Senja dalam Duka



"Farel mungkin membenciku" gumam Rani kecil hampir tak kedengaran

Gadis berkerudung pink yang duduk di depannya mengerutkan kening.

"Tahu darimana Farel membencimu?" ujar gadis berkerudung pink sembari memainkan sendok di atas secangkir cofee mocca yang asapnya mengepul

"Buktinya, sejak kami pisah, sikapnya ke aku berubah drastis, May. Jutek, cuek, dingin"

"Hmmm, mungkin dia punya alasan bersikap kayak gitu"

"Mungkin...?" ucap Rani seolah bertanya pada dirinya sendiri

Selanjutnya tak ada tanggapan dari gadis berkerudung pink. Gadis yang Rani panggil May itu perlahan menghirup cofee dengan ekspresi jelas sedang memikirkan sesuatu. Seperti ada yang mengganjal. Rani tak tahu apa yang terlintas di benak sahabatnya ketika ia sering mengungkit kembali nama Farel.
...


Benar. Sampai detik ini Rani masih menggenggam rasa terhadap cowok yang pernah menjadi kekasihnya selama setengah tahun. Memang enam bulan bukan masa yang panjang untuk hubungannya dengan Farel. Bisa di bilang baru seumur jagung. Tapi waktu sesingkat itu mampu menyulam selaksa kenangan indah di antara mereka. Ia menyebutnya sebagai kenangan keabadian. Rani menyimpan semuanya disana. Di ruang hatinya yang selalu bertanya-tanya mengapa perbedaan status harus merubah segalanya?

"aku yang melepaskan tapi sepertinya aku yang dilepaskan"gumam Rani lagi dengan suara yang sengaja ia kecilkan namun terdengar sampai di telinga sahabatnya.

Alis May terangkat satu. Tangannya kali ini memainkan smartphone yang sengaja ia putar-putar diatas meja kafe.

"Maksud kamu?"

"May, Kamu tahu kan, aku pisah dengan Farel, bukan karena ada orang ketiga, keempat atau seterusnya, justru karena aku masih teramat mencintainya" ujar Rani sendu. Pikirannya kini menerawang jauh.

Farel bahkan tidak menanyakan alasan mengapa ia mendadak ingin sendiri, lelaki itu bahkan tidak mempertahankan hubungan mereka. Hanya mengangguk mengiyakan. Ah, semudah itu kah? Bukan maksud Rani, agar Farel memelas kasih demi hubungan mereka. Setidaknya jika memang lelaki yang ia cintai pun mencintainya, akan sulit bagi Rani melepaskan genggaman.

"Ngapain sih masih memperdulikan orang yang sudah tak perduli lagi sama kamu?" seloroh May dengan tangan yang makin lincah memutar smartphonenya

Rani terpaku sejenak kemudian ia tertawa kecil. Gadis itu baru sadar sahabatnya termasuk tipe kinestis. Setiap kali curhat ia selalu mendapati May dengan tangan yang tak bisa tenang. Hanya setiap kali ia bicara tentang Farel???

"karena aku masih mencintainya" ungkap Rani mengakhiri percakapan mereka senja itu di Cafe corner, tempat ia biasa nongkrong bersama May.
...

"Putus hubungan bukan berarti putus silaturahmi kan? Tanya Rani di ujung telpon.

"Iya, meskipun kita tak lagi bersama, silahturahmi harus tetap dijaga dong" ujar suara di seberang sana.

Percakapan tersebut terjadi di malam kedua setelah Rani dan Farel berpisah. Malam dimana Rani memberanikan diri menelpon sang mantan. Hanya untuk memastikan satu hal. Ia tak ingin hubungannya dengan Farel berakhir seperti Arif dan Devi ataupun Randi dan Vina, teman sekelasnya yang sempat jadian namun terlihat bermusuhan setelah putus. Mereka seolah tak saling kenal dan tak pernah bertegur sapa. Diluar sana pun banyak orang yang pacaran lengketnya ibarat surat dan perangko eh sekali putus jaraknya udah kayak ujung timur dan ujung barat padahal sering berpapasan di jalan.

