Ayo Lawan Hoaks dengan Bijak Bersosmed
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sebenarnya bukan hal yang
mengherankan bila dunia maya sering dibanjiri berita palsu yang lebih dikenal
dengan istilah hoaks. Dunia maya memang
ibarat sebuah ruangan yang tidak memiliki pintu sehingga berita apa pun bebas
diunggah dan diakses oleh siapa saja. Masalahnya tidak semua berita atau
informasi yang dimunculkan dan disebar di dunia maya benar sesuai fakta. Justru
yang mengherankan karena sebagian besar orang yang mengkonsumsi hoaks bahkan
turut andil dalam menyebarkan fake news adalah
mereka yang notabenenya telah mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Jangankan
anak sekolahan, orang dewasa dengan berbagai profesi pun masih sering termakan hoaks yang semakin marak beredar di jagat maya. Apalagi hampir semua sosmed (baca; sosial media) sekarang ini didukung dengan fitur share.
Tinggal klik maka informasi apa pun yang di-share mudah tersebar dengan cepat.
Tidak masalah jika informasi yang
di-share adalah fakta dan memuat konten positif, malah menunai pahala apabila
informasi yang kita bagikan bermanfaat bagi orang lain. Lebih-lebih bila sekian
banyak teman kita di sosial media ikut membagikannya, bisa jadi amal jariyah,
kan? Namun coba bayangkan jika informasi yang kita bagikan tersebut ternyata
hoaks lalu ada sekian ratus teman kita yang ikut men-share. Alih-alih mendulang amal, dosa jariyah yang kita tabung. Na’udzubillaahi min dzalik.
Jujur saja, saya
sendiri pun pernah sekali terpengaruh sampai
ikut-ikutan menyebarkan informasi hoax.
Ceritanya berawal dari foto mayat seorang gadis yang konon dibunuh oleh
pacarnya di kamar kos tiba-tiba ramai
dijadikan DP oleh sebagian besar teman di kontak BBM saya, ditambah dengan broadcast yang seolah mendukung
kebenaran foto tersebut.
“Innalillaahi wa inna ilaihi rojiun. Tabe’
bagi yang mengenal atau punya keluarga yang kos di Antang Raya atas nama Yuli
kelahiran Bone. Harap segera datang ke kosnya, Yuli sudah dibunuh oleh pacarnya
sendiri sekitar 2 jam lalu, sementara pacarnya masih dikepung di hutan belakang kampus UVRI”
Demikian bunyi
pesan berantai lewat BBM yang sempat menghebohkan warga Makassar termasuk saya
di penghujung bulan November empat tahun silam. Saking hebohnya pesan tersebut
Kapolsek Sektor Manggala beserta bawahannya sampai keliling menelusuri TKP yang
dimaksud. Legislator DPRD Makassar Dapil Panakukang-Manggala pada saat itu juga
turut memastikan dengan cek ke lapangan dan hasilnya you know what? HOAKS. Faktanya adalah foto gadis yang dibunuh oleh
pacarnya di kamar kos itu memang benar terjadi namun lokasi kejadiannya bukan
di Antang Raya. Ada yang bilang di pulau Jawa, ada yang mengatakan di
Kalimantan, ada pula yang berkomentar kejadiannya di luar Indonesia. Entah
dimana pun terjadinya kasus pembunuhan tersebut saya sudah tidak peduli karena efek dari ikut menyebarkan berita
sampah itu benar-benar bikin saya merasa sangat malu. Mengapa saya bisa sebegitu
konyolnya percaya dan ikut-ikutan menyebarkan berita yang jelas-jelas
mencurigakan. Entah apa motif orang yang pertama kali sengaja merekayasa
informasi tersebut, cari sensasi, sekadar iseng, lelucon, atau apa pun itu sama
sekali tidak lucu.
Berita selengkapnya di Tribun News ; Info Pembunuhan di Antang Hoaks
Berita selengkapnya di Tribun News ; Info Pembunuhan di Antang Hoaks
Itu baru satu contoh kasus
hoaks yang dampaknya masih kecil alias tidak merugikan banyak pihak meskipun
sempat bikin masyarakat setempat heboh. Lalu bagaimana dengan kasus hoaks lainnya dengan
dampak yang begitu besar, mengadu domba, mengundang provokasi, menimbulkan
ketegangan, mencemarkan nama baik pun tidak sedikit hoaks yang beredar di media sosial berujung pada pertikaian di dunia nyata.
