Reminder di Tujuh Bulan Pernikahan


Bismillahirrahmaanirrahiim

Menjelang delapan bulan usia pernikahan saya dan suami, pertanyaan-pertanyaan senada seperti ini mulai kerap terlontar dari orang-orang di sekeliling kami.

"Udah isi belum"

"Udah berapa bulan"

"Istrinya udah hamil"

"Kok belum isi, coba deh pergi ke tukang urut atau konsumsi suplemen ini, itu dan bla bla bla.

Entah maksud bertanya mereka sekadar basa-basi, kepo atau benar-benar menunjukkan perhatian. Whatever.

Saya positif thinking saja, mereka yang mengajukan pertanyaan demikian benar-benar "care" sama saya dan suami. So What?


Apa yang salah dari pertanyaan tersebut? Tidak ada, maybe. Si penanya mungkin menganggap biasa-biasa saja namun bagi yang ditanya, you know what efek yang mereka rasakan akibat pertanyaan yang sebenarnya sensitif itu.

Baiklah, sejujurnya saya tidak suka ditodong dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kehidupan personal saya dengan suami sebagaimana saya juga berusaha menahan diri untuk tidak menanyakan hal-hal yang menyangkut kehidupan personal rumah tangga orang lain. Saya terlalu khawatir kalau-kalau pertanyaan saya justru menjadi sebab mendung di wajah atau tangis di hati orang lain. Apalagi bila pertanyaan yang diajukan menyangkut masalah anak yang sepenuhnya merupakan hak Allah ta'ala.


"Allah yang memberikan anak perempuan kepada yang Dia kehendaki, Allah yang memberikan anak laki-laki kepada yang Dia kehendaki atau menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan kepada yang Dia kehendaki dan menjadikan mandul kepada siapa yang Dia kehendaki" (As-Syu'ara 49-50)

Bersyukurlah pasangan pengantin yang baru sebulan, dua bulan atau tiga bulan menikah langsung diberi "amanah itu" setidaknya ia tidak mengalami bagaimana rasanya ditodong pertanyaan yang membuat ia pun ikut bertanya kepada Tuhan atas "anugerah" yang Tuhan berikan kepada pasangan lain sementara belum padanya. Atas perasaan sedih yang ia rasakan ketika melihat wanita lain berbagi kebahagiaanya dengan menunjukkan hasil testpack bertanda garis dua, mengenai perkembangan janin dalam rahimnya atau dengan memperlihatkan hasil USG di akun media sosialnya.

Sedangkan bagi mereka, pasangan yang belum memiliki momongan, hei, apalagi yang bisa kita lakukan selain BERSABAR dan menjulangkan doa serta harapan yang melangit agar Tuhan kelak "memberi amanah" itu juga pada kita.

Rabbi Habbli Minashhalihin, Rabbi Habbli Minashhalihin, Rabbi Habbli Minashhalihin.

I know, saya dan suami tak mengalami penantian ini sendiri. UJIAN yang diberikan kepada kami tentu belum seberapa. Pernikahan kami bahkan baru menginjak usia tujuh bulan belum berbilang tahun sementara di luar sana masih banyak pasangan yang usia pernikahannya telah menginjak tiga tahun, lima tahun, tujuh tahun bahkan sampai berbelas tahun lamanya dan belum jua dikaruniai sang buah hati, namun doa mereka tak pernah henti, harapan mereka pun tak kunjung padam. Mereka tetap ikhtiar lalu tawakal. Tak pernah berputus asa dari rahmat Allah.

So, please. Jangan lagi bertanya "why" cukup doakan yang terbaik untuk kami.

In syaa Allah, barangkali sebagaimana jodoh atau pun rejeki bahkan kematian, apa-apa yang telah ditetapkan untuk kita pasti ada masanya. Tinggal persoalan waktu saja. Believe, Takdir Tuhan selalu datang di waktu yang tepat sebab Tuhan Tahu yang Terbaik buat Hamba-Nya.


1 komentar untuk "Reminder di Tujuh Bulan Pernikahan"

Comment Author Avatar
Aamin YRA. Masih berdua, artinya diberi waktu utk pacaran dulu mbak ;)

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.