Jejak Kenangan Menuju Gua Mimpi

Bismillahirrahmanirrahiim


Maa syaa Allaah. Saya dibuat terkesima dengan pemandangan yang terhampar elok di hadapanku. Pegunung karts yang menjulang tinggi memamerkan keindahannya, pepohonan hijau yang berdiri tegak, daun-daun yang melambai, kolam renang yang berdampingan dengan paduan warna berbeda. Hijau dan Biru. Semua tampak begitu eksotik.

Ah, saya tak pandai melukiskan secara detil sketsa Allah yang terbentang sempurna itu. Sulit pula melukiskan perasaan yang terlampau takjub dengan pesona alam yang baru pertama kali saya saksikan. Padahal sudah tiga kali berkunjung ke objek wisata yang terkenal dengan air terjun dan kupu-kupunya itu, dan saya sama sekali tak tahu selain kolam-kolam renang yang berjejer di sekitaran air terjun, ternyata objek wisata tersebut juga memiliki penginapan dengan kolam renang terindah (menurut saya) di luar lokasi air terjun.

Objek wisata yang terkenal dengan air terjun dan kupu-kupunya? Yup, bagi kalian yang tinggal di daerah Sulawesi Selatan pasti tak asing lagi dengan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, sebuah objek wisata yang terletak di daerah kabupaten Maros atau sekitar 45 km dari kota Makassar.

di depan kolam hijau

Gambar pemandangan nan elok di atas diambil waktu saya mengikuti kegiatan Training Of Writing and Recruitmen Forum Lingkar Pena Sulawesi Selatan (ToWR FLP SulSel) bersama rombongan peserta dan panitia FLP Sulsel di penghujung tahun 2013 lalu. Pemandangannya terhampar tepat di depan lokasi penginapan kami yang berada sekitar 100 meter setelah pintu gerbang utama atau 100 meter sebelum tempat membayar karcis masuk. Kegiatan tersebut berlangsung selama tiga hari dua malam, jadi selama itu mataku dimanjakan dengan keindahan alam yang tidak pernah saya jumpai di kota Makassar, rasanya sungguh meneduhkan dan menentramkan hati.

Bagaimana dengan pesona air terjunnya? Tentu tak kalah eksotik, daya tariknya bahkan mengundang banyak wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Saya sendiri meskipun sudah tiga kali berkunjung ke sana selalu pengen kembali.

Alhamdulillah, setelah dua hari menerima materi kepenulisan di ruang pelatihan yang terdapat di lantai dua lokasi penginapan kami, pada hari ketiga tepatnya hari Ahad (29 Desember 2013) baru lah peserta ToWR diajak masuk oleh panitia dan pemateri ke lokasi air terjun dengan berjalan kaki sekitar 200 meter dari penginapan. Oh ya, kegiatan kami pagi itu adalah travel writing,dimana setiap peserta diminta membuat suatu karya baik puisi, artikel maupun cerpen dengan tema berdasarkan apa yang mereka lihat, rasakan, dan dengarkan di sepanjang perjalanan menuju lokasi Air Terjun Bantimurung.

Berhubung saya panitia, jadi tugasnya cuma mendampingi peserta, yah lumayan sekaligus ikut menikmati lagi air terjun dan melihat kupu-kupu Bantimurung untuk keempat kalinya.

me in the kingdom of Butterflies

Namun, kedatanganku kali itu ternyata tidak sampai berhadapan dengan air terjun saja dan menyaksikan berbagai jenis kupu-kupu langka yang sudah diawetkan dan tersimpan di museum kupu-kupu, lebih dari itu. Sesampai di depan Air Terjun peserta dibiarkan mencari inspirasi dan bercengkerama dengan pulpen dan kertas yang mereka genggam masing-masing.


Sementara saya bersama panitia yang lain asyik mondar-mandir mencari tempat yang cocok untuk berpose ria dengan memamerkan air terjun sebagai latarnya. Kayak gambar di bawah ini :-D

samping air terjun

Sampai akhirnya yang lain pada sibuk sendiri, dan tersisalah saya dan keempat saudariku (Kak Irna, Kak Mita, kak Dikva dan Ismi) sesama panitia yang tiba-tiba memutuskan akan melakukan perjalanan yang tak terencanakan sebelumnya. Gua Mimpi. Taman tersebut rupanya terkenal pula dengan gua-guanya.

