Review Buku Duo Mom Blogger Icha & Gesi; Susahnya Jadi Ibu
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Review Buku Indahnya Susahnya Jadi Ibu. Bagaimana rasanya menjadi Ibu? Pastinya yang terbayang di benak kamu yang belum menikah dan atau belum punya momongan hanya yang indah-indahnya saja, kan?
Sama. Waktu masih lajang maupun setelah menikah dan berbulan-bulan dalam masa penantian akan hadirnya sang buah hati saya pun membayangkan hal serupa. Setiap lihat keluarga yang punya bayi mungil atau balita yang gemesin bawaannya selalu terbayang betapa nikmatnya menjadi seorang ibu. Apalagi kalau sudah berselancar di Instagram dan menemukan foto bayi yang imut-imut. Langsung berangan-angan pengen punya bayi seimut itu juga.
Dan karena yang terbayang yang indah-indah saja makanya saya nggak sungkan-sungkan bilang ke suami kalau saya pengen punya anak kembar atau paling tidak bisa punya dua anak dengan jarak kelahiran yang dekat.
Baca juga Kehamilan Kedua.
Yup, dari dulu bahkan jauh sebelum menjadi ibu saya memang sudah suka banget liat keluarga yang punya anak kembar atau pasutri dengan anak-anaknya yang masih balita. Alhasil, setelah menikah saya jadi terobsesi mewujudkan keinginan tersebut.
Well, Itu keinginan saya sebelum merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi seorang ibu. Lantas bagaimana setelah saya tahu gimana rasanya menyandang predikat itu? Duh, jangan ditanya, hehe. Syukurnya, setelah melahirkan Zhafran, saya tidak sampai mengalami depresi atau trauma berat yang membuat saya tidak ingin punya anak lagi.
Ada lho ibu yang merasa cukup dengan satu atau dua anak saja setelah tahu bagaimana rasanya menjadi seorang ibu. Bahkan punya banyak anak kerap dianggap sebagai sebuah beban.
Kenapa bisa demikian?
Kenyataannya menjadi seorang ibu memang tidak seindah yang kita bayangkan. Beraaaat. Susaaah. Berupa-rupa dramanya. Nah, inilah tema yang diangkat dari bukunya duo mom blogger, Grace Melia (Gesi) dan Annisa Steviani (Icha). Hayoo, siapa yang sudah baca buku yang berjudul “Indahnya Susahnya Jadi Ibu?
Mungkin banyak ya soalnya buku ini sudah lumayan lama terbit. Dari awal tahun 2018 lalu. Saya sendiri baru membacanya bulan Juni kemarin dan baru sempat nih nulis reviewnya.
Tak Perlu Jadi Ibu yang Sempurna
sinopsis buku Susahnya Jadi Ibu |
Ada nggak ibu yang selama menjalani tugasnya dalam mengasuh anak nggak pernah mengeluh? Atau apakah salah bila seorang ibu pernah mengeluh? Karena jujur saja, semenjak punya baby saya kok jadi ngerasa lebih sering mengeluh ya.
Bukannya nggak bersyukur sih, tapi setelah menghadapi sendiri baru saya sadari jadi ibu itu memang susssaaah. Senangnya banyak tapi susaaahnya juga nggak kalah banyak. Pokoknya antara susah dan senangnya sebelas dua belaslah.
Jika kebanyakan buku bertema parenting penuh dengan teori yang menuntut kita untuk jadi ibu yang perfect, buku yang ditulis Icha dan Gesi ini malah sebaliknya. Jadi Ibu tak perlu sempurna. Toh, sosok ibu juga adalah manusia biasa bukan malaikat. And you know-lah tidak ada manusia yang sempurna, begitupula dengan seorang ibu.
Lewat buku duetnya ini, Icha dan Gesi mengajak pembaca yang targetnya para calon maupun yang telah jadi ibu untuk lebih menjaga kewarasan even kita nggak bisa menerapkan semua terori parenting yang ada. Bahwa menjadi seorang ibu juga pastinya bisa bisa salah, bisa marah, bisa capek, BISA MENGELUH dan itu normal.
For me, buku Susahnya Indahnya jadi Ibu ini termasuk buku yang mencerahkan, terutama bagi ibu baru seperti saya. Kenapa saya bilang mencerahkan? Karena ini termasuk buku parenting namun tidak seperti buku parenting lainnya yang penuh dengan teori.
Buku ini justru dikemas dengan cerita menarik dan ringan seputar sharing pengalaman Icha dan Gesi dalam mengasuh anak. Diawali dari kisah keduanya saat mendapati dua garis, melahirkan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan awal menjadi ibu dan seterusnya hingga ditutup dengan harapan yang mereka sematkan pada suami melalui sepucuk surat.
