Beginikah Rasanya Hamil (Trimester Tiga)




Bismillaahirrahmaanirrahiim

Finally, sampai juga di trimester tiga! Wuih, rasanya saya sudah nggak sabar pengen segera melahirkan menulis postingan about my birth story. Of course, bagi yang ngikutin postingan bertajuk Beginikah Rasanya Hamil di Kamar Kenangan ini pasti tahu dong kalau kehamilanku telah berlalu sejak awal Agustus lalu. Saya hanya baru sempat mengabadikannya. Telat banget yak tapi nggak papa. Anggap saja dengan menulis pregnancy story pasca melahirkan saya sedang bernostalgia, mengenang kehamilan kemarin yang rasanya nano-nano banget. 

Welcome Trimester Tiga

Menurutku trimester ini merupakan trimester yang paling enak. Enaknya bukan karena tanpa keluhan. Keluhan mah tetap ada. Seperti kata suami, setiap trimester pasti punya keluhan masing-masing. Mungkin karena sudah terbiasa menikmati keluhan dari trimester awal sehingga keluhan yang muncul pada trimester ini semakin saya nikmati. 

Nah, berikut hal-hal yang terkait dengan my third trimester of pregnancy;

#Hamil di Bulan Ramadhan

Awal trimester ini bertepatan dengan bulan ramadhan so that ramadhan ini menjadi ramadhan kali pertama saya menjalani ibadah puasa tanpa halangan. Walau bumil diberi rukhsah (keringanan) tapi karena menganggap kondisiku baik dan yakin si bunay di dalam kandungan juga sama baiknya jadi saya tidak punya alasan dong untuk tidak berpuasa.

Waktu periksa ke bidan praktik memang saya disaranin nggak usah puasa dulu dengan alasan Ibunya mungkin merasa kondisinya baik, tapi belum tentu dengan debay yang masih dalam kandungan. Hanya karena sejak awal bahkan sebelum masuk Ramadhan saya sudah berniat pengen full puasa jadi sekali pun tidak makan sahur (karena dua kali bangun 'kesiangan') saya tetap ngotot puasa🙊

Padahal efek dua kali nggak makan sahur itu bikin badanku lemes banget. Mana si bunay ikut merespon dengan aktif 'tendang-tendang' kayak ngasih kode 'bunda aku laper' dan cuma bisa saya tanggapi dengan ngelus-ngelus perut sambil bilang, sabar ya sayang, bunda lagi puasa, nggak bisa makan dulu. Maafkan bunda ya, tadi bunda telat bangun jadi nggak sempat makan sahur. Kita tunggu sampai buka dulu, nanti kalau udah buka baru bunay bunda kasih kenyang deh. Bunda akan makan yang buaanyak. Tapi sekarang sabar dulu ya, nak. Sabar. 

Yap, saya cuma bisa membujuk bunay lewat elusan dan kata-kata yang entah dia di dalam ngerti atau nggak yang jelas endingnya dalam kondisi hamil tua itu saya berhasil melewati dua kali puasa tanpa makan sahur. Memang butuh perjuangan ekstra sih, laper dan lemesnya itu lho! But sikap saya yang lebih memilih tetap berpuasa meski tidak makan sahur jangan ditiru ya. Maksud saya, jangan memaksakan diri bumil untuk menjalankan puasa bila kondisi tidak memungkinkan. Bahaya! Kondisi bumil kan beda-beda. Mungkin di sayanya nggak papa, tapi pada bumil lain justru berakibat gawat, misal gerakan janin tiba-tiba melemah atau kondisi bumil mendadak drop. Bisa saja kejadiannya seperti itu.

Jadi saat memutuskan berpuasa bumil harus tetap waspada. Intinya kesehatan bumil dan debay dalem perut lebih utama, kalau puasa kan Allah sudah ngasih rukshah, in syaa Allah puasanya bisa diganti di lain hari di luar ramadhan dan atau dengan membayar fidyah

#Pegal semakin menjadi-jadi 

Terutama bagian kaki yang juga mulai langganan kesemutan. Maybe karena efek badan yang semakin bengkak kali ya. Pengennya sih tiap hari terutama pas baru bangun ada yang pijitin, sayangnya saat usia kehamilanku menginjak pertengahan trimester tiga saya dan suami terpaksa harus LDM dulu. Jadi ya mau gimana lagi selain saya yang kudu strong menghadapi badan pegel-pegel dan kaki kram sendirian

#Kaki bengkak

Sebenarnya saya nggak terlalu worry dengan keluhan yang satu ini. Toh bengkaknya tidak menimbulkan rasa sakit. Efeknya cuma bikin kaki saya nggak muat pake sendal atau sepatu dengan ukuran biasanya. Tapi karena mama, saudara plus tante-tante berkali-kali ngomentarin masa' baru tujuh bulan kaki udah bengkak gitu otomatis saya jadi terpengaruh dong. Kesannya seolah kaki bengkak itu berbahaya. Padahal menurut alo dokter, kaki bengkak saat hamil itu wajar dan normal because ketika hamil seorang wanita mengalami perubahan kadar hormon. Pelepasan hormon-hormon selama masa kehamilan itulah yang memicu tubuh (terutama bagian kaki) banyak menahan cairan dan garam. Pantesan, bumil yang kakinya bengkak disarankan untuk mengurangi konsumsi garam.