Dan Rani, gadis berkacamata itu bertekad ingin mengubah image orang yang menganggap putus bakal musuhan. Ia ingin buktikan bahwa ia dan Farel akan menjadi teman sekalipun mereka tak lagi bersama. Rani menyimpan lekat kata-kata Farel malam itu. Ia senang mendengar Farel tetap mau menjalin silaturahmi dengannya.
....

Ternyata awalnya saja ucapan lelaki itu bisa dipercaya, awal putus saja Rani masih bebas ngobrol dengan Farel walau agak risih sebenarnya karena mereka sudah berbeda status, dari kekasih menjadi teman, ia pun masih bisa menikmati senyum dan tawa renyah Farel. Sebab selang berapa hari setelah percakapan di malam itu, Rani mendapati Farel berubah 180 derajat. Lelaki yang ia impikan itu mulai menjaga jarak, memilih menjauh, mendadak jutek. Padahal hari-hari mereka kerapkali berpapasan di kampus, kalau bukan Rani yang menyapa lebih dulu, jangankan disapa, melontar senyumpun tidak. Farel berlalu begitu saja. Mengacuhkannya.

Itukah yang namanya menjalin silaturahmi?

Tragis. Gadis itu terpaksa mengalami nasib yang sama dengan kedua teman kelasnya. Lama-lama Rani bosan juga sering menyapa sedang yang disapa terlalu cuek. Padahal dulu Farel menjadi seorang yang paling dekat dengannya, sekarang.. sekalipun ia berhadapan dengan sang mantan, hanya berjarak sekian senti bisa ia rasakan ada jarak terbentang diantara mereka. Jarak yang membuat Rani tak bisa lagi menjangkau Farel. Lelaki itu kini berbeda, sikapnya terlalu dingin dan menganggap Rani bagai orang asing.
...

Andai bisa ku ulang waktu, aku ingin menjadi temanmu saja, setidaknya dengan begitu aku tak merasa perih sebab seorang yang kucintai dan pernah mencintaiku kini membuat aku harus berpura-pura tak mengenalnya. Aku benci bila harus mengacuhkanmu

Rani membaca ulang deretan kalimat yang baru ia kirim ke wall facebook. Kali ini ia berlagak menyesal. Entah sudah berapa banyak status Rani tertuju pada lelaki yang mengingkari ucapannya sendiri. Sayang, tak pernah ada respon, like maupun komentar. Serupa Farel yang tak perduli pada dirinya, ia juga tak perduli Farel membaca statusnya atau tidak. Pun tak perduli dengan perasaan Farel yang mungkin sudah berpaling sejak lama. Rani benar-benar tak perduli. Kini ia hanya perduli dengan perasaannya saja. Memilih mencintai tanpa ikatan.
...

Senja di pantai losari Dua insan berdiri menatap langit berwarna jingga. Sebentar lagi mentari akan tenggelam, sunset yang mereka nantikan bersama untuk pertama kalinya.

"Rel, kamu tahu gak? aku bahagia banget bisa memiliki kamu" ucap si gadis berbalik memandang wajah kekasihnya

Si lelaki yang menggenggam tangan gadis tersebut tersenyum kecil. Pandangannya tetap menatap langit senja itu.

Alunan suara Afgan dengan jodoh pasti bertemu-nya tiba-tiba berkicau dari smartphone milik si gadis.

"Rani" lirihnya memandang smartphone lalu si lelaki di sebelahnya bergantian. Si lelaki menoleh dan memberi kode agar ia segera mengangkat telpon yang lumayan lama berkicau.

"Hallo May, kamu lagi dimana, kok sms aku daritadi gak dibalas?"

"Ia.. Hallo. Mmm.. aku lagi di... kos aja nih, kenapa Rin?"

"Ohh.. Gak, tadinya aku mau ngajak kamu jalan tapi kayaknya di kos kamu rame banget yah. Kamu sama siapa di situ?"

