Inikah Obsesi Saya?



Berbicara tentang obsesi, terngiang diri saya di tiga tahun lalu. Tepatnya saat saya baru saja melepaskan gelar siswa kemudian merantau ke kota Daeng demi menyabet gelar mahasiswa. Ketika itu pikiran saya cuma tertuju pada satu hal. Saya harus kuliah di jurusan farmasi UNHAS. Pokoknya saya gak minat kuliah di tempat lain, dan gak mau ngambil jurusan selain Farmasi.

Kalau kalian bertanya, kenapa saya pengen masuk di farmasi? Sejujurnya saya gak punya jawaban pasti. Sedari kecil kalau di tanya cita-cita saya apa? Saya selalu jawabnya dokter. Sampai di suatu hari, untuk pertama kali  saya ngelihat orang kecelakaan. Saya lihat orang itu tergeletak di jalan bersimpah darah,  detik itu pula perut saya mendadak panas, dan isi perut saya rasanya pengen keluar semua. Saya muntah. Saya jijik.

Di kelas X SMA, saya menyaksikan kepala teman saya bocor, dan mengalirkan darah hingga berceceran di lantai. Saya kembali pengen muntah. Saya jijik. Akhirnya saya menyimpulkan sendiri bahwa saya gak cocok jadi dokter.

Selanjutnya cita-cita saya bukan lagi dokter, saya dengan mantap mengubah haluan. Kira-kira cita-cita apa yang pantas buat saya? Yang jelas bukan guru, karena saya gak pengen kembali ke sekolah, saya pengen tetap bercita-cita di bidang kesehatan asalkan bukan dokter ataupun perawat.

Saat duduk di bangku kelas XII, saya baru kelimpungan mencari cita-cita baru. Ternyata rumit juga yah memilih cita-cita. Saya kemudian teringat dengan mbak Tika, yang melanjutkan studynya di farmasi UGM. Mbak Tika ini bukan kakak kandung saya, tapi karena kami pernah akrab banget udah kayak saudara sendiri. Sayang sekali karena waktu dan jarak mampu  melunturkan kedekatan yang dulu pernah tercipta antara kami huhuhu. Via messages saya minta pendapat mbak Tika tentang Farmasi dan dia memberi jawaban yang klop deh dengan keinginan saya. Masih di bidang kesehatan yang tidak perlu berurusan dengan darah. Terinspirasilah saya pengen ngikutin jejak mbak Tika.

Lalu pernah pada saat pelajaran BK, guru saya memberikan tugas. Kami di kasih kertas putih polos yang boleh di gambar, boleh di coret-coret, boleh di tulis apa aja, terserah. Nah kertas  itu saya pake buat mengarang bebas. Saya lupa ngarang apa  yang pasti di karangan tersebut, saya gak nyebutin keinginan saya jadi apoteker. Kemudian setelah tugas tersebut selesai, beliau memanggil dan mengomentari tulisan kami satu per satu. Pas giliran saya, Ibu BK memberi komentar yang bikin saya agak tersentak. Kata beliau saya cocok jadi apoteker, hanya gegara ngelihat hasil tugas saya itu. Lha trus apa hubungannya karangan saya dengan apoteker? Tanya aja sama guru BK saya hehe:D  Wuihh, hati saya pun makin mantap memilih farmasi.

Singkat cerita perjalanan saya buat masuk jurusan farmasi ternyata tak semulus yang saya kira. Namanya takdir kali yaa, meskipun sempat lolos di jalur lokal UNHAS dari tiga jalur yang saya ikuti,  masih  saja ada halangan yang membuat saya terpaksa membuang jauh-jauh keinginan saya masuk farmasi tahun itu dan terpaksa banget memilih berada di jurusan pendidikan Matematika UIN daripada nganggur selama setahun.

Lha bagaimana ceritanya saya bisa terdampar di UIN, di jurusan pendidikan lagi. Duuuhh padahal dari TK sampai tamat SMA, saya sama sekali tak pernah bercita-cita menjadi guru.

Bukan terdampar sih sebenarnya, saya sengaja ngedaftar masuk di UIN sekedar wanti-wanti doang atau istilah lainnya menjadikan UIN sebagai kampus cadangan, dengan pilihan utama FARMASI, pilihan keduanya saya asal pilih.

Ketika keluar pengumuman di UIN, saya dinyatakan lolos lantas bukannya bersyukur saya malah mengeluh, kenapa pilihan asal-asalan saya sih yang lolos, kenapa bukan pilihan pertama saya?”

Mau gimana lagi, kalau emang jalannya udah gitu?

Menurut saya waktu itu, kampus terbaik di Sulsel itu cuma UNHAS dan fakultas terbaik selain kedokteran itu cuma Farmasi.