#Masih merasakan Begah

Awal trimester ini masih merasakan begah padahal nafsu makanku trus meningkat. Jadi dilema banget. Mau makan banyak, sesak. Makan sedikit, nggak puas. Lha saya kudu piye. Apalagi sejak masuk bulan Ramadhan, begah yang saya rasakan bertambah parah. Kalau pas sahur sih nggak terlalu, buka puasanya itu lho! Baru makan sedikit saja sesaknya minta ampun. Mana perut makin gede.

Syukurnya menginjak bulan ke delapan saya berhasil terbebas dari rasa begah, makan pun merdeka alias bebas makan banyak puas-puas. Si bunay dalem perut pun happy. Ups. Doyan makan saat hamil bawaan janinnya kan, bukan bawaan ibunya? Hehe

#Masih sering BAK

Tapi tidak separah saat trimester dua. Waktu trimester dua mah jangan ditanya berapa kali saya bolak balik kamar kecil dalam sehari. Pokoknya nggak kehitung bo' (ya iyalah karena saya sendiri tidak menghitungnya, hehe) Dorongan untuk BAK seolah terus menerus, terutama di malam hari. Tidur pun jadi terganggu karena dikit-dikit pasti terbangun gegara kebelet pipis.

Beda di trimester ini, tidur saya malah nyenyak. Kalau pun terbangun untuk BAK hanya sekali. Setidaknya frekuensi BAK saya di trimester tiga agak menurunlah dibanding trimester sebelumnya. Padahal menurut penjelasan alo dokter frekuensi BAK bumil pada trimester dua cenderung menurun sebaliknya pada trimester tiga semakin meningkat sebab posisi janin yang sudah berada di bawah panggul memberi tekanan pada kandung kemih. Tapi kok saya malah kebalik ya?

#Diare

Kondisi ini terjadi waktu usia kehamilan saya masuk 35 weeks. Saya lupa persisnya day ke berapa. Itu juga ingatnya 35 weeks karena saya sempat parno sekaligus kegeeran duluan, hehe.

Ya gimana nggak parno kalau tiba-tiba perut saya terasa mules sementara usia kehamilan saya baru 35 weeks. Karena saya tahu di usia kehamilan segitu, janin belum matang untuk dilahirkan makanya saya parno dong, worry juga jangan-jangan mules yang saya rasakan ini mules karena si bunay sudah mau brojol.

Maklum ya, karena hamil anak pertama jadi saya belum tahu sama sekali rasanya kontraksi persalinan. Cuma tahu kalau kontraksi itu datang jarak dan durasinya bakal teratur. Nah, masalahnya mules yang saya rasakan ini juga timbul tenggelam. Muncul lalu tidak lama kemudian hilang, lalu muncul lagi, begitu seterusnya. Mana mulesnya juga nggak dibarengi dengan dorongan mau BAB, makanya saya sempat geer, sempat panik juga, kirain bakal lahiran di usia  kehamilan segitu. Suami bahkan sudah berinisiatif mau ngajak saya periksa ke dokter. Syukurnya saya nolak, coba kalau saya iyakan, entah bagaimana malunya saya, wkwk

Jadi setelah beberapa saat bergulat dengan rasanya mules, dorongan itu akhirnya muncul. Sekalinya buang hajat, oaalaaah ternyata mules yang saya rasakan itu karena diare, bukan karena si bunay mau brojol. Duh, geer banget kan saya, haha tapi syukurlah mulesnya cuma karena diare. Toh, saya juga nggak mau janin yang saya kandung lahir saat belum waktunya.

#Susah tidur?

Ini keluhan yang sering dialami bumil pada trimester akhir. Wajar sih, tidur dalam keadaan perut yang kian membesar bikin nggak nyaman. Mau tidur miring kiri nggak nyaman, miring kanan juga nggak nyaman. Lebih-lebih tidur dengan posisi telentang (posisi ini mah bukannya nggak nyaman tapi berbahaya bagi janin).

Syukurnya sepanjang kehamilan kemarin saya cuma dua kali mengalami kesulitan tidur. Itu pun karena si bunay sudah ngasih tanda-tanda mau keluar. Selebihnya, i don't have any problem dengan keluhan yang satu ini karena ketidaknyamanan posisi tidur itu sama sekali tidak menjadi penghalang bagi saya untuk bobo' nyenyak.

FYI, posisi tidur terbaik dan aman untuk bumil adalah miring ke kiri ya bukan kanan. Sunnahnya memang tidur dengan posisi miring ke kanan namun pakar kesehatan tidak menyarankan bumil tidur dengan posisi tersebut karena dapat menghambat sirkulasi darah. Bahkan penelitian dari University of Auckland, Selandia Baru yang saya baca dari salah satu artikel Nakita Grid mengungkapkan bahwa bumil yang tidur menghadap ke kanan berisiko mengalami kelahiran mati (keguguran setelah usia 20 weeks).

Nah, penyebab kehamilan mati itu karena aliran darah ke janin terhambat beda halnya ketika bumil tidur menghadap ke kiri maka dapat memaksimalkan aliran darah dan gizi ke plasenta sehingga bayi menerima asupan lebih maksimal. Selain melancarkan aliran darah, tidur dengan posisi miring kiri juga dapat membantu ginjal untuk membuang sisa produk dan cairan dari tubuh bumil sehingga mengurangi pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki maupun tangan.