Mirisnya, menurut data komenkominfo tercatat ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar hoaks. Wawan Purwanto selaku direktur Informasi dan Komunikasi Badan Intelijen Negara (BIN) yang saya kutip dari artikel kompas terkait hoaks juga menuturkan bahwa dari hasil penelitian informasi hoaks sudah mencakup 60% dari konten sosmed di Indonesia. Artinya konten-konten sosmed yang beredar di negeri ini lebih didominasi hoaks daripada fakta. DailySocial yang bekerjasama dengan Jackpat Mobile Survey Platform turut serta melakukat riset dengan menanyakan kepada 2032 user smartphone di berbagai penjuru Indonesia tentang distribution hoax (sebaran hoaks) dan apa yang mereka lakukan saat menerima hoaks.
Mirisnya, menurut data komenkominfo tercatat ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar hoaks. Wawan Purwanto selaku direktur Informasi dan Komunikasi Badan Intelijen Negara (BIN) yang saya kutip dari artikel kompas terkait hoaks juga menuturkan bahwa dari hasil penelitian informasi hoaks sudah mencakup 60% dari konten sosmed di Indonesia. Artinya konten-konten sosmed yang beredar di negeri ini lebih didominasi hoaks daripada fakta. DailySocial yang bekerjasama dengan Jackpat Mobile Survey Platform turut serta melakukat riset dengan menanyakan kepada 2032 user smartphone di berbagai penjuru Indonesia tentang distribution hoax (sebaran hoaks) dan apa yang mereka lakukan saat menerima hoaks.
![]() |
sumber dailysocial.id |
Salah satu hasil riset dailysocial seperti yang tertera pada gambar di atas menunjukkan bahwa tiga
platform yang menduduki peringkat teratas dengan jumlah informasi hoaks paling
banyak berturut-turut adalah facebook, WhatsApp dan Instagram. Selain frekuensi
hoaks, hasil riset tersebut juga menemukan data bahwa sebagian besar
responden tidak yakin memiliki kepiawaian dalam mendeteksi informasi hoaks
sedangkan sebagian yang lain memilih berdiam diri ketika menemui hoaks.
Selengkapnya baca di Laporan DailySosial : Distribusi Hoax di Media Sosial 2018
Tentu, user smartphone yang cerdas akan lebih memilih diam ketimbang ikut-ikutan menyebar berita yang tidak jelas kebenarannya. Namun user yang bijak tidak hanya berdiam diri melainkan bertindak. Jadi dalam bersosial media cerdas saja nggak cukup lho, kita juga dituntut harus bijak agar tidak mudah terpedaya dengan rayuan hoaks.
Nah, menyikapi fenomena hoaks yang akhir-akhir ini semakin merajalela seorang investor yang pernah menjadi korban hoaks, Wempy Dyocta Koto mengajak kita bijak bersosmed dengan berhati-hati dalam menggunakan sosial media. Menurut Wempy, menyebarkan hoaks adalah hal yang berat baik secara pidana dan/ atau perdata di berbagai negara termasuk Indonesia, Singapura, Jepang, Asia, Eropa, Amerika dan Australia.
Meskipun tidak pernah menjadi korban namun karena saya pernah terpengaruh membagikan informasi hoaks sehingga semenjak insiden memalukan itu saya akhirnya paham betapa berbahayanya hoaks jika didiamkan begitu saja. Saya pun mengecam keras para pelaku penyebar hoaks dan setuju dengan Wempy yang menyatakan hoaks sama dengan kriminal. Bahkan boleh dikata pembunuhan lebih kejam daripada hoaks, karena hoaks sama dengan fitnah yakni berita bohong Sementara fitnah dalam Al-Qur'an QS Al-Baqarah : 191 digambarkan sebagai sesuatu yang lebih besar bahayanya dari pembunuhan.
Selengkapnya baca di Laporan DailySosial : Distribusi Hoax di Media Sosial 2018
Tentu, user smartphone yang cerdas akan lebih memilih diam ketimbang ikut-ikutan menyebar berita yang tidak jelas kebenarannya. Namun user yang bijak tidak hanya berdiam diri melainkan bertindak. Jadi dalam bersosial media cerdas saja nggak cukup lho, kita juga dituntut harus bijak agar tidak mudah terpedaya dengan rayuan hoaks.
Nah, menyikapi fenomena hoaks yang akhir-akhir ini semakin merajalela seorang investor yang pernah menjadi korban hoaks, Wempy Dyocta Koto mengajak kita bijak bersosmed dengan berhati-hati dalam menggunakan sosial media. Menurut Wempy, menyebarkan hoaks adalah hal yang berat baik secara pidana dan/ atau perdata di berbagai negara termasuk Indonesia, Singapura, Jepang, Asia, Eropa, Amerika dan Australia.