Akhirnya, dua semester saya menjalani aktivitas sebagai mahasisiwi pendidikan Matematika dengan setengah hati. Dan bertekad tahun berikutnya saya harus mencoba lagi mendaftar ulang di jurusan Farmasi.

Nah selama setahun kuliah di UIN pandangan saya tentang kampus hijau tersebut yang tadinya menurut saya kurang bagus, di bawah level, tidak se-ideal kampus UNHAS dan bla..bla.. ternyata salah. Saya nya aja yang mungkin terlanjur men-sugesti pikiran saya bahwa UNHAS itu unggul, UNHAS itu keren dan bla,,, bla.. berdasarkan omongan orang-orang di luar sana.

Nyatanya UIN tak kalah keren lho. Terlebih karena angkatan saya lah yamg meresmikan gedung baru UIN di Samata yang di sebut-sebut sebagai kampus termewah di Indonesia Timur. Ibarat Istana yang terletak di dalam hutan.


penampakan kampus UIN Alauddin Samata

Trus gimana dengan jurusan saya di pendidikan matematika? Oke, saya masih merasa tersesat. Saya yang gak pernah menargetkan diri bakal kuliah di jurusan yang orientasinya mencetak calon guru tiba-tiba menjadi bagian dari calon guru itu rasanya,, duuuh membayangkan sebelumnya saja tidak  pernah.  Apalagi saat menjalani masa-masa praktikum di awal semester. Ampun,  bikin saya kewalahan, dalam seminggu itu saya musti buat dua laporan, satu diketik manual, satu tulis tangan. Huaaa saya hampir gak sanggup tapi toh saya berhasil juga menjalani dua semester meski beberapa nilai saya anjlok salah satunya yaitu mata kuliah ampuh dijurusan Pend. Matematika. KALKULUS.

Tiba di tahun selanjutnya, niat saya buat daftar di jurusan farmasi belum pupus, akan tetapi ragu mulai terselip,  kalau saya daftar ulang so pasti saya bakal kembali  jadi mahasiswa baru di sisi lain saya sendiri merasa gak betah dengan teman teman sekelas saya yang udah pada berkelompok-kelompok, sedang saya merasa tersisihkan. Andai selama setahun itu ada sesuatu yang buat saya betah di kelas, saya akan bertahan. Ahh.. tanpa pikir panjang saya memutuskan untuk daftar ulang di UIN. Yup, ternyata selama kuliah setahun di UIN berhasil mengubah mindset saya, bahkan mengalihkan pandangan saya yang sebelumnya selalu tertuju pada UNHAS. Saya telah jatuh hati pada UIN rupanya.

Oh ya mengenai masalah pendidikan, papa dan mama saya adalah tipikal orang tua yang memberikan kebebasan pada anaknya, terserah saya mau kuliah dimana di jurusan apa, ortu saya antusias mendukung. Ketika saya bilang mau mendaftar ujian masuk maba kembali dengan pilihan FARMASI, mereka sama sekali tidak keberatan.

Dan masalahnya justru datang dari diri saya, bagaimana kalau saya lulus di Farmasi? Bagaimana kalau saya harus mengulang lagi dari awal, sama teman-teman sekelas saya yang seangkatan aja saya kesulitan beradaptasi apalagi dengan teman setingkat di bawah saya. Mana belakangan baru saya tahu kalau di jurusan farmasi ternyata lebih banyak praktikumnya berarti hari-hari buat laporan mulu. Sedangkan di jurusan Pend. Matematika, praktikum hanya ada di semester awal. Baru menjalani dua praktikum aja saya nyaris putus asa, apalagi kalau sering-sering masuk lab, buat laporan. Haduuuhhh bagaimana kalau saya gak bisa menjalani semua itu? Ottoke.. ottoke. Ya udah, saya serahkan semuanya saja sama Allah, apapun itu saya akan menerima dan menjalani takdir saya.

Kalau lolos berarti saya akan menjadi mahasiswa baru paling manis, kalaupun  gak lolos saya bertekad gak akan setengah-setengah lagi kuliahnya, saya akan menerima sepenuh hati menjadi mahasiswa calon guru matematika.

Ternyata Allah sungguh Maha Tahu dan Maha Baik, Dia memberikan apa yang saya butuhkan bukan apa yang saya inginkan. Saya gagal pemirsa. Ragu saya luntur sudah semua. Anehnya, kali itu tidak ada kekecewaan, malah terbetik rasa syukur. Saya yakin  itulah jalan terbaik yang di berikan Tuhan untuk saya. 
Fakta membuktikan, sekarang saya sudah jatuh cinta dengan profesi guru. Kalau sebelumnya saya sempat mensugesti pikiran saya bahwa guru merupakan profesi biasa-biasa saja, nothing special, eh sekarang justru saya begitu bangga menjadi calon guru dan sedang menikmati indahnya menjadi guru PPL di KELAS XI IPS 1 SMANSES MAKASSAR .