#Gatal-gatal? 

Sampai trimester akhir ini saya sebenarnya masih penasaran lho, kenapa tidak mengalami gatal-gatal di perut seperti bumil pada umumnya.

Jangan-jangan rambutnya si bunay nggak tumbuh ya sayang? Itu pertanyaan yang bikin dahi suami kontan berkerut.

Lha apa hubungannya? 

Kalau perut gatal-gatal itu tandanya rambut janin lagi tumbuh sayang. Masa' nggak tahu sih. Jelas saya dengan gaya sok tahu.

Memangnya kata siapa perut gatel-gatel karena rambut janin yang tumbuh? 

Kata orang-orang. Kata orang tua kita zaman dulu. Kata ibuk-ibuk tetangga kos juga gitu. Trus? Ya karena  perutku nggak gatel-gatel berarti rambut si bunay nggak tumbuh dong. 

Sekalinya si bunay lahir baru terbukti pemirsa kalau perut bumil yang gatal dan rambut janin yang tumbuh tidak ada hubungannya sama sekali😅

Faktanya perut bumil yang gatal bukan disebabkan oleh pertumbuhan rambut si janin. Jadi kalau masih ada yang menyimpulkan demikian jangan percaya deh, itu cuma MITOS.

#Berat ?

Dulu saya juga suka penasaran dengan bumil yang sudah terlihat jelas buncitnya sembari menerka-nerka, kira-kira gimana rasanya jalan ke sana kemari kemana-mana dengan perut segede itu. Pasti berat ya? Of course. Namun setelah merasakan sendiri baru saya sadari, rasa berat itu muncul bukan hanya karena ukuran perut bumil yang semakin membesar di trimester tiga melainkan sejak awal menjalani kehamilan pun rasanya memang sudah berat.

Saya jadi terkesima dengan kuasa Allah yang Maa syaa Allaah. Dia ciptakan wanita sebagai makhluk yang paling lemah dibanding lelaki namun di sisi lain Dia qodratkan wanita menanggung beban yang luar biasa beratnya yang bahkan seorang lelaki pun tiada sanggup memikulnya. Jangan dikira hamil, melahirkan dan menyusui itu tidak butuh kekuatan yang besar.

Lantas dari manakah makhluk yang paling lemah itu memperoleh kekuatan yang besar kalaulah bukan dari Tuhannya. Laa hawla wa laa quwwata illah billaah.

Baca juga Mendamba Jodoh & Anak? Jangan Lupa Tawakkal!

#Jatuh di Usia Kehamilan Delapan Bulan

Bagi kamu yang sudah ikut edisi Beginikah Rasanya Hamil (Trimester Pertama dan Kedua) di Kamar Kenangan ini juga pasti tahu kalau setiap trimester yang saya lewati selalu ada saja insiden jatuhnya. Pertama di usia kehamilan delapan weeks dan yang kedua di usia kehamilan delapanbelas weeks.

Nah, trimester tiga ini pun tidak lepas dari insiden jatuh. Saya lupa berapa weeks tepatnya, mungkin di usia kehamilan duadelapan weeks kali ya, eh salah ding yang pasti insidennya terjadi saat saya lagi hamil delapan bulan. 

Jatuh kali ketiga ini berbeda dengan jatuh-jatuh sebelumnya, malah tampaknya lebih parah karena saya terjatuh dari motor bo'. Bayangin, bumil dengan perut segede bola basket jatuh dari motor? Alamaaak. Lecet-lecetnya sih nggak masalah, malunya itu lho. Eh maksud saya, janinnya itu lho. 

Untung saja saya sudah berpengalaman jatuh dua kali selama hamil, sehingga tahu benar gerak refleks seperti apa yang harus saya lakukan demi melindungi si jabang bayi. Qadarullaah, perut saya aman dari benturan, tangan dan kaki saya saja yang rada lecet plus pulang dengan kerudung dan jaket penuh dengan becek karena saya terjatuh dari motor di jalan berlubang yang digenangi air becek. Syukur pula, kondisi jalan saat itu lagi, sepi kalau ngggak? Wallaahu a'lam deh.

Sebenarnya, selama hamil saya nyaris tidak pernah bawa motor sendiri, karena selalu dibonceng suami. Cuma hari itu saya nekad banget bawa motor karena satu dan lain hal yang tidak perlu saya ceritakan di sini. Tentunya, sudah atas izin suami juga, tapi yah yang namanya musibah tidak bisa dihindari, kan? Alhamdulillaah, Allah masih melindungi saya dan bunay.

Persiapan Menjelang Due Date

Menginjak trimester tiga ini saya mulai dihinggapi rasa was-was, pasalnya HPL semakin dekat sementara persiapan menghadapi persalinan masih sangat minim. Bahkan untuk menentukan proses lahiran saja saya masih dilanda kebimbangan yang hebat. Antara memilih persalinan normal pervaginam atau sectio. Mau melahirkan di bidan atau dokter. Entahlah, saya benar-benar bingung. Belum ada gambaran sama sekali. Jika ditanya keinginan sih, umumnya setiap bumil mendamba persalinan normal pervaginam, sayangnya kadang realitas yang dihadapi berjalan tak sesuai dengan harapan.

