November Seharusnya Special
November adalah bulannya kakak. Bulan special, begitu katanya. Ah, ya siapa saja mungkin akan mengatakan special pada bulan yang di dalamnya terselip satu hari bersejarah yang menjadi awal dari kehidupan seseorang. Hari ketujuh di bulan kesebelas tepatnya, umur kakak merangkak lagi. Bertambah satu yang pada hakikatnya adalah berkurang. Bukankah semakin bertambah umur manusia maka akan semakin berkurang sisa hidupnya di dunia?
Hidup adalah perjalanan dari waktu ke waktu. Waktu yang tidak pernah berhenti itu telah membawa kami pada kehidupan yang sekarang. Kehidupan yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya. Aku dan kakak tumbuh bersama di atap yang sama. Masa kecil kami lalui bersama jadi kalau sekarang menatap kakak dengan umur yang sudah menginjak angka dua puluh enam, kadang-kadang aku masih tak menyangka. Kami sudah berjalan sejauh ini rupanya.
Kakak kelas 1 SD saya masih balita, kakak duduk di bangku kelas 1 SMP, saya baru naik kelas 3 SD, kakak masuk SMA saya baru menginjak kelas 6 SD, kakak kuliah saya baru sampai di kelas 3 SMP, kakak diwisuda saya masih berstatus sebagai mahasiswa baru. Kakak menikah, saya baru menyelesaikan KKN dan sekarang...
Sekalipun kakak sudah berkeluarga, kami tetap dekat. Bahkan lebih akrab dibanding dengan masa kecil kami yang sering diwarnai pertengkaran kecil-kecilan ^o^
Kakak, ia satu-satunya kakak yang kumiliki. Kakak perempuan dengan postur tubuh yang mirip denganku, sama-sama kurus membuat kami lebih terlihat sebagai sepasang teman ketimbang adik-kakak. Nah, enaknya punya kakak perempuan itu karena bisa saling berbagi cerita, tawa dan sedih. Jalan bareng, makan bareng dan bla.. bla.. bla serba bareng. Yah, sekalipun pada kenyataannya belakangan kemarin saya tidak terlalu memanfaatkan fungsi seorang kakak, yang sebenarnya ia mampu memposisikan dirinya bukan sekedar sebagai seorang saudara, juga sahabat tapi aku malah nyari orang lain, malah lebih percaya dengan mereka yang belum tentu benar-benar care sama aku.
Sekarang ini aku memang lebih terbuka sama kakak. Apa-apa saya cerita ke kakak atau kalau tidak, kakak sendiri yang suka kepo, tanya ini itu dan segala macam. Kalau udah gitu, kakak malah bocorin ke mama. Apalagi perihal tentang lelaki. Uhuk. Kakak adalah orang pertama yang selalu paling semangat cari tahu aku lagi dekat dengan siapa. Padahal aku sekarang kan bukan aku yang dulu, yang hobinya pacaran #astaghfirullah. Kalau aku dekat dengan lelaki saat ini juga paling cuma kedekatan biasa, no more and no less. Toh semisal ada yang menyukaiku ataupun sebaliknya maka aku pikir itu adalah urusan hati. Rasa ketertarikan terhadap lawan jenis adalah fitrah. Hati berhak tertarik pada lawan jenisnya, siapapun itu tapi ia tidak berhak memaksa memiliki hati yang bukan miliknya. Ketika aku menyatakan perasaanku kupikir itu adalah dosa, tapi siapa bilang itu dosa sedang rasa itu adalah sesuatu yang fitrah. Memang akan lebih baik bila didiamkan, tapi kita juga gak bisa membohongi perasaan masing-masing, kan?
Bagiku tak masalah bila rasa itu selamanya hanya menjadi kata-kata setelah diungkapkan, tak masalah bila angin menerbangkannya hingga ia hilang ditelan masa. Sungguh tak masalah dengan semua itu, sebab aku merasa baik-baik saja. Aku hanya harus menjaga hatiku dengan kuat, membuat hatiku bersabar lebih lama untuk menunggu hati yang benar-benar serius. Lagipula, selama aku menyematkan nama Allah di sana, niscaya hatiku takkan pernah kecewa.
