Tiga Alasan Mengurangi Barang-Barang Koleksi di Rumah

Ketika orang-orang menginginkan banyak barang, saya justru lebih tertarik untuk mengurangi barang koleksi di rumah. Kenapa? Temukan alasannya di sini.

alasan mengurangi barang-barang koleksi di rumah

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Gimana mau koleksi barang di rumah kalau tempat tinggal saya setelah menikah saja masih nomaden alias pindah-pindah, belum menetap. Kadang nginap di rumah orang tua, kadang tinggal di pondok mertua indah, pernah juga tinggal di rumah kontrakan cuma nggak nyampe setahun sudah balik lagi  ke pondok mertua. Eh tapi semisal tinggal di rumah sendiri pun saya nggak minat koleksi macam-macam barang lagi. Cukup yang lalu-lalu saja. Toh, barang-barang koleksi saya  sebelum menikah sudah terlalu banyak, belum ditambah dengan barang-barang koleksi suami. Well, dibanding menambah barang-barang koleksi, sekarang ini saya lebih tertarik memikirkan bagaimana cara agar barang-barang yang sudah terlanjur saya koleksi bisa berkurang.

Lho kok malah mau dikurangin?

Oh ya, sebenarnya tantangan hari ke-sebelas ini tentang barang koleksi di rumah tapi karena saya nggak berminat koleksi macam-macam barang lagi jadi saya bahas saja ya alasan saya ingin mengurangi barang-barang koleksi. Setidaknya ada tiga alasan saya ingin mengurangi barang-barang koleksi di rumah.

Obesistuff

Berawal dari membaca postingan mbak Rahma yang berjudul Obesisstuff : Penyakit Muslimah Kekinian di Rumah Ketjil-nya, saya merasa tertohok banget. Gimana nggak tertohok coba, wong saya termasuk muslimah kekinian yang pernah mengidap penyakit obesistuff itu. Padahal aselinya saya tipe muslimah yang rada cuek dengan penampilan dan nggak hobi shopping macam-macam. Mengoleksi gamis, jilbab, kaos kaki dan perintilan muslimah lainnya dengan berbagai merk dan model pun nggak. Tapi itu dulu, dulu sebelum saya kenal yang namanya belanja online. Dulu, sebelum saya hijrah mengenakan pakaian yang nyaris menutupi seluruh tubuh.

Yup, mirisnya saya mulai terjangkit penyakit obesistuff  semenjak memutuskan mengenakan pakaian muslimah yang sesuai syariat. Padahal syarat mengenakan pakaian syar’i cukup dengan menutupi dada, tidak ketat, tidak transparan, tidak mencolok (menarik perhatian lawan jenis) dan tidak menyerupai pakaian laki-laki. Tidak perlu banyak. But see, apa yang saya lakukan di awal-awal berhijrah, bukannya fokus menata hati, memperbaiki diri, meningkatkan keimanan eh saya malah rajin pantengin dan follow akun-akun olshop muslimah yang menjual pakaian syar’i. Alih-alih sibuk menambah amalan, saya lebih sibuk menambah isi lemari pakaian dengan belanja online. Alhasil, lemari pakaian saya kini penuh sesak dengan bertumpuk-tumpuk jilbab dan gamis yang jarang banget saya pake, bahkan masih ada yang belum pernah saya pake sama sekali padahal belinya sudah dari dari dua-tiga tahun lalu.

Selain mengoleksi gamis set yang kebanyakan cuma jadi pajangan di lemari, saya juga hobi mengoleksi buku-buku. Yup, sampai sekarang pun saya masih sering khilaf dengan mengoleksi buku. Padahal buku dibeli kan tujuan utamanya untuk dibaca bukan dikoleksi. Mirisnya, masih banyak buku yang saya beli dari bertahun-tahun lalu sampai sekarang belum tersentuh. Apalagi setelah menikah dengan lelaki yang ternyata hobinya juga sama dengan istrinya ini. Koleksi buku suami lebih parah lagi. Dia sampai punya lemari khusus untuk menyimpan buku-bukunya yang kalau ditambah dengan buku-buku koleksi saya mungkin kami sudah bisa bikin perpustakaan mini di rumah. Tapi apalah artinya punya banyak koleksi buku di rumah tapi jarang dibaca.

Kalau punya barang koleksi dan dimanfaatkan semaksimal mungkin tentu nggak jadi masalah tapi kalau cuma dikoleksi sebatas keinginan atau lapar mata doang, nah itu namanya obesistuff dan setahun belakangan ini baru saya sadari penyakit tersebut sama sekali tidak baik dipelihara. Selain karena menguras isi dompet, kebiasaan mengoleksi barang-barang yang tidak dimanfaatkan itu sama saja seperti menimbun 'sampah' di rumah.