Actually,  saya juga berharap sangat bisa lahiran secara normal tapi katanya (kata orang-orang) bumil dengan mata minus tinggi itu lahirannya harus sc. Konon, para dokter Obgyn pun ketika menghadapi bumil yang matanya minus nggak berani ambil resiko. Khawatir bila dipaksa normal bisa menyebabkan pasiennya mengalami kebutaan. Bahkan mama ketika mendengar cerita kerabat yang baru-baru anaknya melahirkan  secara sc karena mata minus juga sampai ikut mewanti-wanti agar anak keduanya ini lahiran secara sc, saking khawatirnya beliau.

Baiklah, saya makin bimbang. Hampir pasrah dengan keadaan. Terserah deh bagaimana baiknya nanti, mau normal atau sectio toh sama saja yang penting ibu dan bayinya bisa lahiran dengan selamat. Apalagi bila risikonya sampai separah itu, saya juga ogah. Eh tapi semenjak berkenalan dan rajin stalking IG @bidankita pikiran saya jadi terbuka. Saya sampai konsultasi langsung dengan pemilik akun tersebut via dirrect message dan dapat jawaban yang semakin menambah kebimbangan saya untuk lahiran secara sectio. Ditambah pula dengan dukungan suami dan dokter Obgyn yang yakin saya tetap bisa melahirkan secara pervaginam walau dengan kondisi mata minus tinggi. Sungguh dukungan dan keyakinan mereka bikin hati saya terenyuh. So saya yang tadinya hendak pasrah melahirkan secara sc akhirnya optimis buat ikhtiar lahiran normal.

Yup, mines tidak harus sc, yang penting mulai berdayakan diri, begitu jawaban singkat bidan kita yang cukup melegakan perasaanku. Finally, saya jadi bersemangat memberdayakan diri walau sebenarnya sangat telah sih. Sudah mau brojol baru berdayakan diri, gimana ceritanya. But whatever, mending telat daripada nggak sama sekali. Minimal sebelum lahiran saya sudah paham sedikit metode gentle birth dan khatam buku #Bebas Takut Hamil & Melahirkan karya Yessie Aprilia agar saat menghadapi proses persalinan nanti saya telah merdeka dari rasa takut dan cemas yang membelenggu diri😅

Bagi yang follow bidankita di Instagram & twitter, sering nonton chanelnya di Youtobe atau rajin kunjungi webnya di www.bidankita.com lebih-lebih yang pernah ikut kelasnya atau bersalin di klinik Bidan Kita pasti nggak asing lagi dengan nama Yessie Aprilia. Yap, beliau adalah bidan, dosen, penulis buku sekaligus trainer, fasilitator and coaching di bidang gentle birth, hypnobirthing and prenatal yoga, yang juga hobi berbagi ilmu seputar gentle birth secara gratis di akun medsosnya yang. Eh nggak semua ilmu yang dibagi bidan Yessie gratis sih, kalau ikut kelas online or offline dan beli buku-bukunya jelas bayar, tapi dengan sering-sering pantengin stories maupun kronologis beliau di IG saja sudah luar biasa lho ilmu yang bisa kita dapat.

Oh ya, sebenarnya sudah dari trimester awal saya follow akun bidankita cuma baru rajin pantengin pas masuk trimester akhir. Ceritanya awal tahun ini saya sempat blogwalking di blog mbak Lingga (salah satu blogger yang saya ikuti blognya) dan membaca postingannya yang berjudul Lewat HPL, Apa yang Harus Dilakukan. Berawal dari postingan tersebutlah yang mengundang rasa penasaran saya untuk mengintip sekaligus mengikuti bidankita di Ig. Tepatnya yang bikin saya penasaran karena dalam postingannya itu mbak Lingga menyebut istilah "gentle birth" yang masih terbaca asing di mata saya. Apalagi dijelaskan kalau gentle birth merupakan salah satu metode melahirkan nyaman dan minim trauma. Gimana saya nggak penasaran coba, wong selama ini (sebelum tahu metode gentle birth) yang saya tahu dari omongan orang-orang melahirkan itu sakitnya bukan main, antara hidup dan mati. Bahkan tidak jarang saya temukan ibu-ibu yang merasa cukup dengan satu atau dua anak saja karena pengalaman melahirkan mereka yang menimbulkan trauma. 

Jadi bagaimana mungkin proses melahirkan dengan efek sakit yang luar biasa dapat dihadapi dengan nyaman atau bagaimana metode gentle birth itu dapat mengubah rasa sakit melahirkan menjadi nikmat? Pasti kamu yang masih asing dengan dengan metode tersebut juga pada penasaran kan, kira-kira apa jawabannya. Well, jawabannya simple saja. Persiapkan diri semaksimal mungkin.

Nah, apa-apa saja yang perlu disiapkan bumil menjelang due date?

Knowledge is Power

Demikian kalimat andalan bidan Yessie Aprilia yang saya akui benar adanya. Nah, menurut saya knowledge ini merupakan hal pertama yang harus disiapkan para calon ibu sedini mungkin (calon ibu yang saya maksud bukan cuma bumil ya tapi semua perempuan). Kalau perlu nggak harus nikah dulu baru mau belajar. Nggak mesti hamil duru baru berbenah. Apalagi menjelang HPL baru bergegas. Duh jangan! Belajar dari proses yang telah saya lewati untuk menjadi seorang ibu mulai dari hamil, melahirkan, menyusui hingga mengasuh bunay yang saat ini masih berusia tiga bulan, saya jadi paham akan satu hal. Betapa menjalani semua proses tersebut butuh pengetahuan yang BANYAK. 