Alhamdulillah, aku bersyukur dengan keluargaku terutama mama dan kakak yang mendukung jalan hidupku sekarang. Mereka sama sekali tidak mempermasalahkan bila aku masih betah menjomblo di umur yang sudah dua tahun mencium kepala dua. Bahkan kata mama yang memang dari sononya tidak pernah melarang anaknya pacaran asalkan tahu batasan, beliau bilang kayak gini; ia kalau Ika gak mau pacaran, lebih bagus lagi. Jodoh tidak akan lari kemana, biar ke ujung dunia pun kalau memang jodoh pasti akan datang sendiri. Atau kalau memang ada yang suka sama Ika, suruh serius saja gak usah pacar-pacaran. Gleg. Dengar mama ngomong kayak gitu kemarin-kemarin pas saya baru aja wisuda ditambah ledekan kakak bikin saya malu setengah mati. Gimana gak malu, kuliah aku baru kelar udah ditodong dengan bahasan tentang jodoh. OMG, aku belum kepikiran ke sana, aku mau kerja dulu, mau cari kehidupan dulu, aku belum ngasih mama dan papa gaji pertamaku jadi bagaimana aku bisa berpikiran menikah dalam waktu dekat ini. Hahaha. Aku bahkan gak tahu apakah aku akan menemukan jodohku di dunia atau tidak? Wallahua'alam deh.
Saat ini yang terpenting bagiku adalah kembali berbakti pada orang tua setelah empat tahun meninggalkan mereka. Karena itu aku harus pulang, aku harus berbakti dan aku masih harus belajar banyak pada mama. Termasuk belajar mempersiapkan diri menjadi seorang istri dan ibu yang baik seperti mama.
Menurutku mama adalah guru terbaik yang dapat membimbingku dengan sangat baik sebelum memasuki kehidupan rumah tangga. Tapi bila sekarang ditanya tentang jodoh, aku hanya menaruh harap pada Allah agar ia kelak mempertemukanku dengan lelaki yang baik dan mertua yang baik. Menurutku kakak termasuk perempuan yang beruntung meski aku sebenarnya kurang setuju karena ia menikah melalui fase pacaran. Mungkin pernikahannya akan jauh lebih indah bila ia menikah dengan seseorang yang tak pernah ia pacari. Mungkin saja.
Suaminya adalah lelaki yang baik, tidak merokok, dan tidak pernah meninggalkan shalat. Itu adalah dua point utama kriteria mama yang telah dipenuhi kakak ipar. Mama dari dulu memang sudah mewanti-wanti putri-putrinya agar kalau mau cari pacar atau calon suami kriterianya yah kayak gitu. Gak ngerokok, bisa ngaji, dan rajin shalat itu yang utama.
Selain bersuamikan lelaki baik, pun yang membuat kakakku sangat beruntung karena mertuanya adalah mertua paling baik yang pernah kukenal. Baiknya gak cuma sama kakak doang, sama aku dan adikku juga. Keluarga kakak ipar "welcome" sama keluarga kami. Makanya semenjak kakak nikah dan diboyong tinggal di rumah kakak ipar, aku jadi ikut-ikutan tinggal bareng mereka. Ujung-ujungnya aku malah merasa lebih nyaman tinggal di rumah ini (rumah kakak ipar) ketimbang di kos.
Oh ya, kakak sudah setengah tahun menikah dan sebagai seorang istri tiada yang paling dinantikannya selain kehadiran seorang anak. Aku juga sudah gak sabar banget pengen segera jadi tante apalagi mama dan papa yang aku yakin sekali pasti sudah mengidam-idamkan kelahiran cucu pertama mereka, hihihi. Bulan November ini seharusnya menjadi bulan yang paling special bagi kakak. Seharusnya.
Aku masih ingat tanggal lima november kemarin, dua hari sebelum ulang tahunnya, kakak mengalami sakit perut yang hebat. Dia terus mengerang kesakitan. Sakitnya seperti sakit datang bulan yang memang sudah sering ia alamai. Tapi kata kakak ia sedang tidak datang bulan. Kami semua jadi panik, dikira sakit perut biasa aku pergi ke apotik belikan obat sakit perut. Pulang dari apotik, kudapati kakak ipar datang dengan membawa tukang urut.
