(Minus) Dua H

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Saya ini gadis pemimpi. Mimpi saya banyak, banyak banget. Tiap tahun saya tak pernah alpa merapal doa untuk mimpi-mimpi saya. Berharap Tuhan lekas memeluknya sebab saya takut tidak punya cukup waktu di dunia. Saya takut menghilang sebelum satu, dua atau tiga mimpi terbesar saya terwujud.

Salah satunya menjadi Wanita (istri) shalihah. Yah, mimpi tersebut sudah saya idam-idamkan dari dulu, dulu sejak pertama saya menyadari bahwa suatu hari nanti saya akan hidup dengan lelaki selain papa. Kelak, bila saat itu tiba, saya ingin jadi istri serupa dengan lafal AA gym dalam senandung The Fikr;

Menatapnya menyejukkan Qalbu
Mendengarkan suaranya menghanyutkan batin
Ditinggalkan menambahkan keyakinan

Wanita solehah adalah bidadari surga yang hadir di dunia
Wanita solehah adalah istri yang meneguhkan jihad suami
Wanita solehah penebar rahmat bagi rumah tangga cahaya dunia dan akhirat

Yang bagaimana sih wanita shalihah itu? Kalau mau kenal lebih jauh mari sejenak simak lirik di bawah ini :

Song : Wanita sholehah

Perhiasan yang paling indah
Bagi seorang abdi Alloh
Itulah ia wanita sholihah

Ia menghiasi dunia
Aurat ditutup demi kehormatan
Kitab al-qur'an didaulahkan
Suami mereka ditaatinya

Walau perjuangan dirumah saja
Karena iman dan juga islam
Telah menjadi keyakinan
Jiwa raga mampu dikorbankan
Harta kemewahan dileburkan

Di dalam kehidupan ini
Ia menampakan kemuliaan
Bagai sekuntum mawar yang tegar
Ditengah gelombang kehidupan

By The Fikr

Oh, sungguh indah wanita shalihah itu? Wanita manalah yang tidak mendambanya, menjadi perhiasan yang paling indah di dunia ini. Sebab itu saya daftarkan ia sebagai salah satu dari tiga mimpi terbesar saya, selain membahagiakan orang tua tentunya, dan hidup sebagai manusia yang seutuhnya dalam artian bermanfaat bagi orang lain.

Yup, saya sebenarnya tidak terlalu berminat menjadi wanita karir. Kelihatanya keren memang, tapi di mata saya, ibu rumah tangga yang kesehariaannya lebih banyak di rumah, mengurus suami dan anak-anak itu jauh, jauh lebih keren.

Nah kalau gitu kenapa gak langsung nikah saja pas lulus SMA? Hahaha maunya sih gitu, tapi belum ada lelaki sejati yang datang ke rumah, kalaupun ada saat itu pasti di suruh pulang, dan dan diminta datang lagi empat atau lima tahun ke depan, mhuahaha.

Mama saya tipikal ortu yang menghendaki anaknya mengenakan toga dulu, kerja dulu, baru deh nyari pendamping hidup. Maklum, mama kan gak punya anak laki-laki, jadi meski semua anaknya perempuan, mama tetap menyekolahkan kami tinggi-tinggi. Pendidikan di mata mama itu prioritas banget. Jadi, demi membahagiakan mama sebagai anak saya nurut, sebab saya tahu keinginan mama tentu akan mendatangkan ridho Tuhan. Kalau Tuhan ridho kan, insya Allah jalan menuju mimpi terbesar saya ikut lancar. Aamiin.

Beidewei, saya tidak bilang kuliah di jurusan pendidikan matematika bukan mimpi saya lho. Iya, mimpi, tapi bukan mimpi besar. Tentu saja saya bersyukur, punya orang tua yang mau berpeluh keringat demi menyekolahkan putri-putrinya sampai di perguruan tinggi. Kata mama, perempuan harus bisa mandiri, jangan sepenuhnya bergantung sama laki-laki. Minimal bisa seperti mama lah, hehehe perempuan hebat yang puluhan tahun merangkap dua jabatan, IRT sekaligus kerja kantoran.

Tapi kalau saya mengikuti jejak mama? Belum tentu bisa. Pengen, tapi saya punya pilihan sendiri menentukan hidup. Saya kan orangnya moodyan, cepat bosan, suka jenuh. Jadi biasanya gak betah berlama-lama di suatu tempat dan dalam suatu keadaan. Entahlah bagaimana ke depannya?

Akhir-akhir ini saya memang jatuh cinta sih dengan profesi guru, saya suka berada di depan murid-murid dan mengajarkan mereka banyak hal. Bukan hanya tentang sekumpulan rumus-rumus matematika. Saya suka mendengar mereka memanggil saya dengan sebutan ibu guru, tapi ah rasanya mungkin jauh lebih membahagiakan bila ada yang memanggil saya bunda :-D

Back to the topic, Impian besar saya tidak muluk-muluk, kan? Hanya ingin jadi wanita (istri) shalihah, so simple. Saya tidak bilang lho kalau istri shalihah itu tidak boleh berkarier. Yah, selama suami dan anak tetap yang utama tak masalah. Tapi kalau urusan keluarga mulai terbangkalai gegara pekerjaan di luar, saya mending milih tinggal di rumah, dan melirik profesi sebagai writer atau wiraswasta yang punya usaha sendiri. Jadi, meski tinggal di rumah, saya tetap ada kerjaan.

Duh, ini kok ngomongnya malah ngelantur. Alurnya gak jelas pula. Terpatah-patah. Upst. So sorry, sengaja biar yang baca ikutan bingung. Pasalnya saya yang nulis aja bingung. Nah, lho?

Intinya saya pengen bilang kalau salah satu impian terbesar saya adalah seperti yang saya singgung berkali-kali di atas. Dan untuk mewujudkan mimpi itu agar benar-benar kenyataan, so pasti saya butuh seseorang yang bersedia membantu. Ngerti kan maksud saya? #Upst

###

Ps. Dua hari lagi. Kamu sudah dimana? Udah ada tanda belom? Iya, tanda biar nemuin saya. Apa? Belum. Ya udah gak papa, saya masih setia menunggu kok. Semoga di 23. Aamiin.

Posting Komentar untuk "(Minus) Dua H"