Trus apa hubungannya dengan obsesi?

Pertama, mari kita lihat apa pengertian obsesi menurut KKBI

 


Lho.. lho kok pengertiannya kaya gitu? Gangguan jiwa? apa maksudnya? Tadinya saya tidak mempercayai kata KBBI  di hape saya, setelah saya bertanya sama oom google, jawaban yang sama saya temui. OBSESI = Gangguan Jiwa. Membingungkan bukan, saya juga bingung nih. Lalu sebenarnya obsesi itu apa?

Sekarang saya pengen bertanya, apakah keinginan saya untuk masuk di farmasi adalah dambaan yang benar-benar saya butuhkan atau sekedar obsesi semata di mana saya di pengaruhi oleh sebuah sugesti terhadap sesuatu hal dan mengesampingkan hal lain?

Lalu muncul pula pertanyaan seperti ini apakah impian dengan obsesi adalah hal yang sama? Apakah kuliah di jurusan farmasi UNHAS itu adalah impian saya ataukah sekedar obsesi semata?

Silahkan di jawab. Sekian^^

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Best Article Blogger Energy"

 Zhie writing with smile
@cha_dwy

11 komentar untuk "Inikah Obsesi Saya?"

Comment Author Avatar
semoga obsesinya bisa jadi guru ya..selamat hari guru ^^
Comment Author Avatar
dari parmasi ke pendidikan matematika gak jauh2 banget kok zhie.. sama2 banyak itung2annyaa.. hahahaha

om google gak sellau benar zhie.. itu mah obsesi lain kali... masak obsesi di bilang gila... ngaco deh... ahhaha
Comment Author Avatar
menurut saya, keinginan masuk di UNHAS hanya obsesi. hari ini hari PGRI kan, jadi guru matemaktika juga keren. biar satu profesi gitu. *maksa
Comment Author Avatar
manusia hanya bisa berencana. Allah yang menentukan. yang pstinya allah akan memberikan yang terbaik buat umatnya.
menurut saya sih itu obsesi kamu, tapi kalo kamu bner" berusaha itu bisa jadi kenyataan loh masuk farmasi. kalo tetep gak masuk brrti kembali kepada Allah. mungkin profesi guru emang terbaik buat kamu :)
Comment Author Avatar
yah.. Tuhan kan selalu memberi yang terbaik, yang kita butuhkan, dan bukan sekedar yang kita inginkan..
Comment Author Avatar
hahahaha, gue tau kenapa guru BK nya bilang cocok jadi apoteker? Karena tulisanmu susah dibaca. Huehue

sama kayak gue, dulu gada cita2 guru, eh malah kuliah jurusan pendidikan.
Comment Author Avatar
Mungkin menurut KBBI Obsesi itu keinginan yang udah gak wajar dan diluar akal sehat. Karena orang yang terlalu terobsesi juga biasanya bakalan sakit banget kalo obsesinya gak kesampaian :)
Comment Author Avatar
Kadang Memang hidup itu keras ya, kak.-. Pengen jadi apoteker malah jadi matematika. Tapi aku pernah dengerin di radio, bahwa love what you di is all the key to be success aha
Comment Author Avatar
buset aku baru tau kalau ternyata obsesi itu semacam gangguan jiwa. Macam mana pulaaaak ini Zhie..iya syama! Dulu aku juga ngerasa aku tersesat. Pas masuknya kalau ditanya kenapa masuk fakultas bahasa Inggris? jwabannya simple. Yang nggak ada matkul MATEMATIKAnya, dan akhirnya aku merasa terdampar di suatu keadaan dimana aku ada di arus persiapan menjadi seorang GURU. And now, I am a teacher, and I am damn happy about it. Banyak mimpi aku rentas dari sini. Membantu sesama, berbagi ilmu karena aku masih ingat salah satu hal yang saat kita mati pahalanya tetap jalan terus adalah ilmu yang bermanfaat. Juga, kita bisa ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Satu Zhie yang aku pingin. Bisa membantu anak anak yang punya semangat tak terbatas dengan sarana terbatas bisa belajar dan optimis sama masa depannya. Aku pingin ikut Indonesia Mengajar.
Comment Author Avatar
hidup itu emang gitu ya kadang rencana awal kita apa eh malah kita dibelokkan ke rencana yang sejujurnya kita gak mau masuk kesitu. Dan lama-kelamaan kita pun merasa suka sama rencana yang diberikan hidup itu :)
sukses terus kak :D
Comment Author Avatar
dinikmati saja prosesnya zi :D
supaya nanti ujungnya bisa menikmati hasil meskipun awalnya kita gak srek tapi kalo dinikmati semua jadi indahh ~ tsaaah
haha mungkin obsesi bisa buat orang jadi gila makanya dibilang gangguan jiwa :))

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.