Minum obat sudah, diurut sudah tapi kakak masih terus mengerang kesakitan sampai akhirnya kakak ipar berinisiatif membawa kakak periksa ke bidan di dekat rumah sepupuku di antang. Sore itu juga aku sama kakak berangkat naik taksi sedang kakak ipar nyusul dengan motornya. Sesampai di rumah kakak sepupu, aku dan kakak malah disambut dengan jeritan sepupu yang bilang "jangan-jangan keluar mi tapi mudah-mudahan tinggal ji di dalam" @^',$8#,'^@? Oke, saat itu aku masih gak mudeng dengan apa yang dimaksud keluar dan apa yang ditinggal di dalam. Dari rumah kakak sepupu lah kakak dibawa ke bidan yang tak jauh dari situ, bersama kakak ipar dan kakak sepupu. Sementara aku disuruh tinggal jaga rumah dan ponakan.
Ya Allah... semoga saja kakak gak napa-napa. Doaku kala itu sambil harap-harap cemas. Berjam-jam aku nunggu hingga akhirnya menjelang maghrib kakak pulang dengan kabar yang tak kusangka-sangka. Mataku sampai berbinar-binar saking bahagianya. "Alhamdulillah, untung janinnya tinggal, udah diperiksa dan hasilnya positif" kata kakak sepupuku kala itu. What???? Jadi maksudnya kakakku hamil.
Tentu saja kabar itu membuat hatiku seakan melayang-layang kegirangan. Aku ucapkan selamat pada kakak plus menggodanya dengan bercie... ciee ria. Cieee yang bakalan jadi ibu.... ciee akhirnya aku bakalan jadi tante, asyiiiikkk. Malam itu doaku terulur panjang, aku merapal banyak pinta pada Tuhan untuk kakakku satu-satunya. Semoga kakak sehat selalu, semoga kakak bisa menjaga janinnya, semoga, aamiin.
Allah merespon doaku malam itu hanya dalam waktu kurang lebih dua puluh empat jam. Jawaban dari doaku terlalu cepat dan sungguh tidak terduga. Kebahagian yang baru kurasakan kemarin seketika berubah. Bahkan berbalik 180 derajat. Di malam tanggal enam november, kakak disarankan berobat ke rumah sakit awal bros. Sebelum berangkat ke rumah sakit aku sempat bbm-an sama kakak yang saat itu disuruh nginap di rumah sepupu sementara aku di Samata. Selain minta didoakan, kakak sempat bilang kalau ia takut. Aku berusaha menenangkan kakak lewat bbm aku katakan jangan takut kak, tenang saja ada Allah bersama kita, bersamamu. Aku pikir semua akan baik-baik saja, aku pikir itu hanya pemeriksaan biasa tak kan ada yang terjadi tapi kenyataannya pemikiranku keliru.
Di rumah sakit kakak di-USG dan hasilnya, iya, kakak hamil sudah dua minggu tapi di luar kandungan dan harus segera dioperasi.Mendengarnya membuat mulutku tercekat. Ya Allah kakakku, entah bagaimana hancurnya perasaan kakak saat tahun janin yang ia nanti-nantikan harus dikeluarkan. Ia bahkan belum merasakan mengandung, belum merasakan bagaimana melahirkan dan sudah diharuskan menjalani yang namanya operasi.
Tujuh november yang semestinya special menjadi kelabu. Mungkin itu adalah kado terpahit yang harus kakak terima di usianya yang berhasil mencium angka dua puluh enam. Hanya kesabaranlah yang mampu menguatkan dan aku tahu kakak adalah perempuan yang sabar. Aku yakin ia bisa jalani cobaan itu. Allah gak ngasih sekarang bukan berarti Allah gak ngasih di lain waktu. Kalau Allah belum ngasih saat ini, itu berarti waktunya yang belum tepat. Kakak hanya perlu bersabar sedikit lebih lama.
Kakak, Happy Milad 26 tahun. Barakallah fii umrik. Doaku yang terbaik untuk kakak. Semoga kakak menjadi istri yang shalihah dan semoga segera menjadi seorang ibu. Demikian doa yang kupanjatkan di hari lahir kakak. Semoga kali itu Tuhan mengijabah doaku dan memberikan jawaban yang terbaik.
Setelah melakukan USG dan divonis harus menjalani operasi sesegera mungkin oleh dokter di rumah sakit AB, kakak ipar baru menguruskan kartu BPJS kakak biar biayanya agak ringan. Pengurusan kartu kesehatan itu memerlukan waktu beberapa hari sehingga baru pada hari selasa tanggal 11 November lah kakak di masukkan ke rumah sakit, yang rencana awalnya sih di RS AB namun entah bagaimana ceritanya dialihkan ke RS langganan keluarga kami, Ibnu Sina.