Bagaimana cara mengatasi mual dan muntah saat masih hamil muda? Apakah keseringan USG berdampak bahaya bagi bumil dan janinnya? Apakah benar jika ngidamnya ibu hamil tidak terpenuhi anak yang lahir bakal ileran? Apa-apa saja yang perlu saya persiapkan menjelang persalinan? Bagaimana agar proses melahirkan saya dapat berjalan lancar dan nyaman? Apa yang harus saya lakukan bila posisi janin saya masih sungsang sementara HPL semakin dekat? Bagaimana bila HPL saya telah lewat namun tanda-tanda melahirkan belum juga muncul? Apakah benar bumil dengan mata mines tinggi berisiko mengalami kebutaan bila melahirkan secara pervaginam? Mengapa bayi yang baru lahir harus di-IMD sesegera mungkin? Mengapa di awal-awal menyusui puting saya lecet sampai berdarah-darah, apa yang harus saya lakukan? Bagaimana cara menyusui yang benar? Bagaimana agar produksi ASI saya meningkat? Mengapa bayi saya sering rewel seperti kehausan dan tidak puas padahal sudah nenen berjam-jam, apakah karena ASI saya sedikit? Apakah perlu saya tambahkan sufor? Mulai kapan bayi bisa diberi makanan pendamping selain ASI? dan bla bla bla.

Of course, masih ada segudang pertanyaan lain bahkan lebih yang jawabannya wajib diketahui oleh semua ibu dan para calon ibu. Meski sudah menyandang gelar ibu pun pengetahuan yang saya dapatkan sejauh ini masih sangat-sangat minim. And i know, di luar sana tak terhitung jumlah ibu yang kondisinya sama seperti saya. Minim ilmu. Kurang wawasan. Akibatnya?

See! Berapa banyak bumil yang masih termakan dengan omongan orang-orang di sekitarnya. Asal percaya apa kata mereka, katanya bumil nggak boleh begini nggak boleh begitu, jangan makan ini jangan makan itu and you know what, yang mereka katakan ternyata hanya MITOS belaka. Kemudian berapa banyak ibu yang pasrah begitu saja ketika dokter Obgyn memvonis dirinya harus melahirkan secara sectio hanya karena HPL-nya telah berlalu padahal kalau dia paham HPL itu sebatas Hari Perkiraan Lahir bukan Hari Pasti Lahir dia pasti akan mempertimbangkan saran dokter atau mengambil keputusan untuk menunggu hingga maksimal 42 weeks selama kondisi janinnya di dalam tidak bermasalah? Lalu berapa banyak ibu yang panik ketika ASInya tak kunjung keluar pasca sehari atau dua hari melahirkan dan tanpa pikir panjang langsung mengikuti saran perawat dengan memberi sufor pada bayinya, padahal si bayi masih memiliki cadangan makanan dalam tubuhnya dan mampu bertahan hingga 72 jam?

Well, saya benar-benar ngerasain efek dari kalimat "knowledge is power" ini pas lahiran kemarin. Tanpa knowledge, mungkin saya nggak kepikiran bakal bikin birth plan. Nggak pusing-pusing nyari RS yang pro IMD dan pro room in. Nggak ngotot ketemu dokter Obgyn yg pro normal dan DSA yang pro ASI. Tanpa knowledge pula mungkin saya bakal panik saat melihat ada lendir darah yg keluar lantas terburu-buru datang ke RS padahal belum ngerasain kontraksi yang kuat. Dan bisa jadi proses lahiran saya kemarin berujung di meja operasi karena minimnya ilmu yang saya pelajari.

So, tunggu apa lagi. Belajar dari sekarang, yuk! Semakin dini belajar semakin maksimal pula pemberdayaan diri bumil. Kalau pengalaman saya kemarin gegara telat belajar jadi telat juga memberdayakan diri. Hasilnya, impian saya untuk bisa lahiran sambil ketawa-ketiwi gagal total. Padahal ekspektasiku pengen hadapi gelombang cinta bunay dengan senyum terindah  namun realitanya, maa syaa Allaah 😂Tapi setidaknya masih sempatlah belajar dan berdayakan diri sehingga proses persalinanku kemarin bisa berjalan lancar, nyaman dan aman terkendali.

Lagipula mau belajar jadi Ibu di zaman sekarang nggak susah kok. Ilmu tentang parenting termasuk yang terkait dengan prenancy, birth and breastfeading banyak tersedia di gramedia dan toko-toko buku. Kalau nggak sempat hunting buku mah tinggal pesan online saja. Nah, kalau belum punya uang buat beli buku lebih gampang lagi. Ada google, facebook, instagram, WhatsApp, Telegram, youtobe, dll. Ada pula HAWA, Alodokter, Halo Bumil, Buku Hamil, Buku Bayi, dkk yang semuanya bisa didonwload di playstore. Hayoo mau alasan apa lagi😆 Oh ya, ada juga emak-emak dan moms blogger lho yang hobi share pengalaman hamil, melahirkan, menyusui hingga mengasuh anak di blognya masing-masing. Kita bisa juga belajar dari mereka. Pengalaman kan adalah guru terbaik. Tapi saya nggak sarankan ya belajar dari 'kata orang-orang' yang umumnya hanya menebar MITOS, kalau kata ahli bolehlah, recomended malah.

