Kau Merendah Lagi
Kau merendah lagi. Menunjukkan ketidak-PeDe-anmu bersanding denganku. Bersikap seolah-olah aku ini adalah putri raja yang patut diagung-agungkan sedang kau adalah rakyat jelata yang hina dan hidup melarat.
Amatlah tidak pantas bila tuan putri yang tinggal di istana megah bersanding dengan seorang penghuni gubuk tua reyot.
Itu menurutmu dan sedetikpun aku tidak pernah berpikir demikian.
Tapi...
Hei. Kita sama. Kita sama-sama terlahir sebagai manusia, punya dua mata, dua telinga, satu hidung. Kita bernafas kita berjalan, kita juga bergerak. Yang membedakan, hanya karena kau laki-laki dan aku perempuan. Hanya itu. Lantas kenapa kau harus merendah?
Bagaimana bisa langit dan tanah bersatu?
Siapa langit? Siapa tanah? Aih, pengibaratanmu terlalu dipaksakan.
Bukan dipaksakan, tapi itulah kenyataannya.
Iya, faktanya kita memang sama-sama berasal dari tanah dan kelak akan kembali ke tanah. Tidak ada langit di antara kita.
Kamu.
Aku bukan langit.
Kau adalah langit yang tidak kuasa aku sentuh.
Uhft. Kau selalu begitu. Meninggikanku lalu merendahkan dirimu sendiri.
Aku bicara fakta.
Bukankah sudah ratusan kali kukatakan. Kita SAMA. Kau tak boleh menjadikan materi atau popularitas sebagai tolak ukur pantas atau tidak pantasnya kita.
Bukan aku. Orang lain yang menilai seperti itu.
Kenapa kau harus peduli dengan penilaian orang lain?
Dasar gadis keras kepala. Untuk kebaikanmu dan kebaikanku. Lagian orang tua mana yang mau menyerahkan putri mereka ke tangan pemuda yang tidak jelas seperti aku.
Tetap saja. Kau tidak boleh merendah. AKU TIDAK SUKA. Dari dulu aku paling tidak suka dengan orang sok minder. Kau harusnya tahu itu. Kita sudah bertahun-tahun bersahabat, kenapa kau tak mengerti juga.
Maaf.
Jadikan dirimu layak untuk sesiapapun, termasuk bila dia anak presiden atau anak raja sekali pun. Kumohon. Jangan merendah lagi. Tanpa uang atau tanpa jabatan (popularitas) kau masih bernilai. Kau punya harga diri. Tunjukkan itu. Tunjukkan bahwa kepantasan itu semestinya tidak dilihat dari materi melainkan dari hati yang tulus. Biar semua orang tahu, kebahagiaan yang hakiki itu seperti apa?
Kau merendah lagi, lagi dan lagi. Kali ini aku tersenyum. Bukan rendah diri yang harus kau pelihara, rendah hati lah selalu.
3 komentar untuk "Kau Merendah Lagi"
kita sama-sama dr tanah dan bakal kembali ketanah, gak ad tuh yg langit. toh smuany sma dmata Allah.
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.