![]() |
Wempy Dyocta Koto |
Saking besarnya bahaya hoaks Allah pun sampai mewanti-wanti hamba-Nya dengan menurunkan salah satu ayat yang bisa kita jadikan sebagai cara paling jitu melawan hoaks. Tabayyun, begitu yang diperintahkan Allah pada kita dalam QS Al-Hujurat ayat 16. Maksudnya, ketika mendapat suatu berita kita diperintahkan untuk teliti dulu, cek dan ricek, periksa kebenarannya. Jangan langsung percaya 100%. Apalagi di era digital ini memang kita dituntut harus ekstra hati-hati dengan informasi apa pun yang kita terima. So, ayo kita lawan hoaks dengan bijak bersosmed.
Betul.. serem ih Hoax. Ada aja orang yang suka memanfaatkan moment. Untungnya saya itu bukan orang yang suka broadcast. Kalo ada yang masuk ke saya, ya paling berhentinya di saya aja.. gak akan kemana-mana. 🤣🤣🤣🤣
BalasHapusSaking seringnya dapat berita hoaks, saya biasanya bakal langsung skip kalau ada bc-bc yang nada-nadanya begitu, Mbak.
BalasHapusSetuju sekali mbak, periksa kebenarannya. Sosmed memang banyak kelebihannya tapi banyak juga kekurangannya. Bijak bersosmed merupakan sifat yang meski ditanamkan pada diri sendiri. Orang yang bijak bersosmed meski menshare tulisan yang bijak juga...
BalasHapusSetuju banget, memang harus lebih jeli menggali informasi tentang segala sesuatunya di sosial media. Pilih media yang terpercaya juga biar enggak hoax.
BalasHapusSaya juga pernah terpengaruh dengan hoax. Duh, malu juga akhirnya. Sekarang jadi mikir dulu buat share sebuah berita.
BalasHapusyup bener banget ini. Apalagi pernah aku temukan beberapa yang mengatakan bahwa sebagian besar penyebar hoax adalah dari kalangan ibu-ibu, miris banget denger nya :(
BalasHapusIya , Mba, bener. Ini buat pengingat diri kita. Ngikutin hawa nafsu buat nyebarin hoax karena emosi setelah itu kalau ada klarifikasi kita sendiri yang malu. BIjak bermedsos memang penting.
BalasHapus800.000 situs penyebar hoaks? banyak amat yaa.. self reminder untuk tahan jempol sebelum klik share, simpel tapi ternyata mesti dipertanggung jawabkan pula di akhirat nanti ya, hiks
BalasHapusMaa syaa Allah
BalasHapusHoaks ini amat sangat nyeremin emng mb
Seorang kenalan sampai hampir pisah sama pasanganny gara2 ini
Untung g jadi
Bagi saya hoaks g jauh beda sm fitnah
Yg nyiptain n nyebarin sama2 merugikan
Moga2 kita terhindar dr ini y mba
Saya juga paling anti ikut share berita yang gak jelas takut hisabnya
BalasHapusAku sekarang malah takut nyebarin info2 gituu.. ngeri. Ternyata banyak yg palsu jg. klo bukan kenalan baik gk.pernah lagi mau share.
BalasHapusHoaks memang mengerikan, banyak yang percaya dan tidak menyelidiki terlebih dahulu keberanan sebuah berita langsung main kirim/share. Saya sendiri termasuk yang tidak suka sharing hal-hal yang belum tentu jelas kebenarannya.
BalasHapusHoaks ini PR banget, deh. Masih saja merajalela ya. Pencipta hoaks biasanya sengaja, dengan judul bombastis dan isi yg provokatif.
BalasHapusYang menyebarkan pun biasanya tidak membaca dengan detail, tdk kroscek dulu.
Duh, semoga kita terhindar dari kejahatan digital yg satu itu, ya. Aamiin
Saya paling malas menshare berita yang nggak jelas. Sekarang ini banyak sekali berita yang dibuat seperti benar-benar terjadi sampai kita langsung percaya. Herannya, walaupun sudah banyak yang berakhir di penjara karena masalah ini, tetap saja bermunculan pelaku penyebar hoaks lainnya. Kalau membaca sesuatu yang bukan urusan kita atau tidak ada hubungannya dengan kita, lebih baik tidak usah kita tanggapi,
BalasHapusSaya paling malas menshare berita yang nggak jelas. Sekarang ini banyak sekali berita yang dibuat seperti benar-benar terjadi sampai kita langsung percaya. Herannya, walaupun sudah banyak yang berakhir di penjara karena masalah ini, tetap saja bermunculan pelaku penyebar hoaks lainnya. Kalau membaca sesuatu yang bukan urusan kita atau tidak ada hubungannya dengan kita, lebih baik tidak usah kita tanggapi (Estelita Zainal)
BalasHapusSetujuuu ... yuk, kita lawan hoaks.
BalasHapusMemang "wajib" hukumnya kita berhati-hati & bijak dalam ber-sosmed.