Siapkan Tubuh

Hal selanjutnya yang perlu disiapkan adalah tubuh. Kalau sudah punya ilmunya tentu kita nggak bakalan pusing mikirin bagaimana caranya menyiapkan tubuh, tinggal action doang; yakni dengan menjaga asupan nutrisi makanan dan rutin berolahraga selama masa kehamilan. Well, keduanya memang sepaket, alias sama-sama penting dipersiapkan oleh tubuh, bukan cuma salah satu. Misal, bumil rutin olahraga tapi asupan nutrisi makanan yang masuk ke dalam tubuh nggak diperhatikan atau rajin mengonsumsi makanan yang bergizi tapi giliran olahraga bawaannya males. Idealnya sih seperti itu.

Nah, minesnya pemberdayaan diriku di sini. Karena dari sononya nggak suka olahraga alhasil selama hamil pun saya nyaris nggak pernah melakukan senam kehamilan, lebih-lebih yoga. Satu-satunya olahraga yang sering saya lakukan selama hamil hanyalah berjalan kaki. Itu pun baru rutin saya jalankan setelah masuk usia kandungan 36 weeks.

Syukurnya, nutrisi makanan yang masuk ke dalam tubuh saya terjamin, malah over sepertinya, karena pamil terlalu memanjakan saya dengan berbagai nutrisi yang dibutuhkan bumil. Padahal sehari-hari saya sudah konsumsi makanan yang alami dan bergizi eh pamil masih mewajibkan saya untuk konsumsi susu dan suplemen kehamin. Padahal menurut dokter Obgyn favorit saya *namanya dirahasiakan dulu ya, konsumsi suplemen kehamilan saja sebenarnya sudah mencukupi kebutuhan nutrisi bumil, tidak perlu ditambah dengan susu hamil. Tapi dasar, karena pamil tipe orang yang boleh dibilanh teracuni dengan iklan susu🙊 jadi sekalipun dokter tidak menyarankan, pamil tetap mewajibkan istrinya ini harus minum susu. Titik.

Oh ya, saya belum sempat sharing perihal susu dan suplemen kehamilan yang saya konsumsi selama hamil ya. Untuk susu hamil, awalnya saya konsumsi prenagen mommy (malah sebelum hamil saya udah konsumsi prenagen esensis cuma nggak rutin) tapi cuma habis dua bungkus kayaknyaa. Pasalnya setelah suami dapet recommended susu yang menurutnya lebih baik dan lebih mahal dari prenagen, dia langsung beralih ke anmum materna (kayak dia yang hamil saja😅). Jadilah saya konsumsi anmum materna sejak akhir trimester pertama hingga pertengahan trimester tiga.

Tapi menurut saya pribadi sih, kalau masalah susu hamil mah yang mana-mana saja. Yang penting cocok. Meski konsumsi susu hamil termahal pun, kalau bumilnya nggak cocok lan sama doang. Bahkan memilih tidak mengonsumsi susu selama hamil pun nggak masalah, yang penting kebutuhan nutrisi bumil selama masa kehamilan terpenuhi.

Sedangkan untuk suplemen kehamilan sendiri, saya setia dengan folamil. Suplemen yang satu ini memang recommended banget deh buat bumil (ini menurut saya pribadi lho yaa). Well, dari awal trimester satu hingga akhir trimester tiga saya konsumsi folamil genio. Masuk trimester tiga baru deh saya beralih ke folamil gold yang kelebihannya mengandung banyak DHA. Tentunya, kandungan DHA yang terdapat dalam folamil gold sangat baik untuk perkembangan otak si bunay.

Melahirkan itu Nggak Sakit

Saya jadi membayangkan proses melahirkan ini seperti menghadapi ujian matematika. Berhubung basic saya adalah guru matematika meski nggak kelihatan ya kalau saya anak matematika😅 jadi saya sengaja mengaitkan keduanya. Lha apa hubungannya?

Ya, karena seperti halnya melahirkan, banyak siswa yang "takut" dengan pelajaran matematika. Bahkan sampai saat ini masih banyak murid-murid yang menganggap matematika sebagai momok. Padahal sudah ditemukan strategi-strategi maupun materi-materi pembelajaran matematika yang dibuat asyik dan menyenangkan tapi toh, tetap saja masih ada murid yang anti dengan pelajaran matematika.

Kenapa?

Karena telah tertanam dalam benak mereka, matematika adalah pelajaran paling sussaah dan mematikan. Coba bila anggapannya dibalik, pasti reaksi mereka terhadap pelajaran matematika nggak bakal gitu-gitu  amat. 

Jujur saja, waktu sekolah saya nggak pernah anti dengan pelajaran matematika (kecuali pas kelas 3 SMP, itu pun saya nggak suka matematika karena gurunya). Di saat hampir semua teman-teman sekelas saya memusuhi pelajaran yang didominasi dengan hitung-hitungan itu, saya malah sebaliknya. Santai-santai saja, tidak pernah menganggap matematika sebagai momok apalagi musuh. Makanya saya sampai berani mengambil jurusan pendidikan matematika waktu kuliah dulu padahal kemampuan matematika saya boleh dibilang masih rendah🙈.

