pada membangga-banggakan si anak di depan aku.

its okey sih, tapi kadang itu menyakiti hati lho. bikin down. dan merasa tersudut bahkan terkucilkan.

makanya aku gak suka tanya-tanya hal personal, sekalipun itu teman dekatku. toh kalau dia butuh dan percaya padaku pasti dia akan cerita dengan sendirinya, dan minta pendapat. karena basicly aku gak suka ditanya-tanya hal yang amat personal
Comment Author Avatar
Ia mbak, justru krn kita udah ngalami sendiri dan saya nebak yang suka nanya2 kayak gt juga pasti pernah berada dalam posisi yang ditanya pun tahu klu ditodong pertanyaan yg sensitif itu rasanya seperti itu tapi masih juga menanyakan hal yang sama ke orang lain...

Seharusnya pemikirannya kayak mbak,krn gak suka ditanya-tanya hal personal , kita juga gak usah bertanya hal2 tersebut ke org lain😊
Comment Author Avatar
Kalau bertanya dengan maksud dapat hadiah bagaimana? Dan hal ini biasa terjadi dalam sebuah seminar atau forum ^_^
Comment Author Avatar
Boleh banget. Kan pertanyaannya berlaku general bukan personal.
Comment Author Avatar
dari beberapa penggerak seseorang bertanya, beda persepsi itu hal yang paling berpotensi menimbulkan konflik, ya nggak sih? Kalau nanya karena beda persepsi, dan orang lain menjelaskan persepsi versinya.. kit ajadi pingin berdebat dan meluruskan fakta pakai opini kita :")
Comment Author Avatar
Ya bisa jadi, tergantung tujuan bertanyanya. Kalau maksudnya mau menyamakan persepsi atau menemukan kesimpulan dari persepsi yang berbeda ini bisa dilakukan dengan cara berdiskusi, tapi kalau tujuannya ingin mempertahankan argumennya dan merasa persepsinya paling benar, tidak mau menerima pendapat orang lain, nah yang kayak gini nih yang bisa berujung pada perdebatan.
Comment Author Avatar
aku sering bertanya karena beda persepsi. dari bertanya aku bisa tau apakah persepsi aku cukup benar atau salah. memang terkadang bertanya beda persepsi itu mengundang konflik tapi balik lagi pada diri sendiri untuk mau open minded.
Comment Author Avatar
Saya juga sering ditanya-tanya orang atau tetangga tentang masalah personal yang sebenarnya bukan kuasa kita menetukan hal tersebut, namun orang-orang suka kepo dan membanding-bandingin keadaan kita dengan orang lain. Kadang mereka bertanya bukan tanda mereka perduli, tapi cuma mau tau, cari informasi buat jadi bahan pembicaraan dengan orang lain

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.