Konmari Method

Konmari method atau metode konmari ini juga pertama kali saya tahu di rumah ketjilnya mbak Rahma. Karena beberapa postingannya sering menyinggung tentang metode konmari apalagi disebut-sebut kalau metode ini merupakan metode merapikan yang paling ampuh, so saya jadi penasaran dong dan tertarik mempelajarinya. Saya sampai beli bukunya juga, The Life-Changing Magic of Tidying Up. Buku ini mengupas tuntas seni beres-beres dan merapikan ala Jepang. Penulisnya adalah Maria Kondo yang sudah terkenal di Jepang sebagai master berbenah.

Sekilas buku ini memang hanya berbicara tentang beres-beres rumah tapi jauh lebih dalam efek dari buku ini sungguh luar biasa bisa mengubah hidup kita. Terutama bagi orang yang hidupnya suka berantakan kayak saya. Nggak percaya? Silakan baca bukunya. Barangkali setelah baca buku ini kalian bakal tertarik juga memikirkan bagaimana cara mengurangi barang-barang yang sudah terlanjur dikoleksi hingga bisa menikmati bahagianya hidup dengan rapi tanpa banyaknya barang koleksi yang menyesaki ruangan rumah kalian.

Beidewei, sejauh ini sih saya sudah berhasil menahan diri untuk tidak menambah barang yang memang tidak benar-benar saya butuhkan tapi untuk ‘membuang’ barang yang terlanjur dikoleksi memang masih berat.

Lifestyle Minimalis

Sebelumnya nggak pernah kepikiran pengen hidup minimalis, malah sering kepikirannya kalau lihat barang-barang koleksi punya  saudara atau kerabat yang segudang itu, seperti tas, buku, jam tangan, pakaian, sepatu dan barang konsumtif lainnya dengan berbagai model dan merk dari brand tertentu. Rasanya tergiur saja pengen punya barang koleksi seperti mereka. Tapi keinginan tersebut hilang seketika saat saya membaca artikel Obesistuffnya Mbak Rahma dan The Life-Changing Magic  of Tidying Up-nya Maria Kondo. Lebih-lebih ketika mengetahui konsep hidup minimalis.

Dilansir dari situs IDN Times, Konsep hidup minimalis adalah "less is more" yang maknanya kira-kira dengan memiliki sedikit barang kita memiliki lebih banyak waktu melakukan hal-hal lain yang lebih produktif. Konsep ini tentunya bertentangan dengan gaya hidup konsumtif. Orang-orang yang menganut gaya hidup konsumtif selalu ingin menambah barang-barang miliknya, tidak peduli barang-barang tersebut dibutuhkan atau tidak sebaliknya orang-orang yang ingin menerapkan lifestyle minimalis akan mengurangi barang-barang yang mereka miliki*

Saat ini sudah banyak orang yang menerapkan gaya hidup minimalis, terutama orang-orang di Jepang. Gaya hidup ini juga sudah merambat ke Indonesia lho. Bukan tidak mungkin ke depannya lifestyle minimalis bisa jadi tren dan mengalahkan lifestyle konsumtif. Bahkan sebenarnya lifestyle minimalis bukan lagi hal baru bagi umat Islam. Karena empat belas abad silam Rasulullah dan para sahabat telah mencontohkan gaya hidup yang seperti ini.

Nah, itulah tiga alasan saya hendak mengurangi barang-barang koleksi di rumah, kalau menurut kalian bagaimana? Share yuk pendapat kalian di kolom komentar.


4 komentar untuk "Tiga Alasan Mengurangi Barang-Barang Koleksi di Rumah"

Comment Author Avatar
Konmari Method memang sangat mujarab sih mbak. Yang berat biasanya di awalnya. Memutuskan ini di Buang atau di simpan. Hahhaa.. bwaanya mah pingin nyimpen semuanya. Hahha..
Comment Author Avatar
baru denger ttg konmari...saya tobat beli banyak barang terutama baju saat pindahan. sampe sebulan pasca pindahan cuma ngurusin baju doank, hiks. pisahin yg mau didonasiin dgn yang masih mau dipake. trus nambah lemari juga. sepertinya lifestyle minimalis emang harus dimulai
Comment Author Avatar
Mba Siskaaa...
Makasih banget udah menuliskan hal seperti ini.
Saya sebenarnya udah pernah baca tentang obesistuff.
Tapi baca ini jadi lebih ketampar-tampar sendiri, hiks.

Masih mending mah mba Sisa sibuk mengoleksi gamis set syar'i.
Ketimbang saya? sibuk mengoleksi baju lucu *plak! *tutup muka hiks.

Saya juga suka metode konmari, paling benci liat lemari sesak.
Beberapa bulan sekali saya kumpulkan semua barang dan baju yang jarang atau gak saya pakai, masih disayang sih tapi direlakan aja.

Tapiiii, setelah lemari jadi bernapas lega, ehhhh saya isi lagi dengan baju lucu, hahaha.

Ampun deh, baca postingan ini saya jadi merasa ada yang negur lagi.
Makasih banyak ya mba :)
Comment Author Avatar
metode konmari ini makin ke sini makin diminati, pun saya selalu berkala menyortir mana baju-baju yang bisa dihibahkan. Tapiii kok abis gitu beli baru lagi wkwkwk.

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.