Bermodalkan basmallah dan nekat kami mulai menjajaki anak tangga menuju "gua mimpi" yang keberadaannya pun diantara kami tak ada yang tahu, sebab belum pernah ada yang ke sana, termasuk saya meski sudah tiga kali berwisata ke Bantimurung, dan sudah sering mendengar nama gua.

wbersama tiga akhwat FLP di tengah hutan
Nah, karena rasa penasaran yang cukup menggebu-gebu, saya sengaja ambil bagian dalam perjalanan tersebut, sekalipun terbersit rasa kurang yakin. Apalagi saat itu kami hanya berlima dan semua perempuan. Tak di sangka setelah menapaki puluhan anak tangga, tepatnya saat kami sejenak mengistirahatkan kaki sembari mengabadikan diri yang sudah berada di tengah hutan dengan ketinggian yang entah berapa meter (saya tidak bisa memperkirakan) , dari belakang muncul kak Nursam dan kak Hendra yang juga panitia ToWR, mungkin mereka sengaja menyusul untuk mengawasi kami, hehehe. Padahal saat itu kami sudah mulai putus asa lho dan berniat hendak kembali namun keberadaan kedua lelaki itu membuat kami urung dan semakin memantapkan langkah. Terlebih kami mengira mereka tahu keberadaan gua mimpi, ternyata sama saja. #Gubrag

Perjalanan pun dilanjutkan. Kami terus saja berjalan tanpa pemandu apalagi membawa peta. Cuma mengikuti alur anak tangga. Entah sudah berapa banyak anak tanggal yang berhasil saya taklukkan. Napas ngos-ngosan ditambah betis yang seakan mau remuk membuat saya sesekali mencuri jeda sekedar istirahat sebentar kemudian lanjut lagi. Sedikit-sedikit pula saya melontar tanya "kapan sampainya?". Tentu saja tidak ada yang tahu. Hanya lontaran "mungkin.. sedikit lagi".

Perjalanan kami diiringi dengan rintik-rintik. Tanah yang masih basah, terjal dan lincin. Becek di sepanjang jalan pun ikut menghiasi perjalanan kami yang seolah tak ada ujungnya. Lumayan melelahkan Tapi, sensasinya itu lho, luar biasa. Jalan yang berliku, menanjak, mendatar, menurun itu benar-benar menantang adrenalin kami untuk sampai di mulut gua. Kira-kira sekitar 30 menit akhirnya kami sampai juga.

Bagaimana rasanya?

Sumpah. Rasanya seperti mimpi saja. Saya bisa menapaki ratusan anak tangga hingha sampa di gua mimpi. Wow. Benar-benar perjalanan yang tak kan terlupakan. Pasti. Menjadi kenangan terindah di penghujung tahun 2013. Jadi, biar tetap terkenang tak lupa kami abadikan dengan jepretan. Untung ada kak Hendra yang bersedia jadi fotografer, kak Nursamnya ogah di foto ya sudah kami yang akhwatnya narsis dulu sebagai bukti berhasil sampai ke gua mimpi, hohoho.

Gambar dari kanan: kak Mita, Ismi, aku, kak Dikva dan kak Irna

Ye ye ye.. akhirnya sampai juga kite di gua mimpi ^_^


Setelahnya kami sempat masuk ke dalam gua, namun belum setengah perjalanan kami urung dan terpaksa balik. Yah sayang, gegara di dalam gelap mencekam plus menyeramkan, apalagi kami tidak membawa senter kecuali cahaya dari hape yang kurang terang juga karena tidak adanya pemandu membuat kami harus membatalkan niat mengarungi gua mimpi. Mungkin, lain kali, insya Allah jika masih diberi umur panjang.

Tak mengapalah... yang penting kami sudah berhasil menaklukkan perjalanan ke sana dengan selamat. Yang penting kami masih sempat mengamati stalaktit dan stalgmit sekalipun hanya di bagian depannya saja, dan yang penting kami juga punya jepretan di depan gua mimpi hehehe. Setidaknya, perjuangan kami menuju gua mimpi hari itu cukup terbayarkan dengan rasa sedikit puas karena hal - hal demikian. Alhamdulillah.

"Sepertinya suatu hari nanti saya akan kembali lagi ke sana. Semoga. Aamiin"

Moment TowR FLP Bantimurung Gerimis
Bantimurung, 27 - 29 Desember 2013


#Late Post

Posting Komentar untuk "Jejak Kenangan Menuju Gua Mimpi"