"Mmm.. Rame yah? Iya nih ada tetangga kos sebelah kedatangan tamu.. Mm aku sendiri aja kok. Maaf Rin, da yang lagi aku kerja.. Ntar yah aku hubungi kamu"

"dia bilang apa?" tanya si lelaki tepat ketika gadisnya menutup telpon

"minta ditemani"

"Oh"

"Rel, aku masih gak enak sama Rani"

"Lho, kok kamu yang gak enak. Nyantai ajalah.. Toh aku udah gak ada hubungan sama dia"

"Tapi Rel, tiap ketemu dia selalu curhat tentang kamu, ngatain kamu cueklah, juteklah, dan sikap kamu yang menurut dia kebangetan"

"aku tidak suka sama cewek yang main belakang padahal aku setia sama dia. Apalagi dia pacar pertamaku. Kecewa saja saat tahu dari kamu kalau dia mendadak minta pisah gitu karena ada lelaki lain

May terdiam.

"Gak usah merasa bersalah sayang, malahan aku salut sama kamu yang pengen kita backstreet demi menjaga perasaan Rani" lanjut Farel sambil menggenggam tangan May.

Gadis berkacamata itu berdiri tak jauh dari sepasang insan yang saling berpegangan tangan di depan sana. Ia sangat mengenali kedua sosok yang sedang menikmati senja bersama. Mereka terlihat bahagia sementara dia sendiri bak di terjang badai. Lalu seakan muncul ratusan jarum menusuk-nusuk hatinya. Pedih menohok. Sakit sekali ya Allah. Hatinya sedari tadi menangis sejak berbicara dengan May di telpon dan sekarang matanya nyaris mengeluarkan air. Sudah berkaca-kaca. Lalu kesedihan tak mampu lagi ia bendung.

Damayana dan Farel Anugrah. Terima kasih atas luka yang kau torehkan. Mengapa harus ada kata tega diantara kita? Mengapa justru sahabatku sendiri yang paling tahu perasaanku tega menghianati. Dan kenapa justru orang yang kucintai tega memilih sahabatku

Aku suka senja. Aku suka menikmati sunset. Dulu hampir tiap hari Farel menemaniku melewati puluhan senja bersama. Ah, tapi kini kenapa senja pun tega meninggalkan duka di kedalaman hatiku:'(@maharani

cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan cerita maka yakinlah di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan
posted from Bloggeroid

6 komentar untuk "Senja dalam Duka"

Comment Author Avatar
eh plot twist di akhir aku g nyangka keren :D
ini kamu curhat ya kak? *puk uk* semoga diberikan takdir yang lebih menawan :D
Comment Author Avatar
wihhh keren ceritanya, ini yang jahat sebenernya siapa ? masih ada lanjutannya ya ?
Comment Author Avatar
speechless! ketjeh badaiiiiii kak zhie (y)
aku sukaaaa skuuu sukkkaaaaaa >.<
Comment Author Avatar
Anonim 01:34
Ada curhat dibalik cerita ini, jadi zhie pernah ditikung sama tman sendiri?? #eh Hahahaha.... :D

Zhie, coba deh bikin satu rubrik di blog tentang cerita bersambung, kan asik tuh... Apalagi zhie sering banget nulis cerpen. Kalo sebula, dua bulan, setahun. Kan lama2 bisa dijadiin buku. :3
Comment Author Avatar
asem -_- dunia gak ada yang kebetulan katanya :D

wkwk, mangkanya gausah pacar-pacaran, sakit kan? akhirnya si cowok ditikung juga sama sahabat sendiri ._. meskipun ini cuma fiktif, tapi.,. pukpuk ya kak :p
Comment Author Avatar
by blogeroid tu kamu ngpostnya pake apaan Zhie?? oh jadi ceritanya sahabatnya sama pacarnya gitu ya...bisa ngerasain gimana pahitnya sih yaa Zhie..behehehe..berkaca dari pengalaman pribadi nggak nih Zhie?? hehhe. bagus sih bagus tapi mungkin bisa lebih dipadetkan kali ya Zhie biar nggak terlalu panjang... :)

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.