Berbeda dengan diagnosa dokter di RS AB yang menyatakan tidak ada cara lain selain operasi, dokter di RS IS malah menyarankan kakak untuk melakukan USG ulang dan WoW, Menakjubkan, sebuah keajaiban terjadi. Hasilnya nihil, tidak ada janin dalam kandungan kakak, dan itu berarti ada kemungkinan kakak tidak jadi dioperasi.
Masya Allah, setidaknya harapan itu masih ada. Sebagai adik, aku juga gak rela kalau perut kakakku harus dibelah sedemikian rupa. Yah, semoga saja benar, kakak tidak jadi dioperasi. Kata dokter yang menangani setelah melakukan USG tinggal dilakukan pemeriksaan darah baru ditahu tindakan selanjutnya.
Aku sih optimis rencana operasi kakak hanya tinggal rencana, melihat keadaan kakak yang sudah membaik malam itu, meskipun tangannya di infus ia sama sekali tidak terlihat seperti orang sakit. Aku malah sedihnya sama pasien yang tempat tidurnya tepat saling berhadapan dengan tempat tidur kakak. Pasien itu adalah seorang perempuan paruh baya yang sejak kami masuk di kamar inap tersebut beliau terus merintih kesakitan, mulutnya lirih mengucap kalimat-kalimat tasbih menggambarkan betapa sakit yang ia rasakan. Entah bagaimana sakitnya, aku gak bisa bayangin. Dengar rintihannya aja berasa gak tega banget. Belakangan aku baru tahu kalau perempuan itu mengidap penyakit kista dan juga akan dioperasi. Yah, semoga saja Allah segera memberikan kesembuhan padanya.
Keesokkan harinya (Rabu, 12 November) kakak menjalani pemeriksaan darah, hasil dari pemeriksaan darah itulah yang akan menentukan apakah kakak bakal dioperasi atau tidak. Dan hasilnya ternyata TIDAK. Dokter bilang kakak gak perlu dioperasi, hanya perlu perawatan untuk melihat perkembangannya selanjutnya. Alhamdulillah yah, aku dan keluarga sangat bersyukur karena akhirnya kakak gak jadi dioperasi dan keadaannya pun sudah membaik. Yeaaayyy ^_^
Tentu, akan selalu ada hikmah di setiap kejadian^^
Hidup adalah perjalanan dari waktu ke waktu. Waktu yang tidak pernah berhenti itu telah membawa kami pada kehidupan yang sekarang. Kehidupan yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya. Aku dan kakak tumbuh bersama di atap yang sama. Masa kecil kami lalui bersama jadi kalau sekarang menatap kakak dengan umur yang sudah menginjak angka dua puluh enam, kadang-kadang aku masih tak menyangka. Kami sudah berjalan sejauh ini rupanya.
Kakak kelas 1 SD saya masih balita, kakak duduk di bangku kelas 1 SMP, saya baru naik kelas 3 SD, kakak masuk SMA saya baru menginjak kelas 6 SD, kakak kuliah saya baru sampai di kelas 3 SMP, kakak diwisuda saya masih berstatus sebagai mahasiswa baru. Kakak menikah, saya baru menyelesaikan KKN dan sekarang...
Sekalipun kakak sudah berkeluarga, kami tetap dekat. Bahkan lebih akrab dibanding dengan masa kecil kami yang sering diwarnai pertengkaran kecil-kecilan ^o^
Kakak, ia satu-satunya kakak yang kumiliki. Kakak perempuan dengan postur tubuh yang mirip denganku, sama-sama kurus membuat kami lebih terlihat sebagai sepasang teman ketimbang adik-kakak. Nah, enaknya punya kakak perempuan itu karena bisa saling berbagi cerita, tawa dan sedih. Jalan bareng, makan bareng dan bla.. bla.. bla serba bareng. Yah, sekalipun pada kenyataannya belakangan kemarin saya tidak terlalu memanfaatkan fungsi seorang kakak, yang sebenarnya ia mampu memposisikan dirinya bukan sekedar sebagai seorang saudara, juga sahabat tapi aku malah nyari orang lain, malah lebih percaya dengan mereka yang belum tentu benar-benar care sama aku.