Intinya sih, semua tergantung dengan pikiran kita. Masalahnya, gimana kita bisa suka dan berteman dengan matematika kalau otak kita lebih dulu diracuni dengan pikiran-pikiran yang negatif. Belum berhadapan saja, kita sudah keburu takut duluan.

Nah, anggapan bahwa melahirkan itu sangat sakit juga bisa bikin kita takut menghadapinya. Belum menjalani saja otak kita sudah direcoki dengan hal-hal yang semestinya tidak perlu dikhawatirkan. Tahu nggak, justru kekhawatiran dan ketakutan itulah yang bikin rasa sakit melahirkan bertambah berkali-kali lipat. Yup, melahirkan memang sakit, siapa bilang nggak sakit. Tapi terbukti lho ada ibu yang berhasil menjalani proses melahirkan dengan senyum kebahagiaan, tanpa drama teriak-teriak maupun mencakar-cakar suami. Rasa sakitnya malah dia nikmati.

Tentu saja, proses melahirkan yang indah seperti itu tidak terlepas dari pikiran-pikiran yang tertanam di otaknya.  Sama sekali tidak terlintas dalam pikirannya bahwa melahirkan itu menyakitkan. Yang ada pikirannya sudah dipenuhi dengan affirmasi-affirmasi positif. 

"Bayiku kuat, persalinanku lancar, aku bisa melahirkan dengan aman, nyaman dan minim trauma. Aku bahagia menjalani persalinanku, persalinanku bukanlah proses yang menyakitkan, aku mampu melahirkan dengan rileks dan tanpa rasa takut"

Well, sejujurnya, saya pun pernah dihantui dengan rasa takut melahirkan. Bersyukur, sebelum menghadapi persalinan saya bisa mengenal ilmu gentle birth via bidankita. Sejak mempelajari ilmu gentle birth secara otodidak lewat postingan-postingan bidan Yessie yang dimuat di akun IG/Website maupun youtube dan lewat bukunya yang berjudul #Bebas Takut Hamil dan Melahirkan itulah yang sekonyong-konyong mengubah mindset  saya, sehingga yang tergambar dalam pikiran saya setelahnya adalah melahirkan itu nggak sakit! Serius deh.

Jadi persiapan menjelang due date selanjutnya yang tak kalah penting adalah mempersiapkan mental. Persiapan mental ini sangat berhubungan erat dengan pikiran juga perasaan, so far usahkan di trimester akhir ini bumil sudah membuang semua pikiran negatif dan rasa takut serta cemas yang menyergap.

Oh ya, untuk membantu melancarkan persiapan mental, sebaiknya bumil mempelajari hypnobirthing atau minimal dapat menciptakan affirmasi-affirmasi positif. Sayangnya, saya tidak sempat mempelajari hypnobirthing di trimester ini tapi affirmasi-affirmasi positif yang saya hadirkan lumayan membantu. Setidaknya lewat affirmasi positif, saya bisa berkomunikasi dengan si bunay yang masih dalem perut. Percaya deh, janin bisa dengar apa yang kita bilang sekali pun itu dalam hati😁

Melahirkan butuh banyak biaya?

Last but not least, persiapan selanjutnya yang juga tidak kalah penting dalam menghadapi persalinan nanti adalah BIAYA. Kata orang-orang melahirkan itu butuh banyak biaya. Kalau menurut saya sendiri sih, banyak tidaknya biaya melahirkan yang dibutuhkan itu tergantung lho. Nyatanya biaya melahirkan memang mahal bila melalui jalur sectio dan atau tanpa asuransi kesehatan seperti BPJS. Tapi kalau melahirkannya secara pervaginam, apalagi ditanggung dengan BPJS ya bisa jadi tidak mengeluarkan biaya sama sekali atau kalau keluar pun nominalnya tidak seberapa.

Karena saya berencana melahirkan dengan memanfaatkan kartu BPJS jadi di trimester ini saya sudah mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan. Ngarepnya sih bisa melahirkan secara pervaginam meski dengan kondisi mata minus, biar biaya yang dikeluarkan juga tidak membludak. Namun jika terpaksa harus sectio pun tak mengapa, yang penting saya sudah ikhtiar normal dulu.

Oh ya, karena jenis BPJS saya dan suami bukan BPJS mandiri sehingga kami tidak perlu mengurus BPJS calon bayi. Pasalnya, bagi peserta BPJS yang masuk dalam golongan PPU (Pekerja Penerima Upah) seperti kami, baru bisa mengurus BPJS bayi setelah lahir. Tentunya, mengurus BPJS bayi ini juga penting lho, sebab biaya perawatan bayi biasanya dibedakan dengan biaya melahirkan. Jadi perawatan bayi tidak akan terkena biaya bila BPJS-nya telah diuruskan.

Adapun persiapan melahirkan yang juga membutuhkan banyak biaya adalah belanja kebutuhan si bunay. Namun saya dan suami juga tidak terlalu menguras dompet saat berbelanja kebutuhan bunay, karena sudah ada perlengkapan bayi milik kakak sepupunya yang bakal diturunkan ke dia. Apalagi kakak sepupuplnya itu cowok.

Yup, meski saat itu si bunay belum lahir, tapi bundanya yakin banget jk-nya sama dengan kakak Al. Soalnya, sudah lebih dari tiga kali USG, jk bunay tidak pernah berubah. Selalu kelihatan monasnya, hehe.