Selain ringan, ceritanya juga sangat realistis karena berdasarkan pengalaman Icha dan Gesi sendiri. Apalagi di sepanjang membaca buku ini mata saya benar-benar dimanjakan banget dengan layoutnya yang full colour. Tak heran kalau saya bisa menyelesaikan buku parenting yang satu ini hanya dengan sekali duduk alias tidak perlu waktu lama.
Dua Sudut Pandang Ibu yang Berbeda
Gesi dan Icha |
Berhubung ini buku duet jadi sudah pasti ditulis dengan dua sudut pandang yang berbeda. Dari sudut pandang Gesi dan Icha. Menariknya nih, Gesi melahirkan sesar, Icha melahirkan normal. Gesi stay at home, Icha mom working. Gesi tim nanny, sementara Icha tim daycare. Background keduanya sebagai ibu berseberangan banget, kan?
As we know, di dunia parenting sering banget terjadi mom war antara ibuk-ibuk yang berseberangan background seperti Gesi dan Icha. Ibu lahiran normal vs ibu lahiran sesar. Ibu ASI vs ibu sufor. Ibu MPASI homemade vs Ibu MPASI instan. Ibu rumah tangga vs Ibu bekerja dan bla bla bla.
Nah, fenomena mom war atau lebih dikenal dengan istilah mom shaming kian marak akhir-akhir ini. Terutama kalau kita berselancar di medsos. Di sana banyak banget ibuk-ibuk yang suka asal berkomentar, saling menghujat dan merasa pola asuhnya yang paling benar sendiri.
Sedih sih, kok yang war itu justru sesama perempuan sendiri yang notabene sudah merasakan gimana susahnya jadi ibu. Semestinya kalau sudah tahu peran sebagai ibu itu nggak gampang, susaahnya bukan main ya kudu saling support dong bukannya saling menjelekkan gitu.
But of course, meskipun ditulis oleh duo mom blogger dengan background yang bertolak belakang, buku ini sama sekali nggak ngajak kita buat ikutan war kok. Sebaliknya, Gesi sengaja menggandeng Icha untuk duet buku ini dengan tujuan pengen merangkul para ibu.
Pesannya seolah ingin bilang ke pembaca, ayolah gimana pun proses persalinan kita, mau beri bayi kita ASI atau sufor, MPASI homemade atau instan, pilih jadi ibu rumah tangga atau ibu pekerja atau apapun perbedaan yang ada di antara kita “we're just the same: MOMS. So why keep judging other moms whose parenting stories are different than ours?” (FYI, kalimat english itu saya kutip dari kata-katanya Gesi ya di blog postnya yang berjudul Lahirnya Buku Susahnya Jadi Ibu)
Yup, semua ibu adalah sama, jadi nggak usahlah saling judge, saling menjatuhkan dan menjelekkan satu sama lain. Kita juga nggak mesti harus selalu sempurna kok dengan menerapkan semua teori parenting yang ada.
Toh, semua ibu pastinya ingin memberikan yang terbaik pada anaknya. Namun menerapkan semua teori parenting yang ada agar kita bisa jadi ibu sempurna bukanlah hal yang mudah, bahkan sepertinya mustahil. Apalagi tidak semua teori parenting cocok dengan kondisi kita dalam mengasuh anak.
So, buat mom yang masih suka war, coba deh baca buku Susahnya Jadi Ibu. Ya, semoga setelah baca buku ini mom jadi sadar dan nggak ikut-ikutan lagi menyerang para ibu yang pola pengasuhannya berbeda dengan mom.
Serba-Serbi Indahnya Susahnya Jadi Ibu
Satu lagi, uniknya buku parenting dengan narasi yang super ringan dan full ilustrasi ini, kita akan menemukan pertanyaan di akhir dari setiap part. Nantinya pertanyaan itu bisa dijawab di Instagram dan mention akun IG Gesi dan Icha. Jadinya semacam diajak untuk dialog interaktif ya, hehe.
Sayangnya karena saya telat baca buku ini jadi nggak bisa ikutan jawab di instagram deh. Etapi saya tertarik mengulas jawaban dari pertanyaan yang ada di beberapa part.
daftar isi buku Susahnya Jadi Ibu |
Part I #Dua Garis
Di part 1 ini Gesi dan Icha cerita tentang pengalaman saat hamil. Nah, pertanyaannya terkait kenangan pembaca saat hamil.
Saya waktu pertama kali tahu hamil rasanya nggak percaya saja. Sampai melahirkan pun rasanya masih seperti mimpi, hehe. Tapi bagi saya kehamilan adalah masa-masa yang indah sekalipun selama hamil itu banyak banget keluhan yang saya rasakan. Mulai dari mual muntah, kehilangan nafsu makan, begah hingga bolak-balik kamar mandi buat BAK dan bangun dalam keadaan badan seakan remuk, saking pegelnya, hehe. Syukurnya di kehamilan kedua ini keluhan yang saya rasakan nggak separah saat hamil pertama.