Sekarang ini aku memang lebih terbuka sama kakak. Apa-apa saya cerita ke kakak atau kalau tidak, kakak sendiri yang suka kepo, tanya ini itu dan segala macam. Kalau udah gitu, kakak malah bocorin ke mama. Apalagi perihal tentang lelaki. Uhuk. Kakak adalah orang pertama yang selalu paling semangat cari tahu aku lagi dekat dengan siapa. Padahal aku sekarang kan bukan aku yang dulu, yang hobinya pacaran #astaghfirullah. Kalau aku dekat dengan lelaki saat ini juga paling cuma kedekatan biasa, no more and no less. Toh semisal ada yang menyukaiku ataupun sebaliknya maka aku pikir itu adalah urusan hati. Rasa ketertarikan terhadap lawan jenis adalah fitrah. Hati berhak tertarik pada lawan jenisnya, siapapun itu tapi ia tidak berhak memaksa memiliki hati yang bukan miliknya. Ketika aku menyatakan perasaanku kupikir itu adalah dosa, tapi siapa bilang itu dosa sedang rasa itu adalah sesuatu yang fitrah. Memang akan lebih baik bila didiamkan, tapi kita juga gak bisa membohongi perasaan masing-masing, kan?
Bagiku tak masalah bila rasa itu selamanya hanya menjadi kata-kata setelah diungkapkan, tak masalah bila angin menerbangkannya hingga ia hilang ditelan masa. Sungguh tak masalah dengan semua itu, sebab aku merasa baik-baik saja. Aku hanya harus menjaga hatiku dengan kuat, membuat hatiku bersabar lebih lama untuk menunggu hati yang benar-benar serius. Lagipula, selama aku menyematkan nama Allah di sana, niscaya hatiku takkan pernah kecewa.
Alhamdulillah, aku bersyukur dengan keluargaku terutama mama dan kakak yang mendukung jalan hidupku sekarang. Mereka sama sekali tidak mempermasalahkan bila aku masih betah menjomblo di umur yang sudah dua tahun mencium kepala dua. Bahkan kata mama yang memang dari sononya tidak pernah melarang anaknya pacaran asalkan tahu batasan, beliau bilang kayak gini; ia kalau Ika gak mau pacaran, lebih bagus lagi. Jodoh tidak akan lari kemana, biar ke ujung dunia pun kalau memang jodoh pasti akan datang sendiri. Atau kalau memang ada yang suka sama Ika, suruh serius saja gak usah pacar-pacaran. Gleg. Dengar mama ngomong kayak gitu kemarin-kemarin pas saya baru aja wisuda ditambah ledekan kakak bikin saya malu setengah mati. Gimana gak malu, kuliah aku baru kelar udah ditodong dengan bahasan tentang jodoh. OMG, aku belum kepikiran ke sana, aku mau kerja dulu, mau cari kehidupan dulu, aku belum ngasih mama dan papa gaji pertamaku jadi bagaimana aku bisa berpikiran menikah dalam waktu dekat ini. Hahaha. Aku bahkan gak tahu apakah aku akan menemukan jodohku di dunia atau tidak? Wallahua'alam deh.
Saat ini yang terpenting bagiku adalah kembali berbakti pada orang tua setelah empat tahun meninggalkan mereka. Karena itu aku harus pulang, aku harus berbakti dan aku masih harus belajar banyak pada mama. Termasuk belajar mempersiapkan diri menjadi seorang istri dan ibu yang baik seperti mama.
Menurutku mama adalah guru terbaik yang dapat membimbingku dengan sangat baik sebelum memasuki kehidupan rumah tangga. Tapi bila sekarang ditanya tentang jodoh, aku hanya menaruh harap pada Allah agar ia kelak mempertemukanku dengan lelaki yang baik dan mertua yang baik. Menurutku kakak termasuk perempuan yang beruntung meski aku sebenarnya kurang setuju karena ia menikah melalui fase pacaran. Mungkin pernikahannya akan jauh lebih indah bila ia menikah dengan seseorang yang tak pernah ia pacari. Mungkin saja.
Suaminya adalah lelaki yang baik, tidak merokok, dan tidak pernah meninggalkan shalat. Itu adalah dua point utama kriteria mama yang telah dipenuhi kakak ipar. Mama dari dulu memang sudah mewanti-wanti putri-putrinya agar kalau mau cari pacar atau calon suami kriterianya yah kayak gitu. Gak ngerokok, bisa ngaji, dan rajin shalat itu yang utama.