Jadi kami merasa tidak perlu membeli banyak perlengkapan bayi, cukup pakai yang ada saja. Daripada mubazir ya, apalagi perlengkapan newborn biasanya hanya digunakan sebentar. Paling cuma sampai usia satu atau dua bulan.

Demikian persiapan-persiapan yang perlu disiapkan bumil menjelang due date versi saya. Menurut saya tiga poin itu yang paling penting untuk dipersiapkan bumil. Ilmu, mental dan biaya. Selebihnya silakan banyak-banyak berdoa ya bumil. Permantap hati dan rohani kita. Karena lancar atau tidaknya persalinan kita sungguh tidak lepas dari campur tangan Tuhan.

Oke, sekian dulu postingan saya tentang pengalaman hamil pertama yang rasanya super nano-nano. in syaa Allaah, setelah postingan ini saya bakal share pengalaman melahirkan eh tapi sebelumnya untuk pengalaman periksa kehamilan saya selama trimester tiga ini saya bakal buat postingan sendiri juga (masih di draft, huhu) Sengaja saya buatkan postingan khusus karena kalau mau dilanjutkan di postingan ini bakal puaaanjang sekali, ini aja udah kayak rel kereta api panjangnya.

See you next post :)

14 komentar untuk "Beginikah Rasanya Hamil (Trimester Tiga)"

Comment Author Avatar
Mbak, ngurus BPJS bayi setelah lahir bagi peserta BPJS yang masuk dalam golongan PPU, caranya gimana ya?
Comment Author Avatar
Caranya siapkan dulu dokumennya mbak (surat keterangan lahir bayi, KK, ktp dan kartu bpjs ortu)

Jd setelah lahiran itu suruh suami langsung urus surat keterangan lahir bayi setelah itu baru diurus bpjs bayi di kantor bpjs
Comment Author Avatar
Bunay itu singkatannya apa ya kak?kan biasanya bumil manggil janinnyaa dengan debay. Saya jadi penasaran apa itu bunay

Berbicara tentang kehamilan, saya suka takut melihat bumil yang naik tangga, takut jatuh. Tapi bumilnya sih gak apa-apa cuma orang-orang yang liat saja yang khawatir takut ada apa-apa
Comment Author Avatar
Bicara ttg kehamilan, saya juaranya #ehh

Maksud saya, Alhamdulillah dapat mendampingi masa2 dihamilkannya kedua anak saya dengan menjadi suami siaga sampai ke supporting pejuang asi. Moga2 ibu dan debaynya selalu sehat sampai hpl dan pasca lahirannya.

Comment Author Avatar
Saya jadi mengingat-ingat masa hamil. Memang knowledge is power karena dengan lebih siap dengan kondisi yang berubah setelah membekali diri dengan pengetahuan tentang kehamilan, rasanya percaya diri dan tidak ragu dengan langkah yang seharusnya. Apalagi banyak mitos kan ya seputar kehamilan.
Comment Author Avatar
Wow.. Panjang yaa tulisan, tanpa foto pula, hehe... Jadinya ku agak lelah bacanya. Tapi intinya emang kalo hamil itu kita harus punya pengetahuan biar gak bingung hadapi masa kehamilan.
Comment Author Avatar
Bercerita tentang kehamilan itu memang hal yang luar biasa yaa kak. Apalagi kehamilan pertama.. sensadinya itu, seperti no words can describe. Saya sampai sekrang belum smpat menuliskan masa masa kehamilan bahkan tentang kelahirannya anak sy. Hehhehe.. semangat jadi ibu kak..
Comment Author Avatar
luar biasa eee...
sebuah keajaiban dan keistimewaan yang hanya diberikan Tuhan kepada perempuan.
laki2 sekaya apapun dia, sehebat apapun dia, tidak akan pernah merasakan keistimewaan seperti ini
Comment Author Avatar
Begitu banyak rintangan Ibu-Ibu untuk melahirkan anaknya termasuk pegal-pegal dan kaki bengkak..Ibu-Ibu tetap tegar agar si buah hati lahir kedunia.dari kandungan sehingga melahirkan ,perjuangan IBu-Ibu tak terbalaskan dengan apa pun harta di dunia.. Dari itu pantas saja, kalau surga itu di Telapak Kaki Ibu..
Comment Author Avatar
Wah jadi keingetan jaman hamil dulu nih. Merasakan hamil itu anugerah Allah yang harus disyukuri setiap perempuan dimuka bumi ini ya. Moment berharga yang harus banget berhati-hati.
Comment Author Avatar
tadi saya kira si Bunay bakal punya adek.. ternyata postingan lama yah.. tips mengurus bpjs bayi sebelum lahir itu bermanfaat banget.
Comment Author Avatar
Waduh saya membaca ini kok merasa takut sendiri kak yah. Banyak juga yah tantangannya orang hamil. Belum menikah saja sy sering pegal2, bagaimana kalau sudah menikah dan hamil.
Comment Author Avatar
Saya mendampingi istri melahirkan sebanyak tiga kali dengan proses hamilnya tentu saja. Kalau untuk proses hamilnya tentu saja saya hanya sebagai observer sambil memberikan support namun urusan administrasinya kebetulan diurus sendiri dan lumayan lancar
Comment Author Avatar
Selamat menanti dedek bayi dan dan selamat menikmati hari-hari bahagia jelang lahiran. Sehat selalu mamak dan anak...

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.