Part 2 #Melahirkan Itu Tidak Mudah
Di Part II ini Gesi cerita pengalaman melahirkannya secara SC sedangkan Icha cerita terkait proses persalinannya yang dilalui secara pervaginam.
Duh, sampai saat ini saya merasa seperti punya utang karena belum kelar-kelar mengabadikan pengalaman melahirkan pertama kali di Kamar Kenangan ini. Tapi yang pasti melahirkan itu memang tidak mudah baik secara SC maupun normal.
Meski tak dimungkiri kebanyakan ibu pastinya pengen lahiran normal. Saya pun demikian walau waktu mau lahiran anak pertama tahun lalu sempat berencana SC karena mata saya minus tinggi dan selaput mata saya pas periksa di dokter mata juga sudah tipis.
Tapi alhamdulillaah akhirnya bisa lahiran normal. Ngarepnya sih di persalinan kedua saya akhir tahun ini (In syaa Allaah) bisa normal lagi, tapi kalau nggak pun ya nggak papa. Lagipula mau SC atau normal sama saja, kan? Sama-sama merasakan sakitnya melahirkan.
Part 3 #I am Mom
Di part ini, Gesi dan Icha cerita tentang awal mereka menjadi ibu. Tentang suka duka mereka jadi moms zaman now.
Pastinya yang saya alami di masa awal menjadi ibu adalah hidup yang penuh kejutan, karena hidup saya sekonyong-konyong berubah drastisss. Yang tadinya saya cuma cukup urus suami dan diri sendiri, eh setelah lahiran ada lagi satu makhluk mungil yang harus saya urus segala keperluannya dari bangun sampai tidur kembali. Diajak begadang pun harus saya ladeni. Bahkan saya kudu selalu membersamainya selama 24 jam. Maa syaa Allaah, itu perjalanan awal menjadi ibu yang sungguh penuh drama dan diwarnai suka duka.
Dan tidak lama lagi saya akan merasakan kembali perjalanan menjadi ibu untuk makhluk mungil kedua yang bertumbuh di rahim saya saat ini. Kira-kira bagaimana rasanya mengurus dua bayi sekaligus nantinya? Pastinya susahnya jadi berlipat ya, hehe.
But whatever, konsekuensi menjadi ibu memang begitu, kan? Tidak selamanya senang melulu, pasti susaah juga bakal datang. Pun tidak selamanya bakal susaaah, senang juga akan menghampiri. Nyatanya menjadi ibu memang susah namun bukan berarti kita tidak bisa menjalaninya. Allaah yang kasih amanah itu, Allaah jua yang memampukan😊
Oya tadinya saya pengen ulas sampai part 13, namun berhubung postingan ini sudah lumayan panjang jadi saya cukupkan sampai di sini saja ya. So, kalau kamu penasaran dengan buku duetnya Gesi dan Icha ini, cuss beli saja di toko buku atau Gramedia. Etapi stok bukunya masih ada nggak ya soalnya buku ini terbitan Grasindo dari tahun lalu?
Yowes, kalau nggak mau rempong carinya, pinjam saja di ipusnas. Saya bisa baca buku Susahnya Jadi Ibu juga karena pinjam di sana kok. Ini buku dengan gaya tulisan yang supeer ringaan, penuh ilustrasi warna-warni dan gambar-gambar yang gemesin. Dijamin kalau kamu baca nggak bakal bosenin.
Recommended dibaca buat para calon ibu, yang baru maupun telah lama menyandang status ibu. Bapak-bapak yang mau intip buku ini juga dipersilahkan. Buku ini, meski terkesan curhatan karena isinya berupa pengalaman Gesi dan Icha sebagai ibu dengan gaya cerita yang tidak jauh berbeda dari gaya cerita keduanya di blog, namun cukup berbobot lho. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari buku Susahnya Jadi Ibu ini.
Semangat Membaca :)
Salam,
@siskadwyta
17 komentar untuk "Review Buku Duo Mom Blogger Icha & Gesi; Susahnya Jadi Ibu "
Sukses selalu buat blogger sekaligus author ini ya
Happy mom raise happy child
Pinjam di iPusnas.
Happy banget bacanya, karena ternyata setiap Ibu baru pasti mengalami yang aku rasakan juga.
Jadi kangen baca buku Gesi Icha lagi...
tapi memang gak gampang sih ya, jadi ibu itu sebuah proses belajar yang bersinambungan, proses memperbaiki dari hari ke hari, karena nyadar banget, orang tua itu role model buat anak-anaknya, ketika orang tua semangat dalam belajar dan bertumbuh, anak juga punya karakter suka berjuang
Rasanya sungguh bahagia dan luar biasa senangnya.
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.