Selain bersuamikan lelaki baik, pun yang membuat kakakku sangat beruntung karena mertuanya adalah mertua paling baik yang pernah kukenal. Baiknya gak cuma sama kakak doang, sama aku dan adikku juga. Keluarga kakak ipar "welcome" sama keluarga kami. Makanya semenjak kakak nikah dan diboyong tinggal di rumah kakak ipar, aku jadi ikut-ikutan tinggal bareng mereka. Ujung-ujungnya aku malah merasa lebih nyaman tinggal di rumah ini (rumah kakak ipar) ketimbang di kos.
Oh ya, kakak sudah setengah tahun menikah dan sebagai seorang istri tiada yang paling dinantikannya selain kehadiran seorang anak. Aku juga sudah gak sabar banget pengen segera jadi tante apalagi mama dan papa yang aku yakin sekali pasti sudah mengidam-idamkan kelahiran cucu pertama mereka, hihihi. Bulan November ini seharusnya menjadi bulan yang paling special bagi kakak. Seharusnya.
Aku masih ingat tanggal lima november kemarin, dua hari sebelum ulang tahunnya, kakak mengalami sakit perut yang hebat. Dia terus mengerang kesakitan. Sakitnya seperti sakit datang bulan yang memang sudah sering ia alamai. Tapi kata kakak ia sedang tidak datang bulan. Kami semua jadi panik, dikira sakit perut biasa aku pergi ke apotik belikan obat sakit perut. Pulang dari apotik, kudapati kakak ipar datang dengan membawa tukang urut.
Minum obat sudah, diurut sudah tapi kakak masih terus mengerang kesakitan sampai akhirnya kakak ipar berinisiatif membawa kakak periksa ke bidan di dekat rumah sepupuku di antang. Sore itu juga aku sama kakak berangkat naik taksi sedang kakak ipar nyusul dengan motornya. Sesampai di rumah kakak sepupu, aku dan kakak malah disambut dengan jeritan sepupu yang bilang "jangan-jangan keluar mi tapi mudah-mudahan tinggal ji di dalam" @^',$8#,'^@? Oke, saat itu aku masih gak mudeng dengan apa yang dimaksud keluar dan apa yang ditinggal di dalam. Dari rumah kakak sepupu lah kakak dibawa ke bidan yang tak jauh dari situ, bersama kakak ipar dan kakak sepupu. Sementara aku disuruh tinggal jaga rumah dan ponakan.
Ya Allah... semoga saja kakak gak napa-napa. Doaku kala itu sambil harap-harap cemas. Berjam-jam aku nunggu hingga akhirnya menjelang maghrib kakak pulang dengan kabar yang tak kusangka-sangka. Mataku sampai berbinar-binar saking bahagianya. "Alhamdulillah, untung janinnya tinggal, udah diperiksa dan hasilnya positif" kata kakak sepupuku kala itu. What???? Jadi maksudnya kakakku hamil.
Tentu saja kabar itu membuat hatiku seakan melayang-layang kegirangan. Aku ucapkan selamat pada kakak plus menggodanya dengan bercie... ciee ria. Cieee yang bakalan jadi ibu.... ciee akhirnya aku bakalan jadi tante, asyiiiikkk. Malam itu doaku terulur panjang, aku merapal banyak pinta pada Tuhan untuk kakakku satu-satunya. Semoga kakak sehat selalu, semoga kakak bisa menjaga janinnya, semoga, aamiin.
Allah merespon doaku malam itu hanya dalam waktu kurang lebih dua puluh empat jam. Jawaban dari doaku terlalu cepat dan sungguh tidak terduga. Kebahagian yang baru kurasakan kemarin seketika berubah. Bahkan berbalik 180 derajat. Di malam tanggal enam november, kakak disarankan berobat ke rumah sakit awal bros. Sebelum berangkat ke rumah sakit aku sempat bbm-an sama kakak yang saat itu disuruh nginap di rumah sepupu sementara aku di Samata. Selain minta didoakan, kakak sempat bilang kalau ia takut. Aku berusaha menenangkan kakak lewat bbm aku katakan jangan takut kak, tenang saja ada Allah bersama kita, bersamamu. Aku pikir semua akan baik-baik saja, aku pikir itu hanya pemeriksaan biasa tak kan ada yang terjadi tapi kenyataannya pemikiranku keliru.
Di rumah sakit kakak di-USG dan hasilnya, iya, kakak hamil sudah dua minggu tapi di luar kandungan dan harus segera dioperasi.Mendengarnya membuat mulutku tercekat. Ya Allah kakakku, entah bagaimana hancurnya perasaan kakak saat tahun janin yang ia nanti-nantikan harus dikeluarkan. Ia bahkan belum merasakan mengandung, belum merasakan bagaimana melahirkan dan sudah diharuskan menjalani yang namanya operasi.
Tujuh november yang semestinya special menjadi kelabu. Mungkin itu adalah kado terpahit yang harus kakak terima di usianya yang berhasil mencium angka dua puluh enam. Hanya kesabaranlah yang mampu menguatkan dan aku tahu kakak adalah perempuan yang sabar. Aku yakin ia bisa jalani cobaan itu. Allah gak ngasih sekarang bukan berarti Allah gak ngasih di lain waktu. Kalau Allah belum ngasih saat ini, itu berarti waktunya yang belum tepat. Kakak hanya perlu bersabar sedikit lebih lama.
Kakak, Happy Milad 26 tahun. Barakallah fii umrik. Doaku yang terbaik untuk kakak. Semoga kakak menjadi istri yang shalihah dan semoga segera menjadi seorang ibu. Demikian doa yang kupanjatkan di hari lahir kakak. Semoga kali itu Tuhan mengijabah doaku dan memberikan jawaban yang terbaik.
Setelah melakukan USG dan divonis harus menjalani operasi sesegera mungkin oleh dokter di rumah sakit AB, kakak ipar baru menguruskan kartu BPJS kakak biar biayanya agak ringan. Pengurusan kartu kesehatan itu memerlukan waktu beberapa hari sehingga baru pada hari selasa tanggal 11 November lah kakak di masukkan ke rumah sakit, yang rencana awalnya sih di RS AB namun entah bagaimana ceritanya dialihkan ke RS langganan keluarga kami, Ibnu Sina.
Berbeda dengan diagnosa dokter di RS AB yang menyatakan tidak ada cara lain selain operasi, dokter di RS IS malah menyarankan kakak untuk melakukan USG ulang dan WoW, Menakjubkan, sebuah keajaiban terjadi. Hasilnya nihil, tidak ada janin dalam kandungan kakak, dan itu berarti ada kemungkinan kakak tidak jadi dioperasi.
Masya Allah, setidaknya harapan itu masih ada. Sebagai adik, aku juga gak rela kalau perut kakakku harus dibelah sedemikian rupa. Yah, semoga saja benar, kakak tidak jadi dioperasi. Kata dokter yang menangani setelah melakukan USG tinggal dilakukan pemeriksaan darah baru ditahu tindakan selanjutnya.
Aku sih optimis rencana operasi kakak hanya tinggal rencana, melihat keadaan kakak yang sudah membaik malam itu, meskipun tangannya di infus ia sama sekali tidak terlihat seperti orang sakit. Aku malah sedihnya sama pasien yang tempat tidurnya tepat saling berhadapan dengan tempat tidur kakak. Pasien itu adalah seorang perempuan paruh baya yang sejak kami masuk di kamar inap tersebut beliau terus merintih kesakitan, mulutnya lirih mengucap kalimat-kalimat tasbih menggambarkan betapa sakit yang ia rasakan. Entah bagaimana sakitnya, aku gak bisa bayangin. Dengar rintihannya aja berasa gak tega banget. Belakangan aku baru tahu kalau perempuan itu mengidap penyakit kista dan juga akan dioperasi. Yah, semoga saja Allah segera memberikan kesembuhan padanya.
Keesokkan harinya (Rabu, 12 November) kakak menjalani pemeriksaan darah, hasil dari pemeriksaan darah itulah yang akan menentukan apakah kakak bakal dioperasi atau tidak. Dan hasilnya ternyata TIDAK. Dokter bilang kakak gak perlu dioperasi, hanya perlu perawatan untuk melihat perkembangannya selanjutnya. Alhamdulillah yah, aku dan keluarga sangat bersyukur karena akhirnya kakak gak jadi dioperasi dan keadaannya pun sudah membaik. Yeaaayyy ^_^
Tentu, akan selalu ada hikmah di setiap kejadian^^
5 komentar untuk "November Seharusnya Special "
selamat ulang tahun untuk kkaknya Zhie ya..mana dong foto kalian berdoa gitu...masa nggak ada fotonya sih...
Dan benar, akan ada hikmah di balik kejadian :)
Di setiap kejadian pasti ada hikmah :D
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.