Merayakan Hari Ulang Tahun, Yay or Nay?


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Merayakan Hari Ulang Tahun, Yay or Nay? Waktu kecil saya sering mendapat undangan untuk menghadiri acara ulang tahun. Biasalah anak kecil kalau dapat undangan ulang tahun pasti girang banget, sekalipun acara ulang tahun saya sendiri tidak pernah dirayakan oleh orang tua.

Padahal pengen juga sih sekali-kali ulang tahun saya dirayakan kayak anak-anak yang lain. Kan seru, rumah bakal ramai dengan hiasan dan balon berwarna-warni serta saya bakal kebanjiran banyak kado. Meski demikian saya tidak pernah merengek minta dirayakan hari ulang tahun. Saya tidak pernah menuntut orang tua harus merayakan hari ulang tahun saya. Kenapa?

Ya, karena memang sudah menjadi semacam aturan tidak tertulis dalam keluarga kami. No perayaan ulang tahun. Mama bahkan sudah sering bilang ke anak-anaknya, di keluarga kita tidak ada budaya merayakan ulang tahun. Ulang tahun itu sebenarnya dari budaya luar, budaya asing, kita tidak perlu ikut-ikutan.

Meski waktu itu saya masih terlalu kecil memahami perkataan mama, tapi itulah yang tertanam dan terbawa di benak saya hingga dewasa.  

Kenangan Ulang Tahun di Masa Kecil

Sekalipun mama termasuk tipe orang tua yang tidak pernah merayakan hari ulang tahun anak-anaknya, beliau sama sekali tidak melarang kami untuk menghadiri acara tersebut jika mendapat undangan.

Membungkuskan kado, memilih baju yang cantik serta mengepang rambut, itulah yang biasa mama lakukan ketika menyiapkan putri-putrinya yang hendak menghadiri acara ulang tahun.

Dan sekalipun di keluarga kami tidak ada perayaan ulang tahun, beliau kerap memasak nasi kuning, ayam goreng, dan menu pelengkap lainnya pada pekan di bulan Juni dimana saya dan Aya (adik saya) berulang tahun yang hanya berjarak 4 hari. Lalu papa akan mengajak saya dan Aya rekreasi ke pantai dengan membawa makanan special yang sengaja dimasak mama itu sebagai bekal kami. 

Ah, itu kenangan ulang tahun di masa kecil kami yang manis sekali. Meski tanpa perayaan, tanpa kue yang disematkan lilin, pun tanpa kado, papa dan mama tetap punya cara tersendiri mengukir senyuman di hari lahir anak-anaknya.

Kue Ulang Tahun Pertama, Momen Ulang Tahun Paling Berkesan


Jujur, saya pernah menangis ketika mendapati dua teman kuliah saya yang hari lahirnya jatuh ditanggal yang sama mendapat kejutan tengah malam dari sahabat-sahabatnya yang juga merupakan teman kuliah saya. 

Keduanya mengunggah gambar yang merekam momen bahagia di tengah malam itu di akun facebook masing-masing. Saya tak sengaja melihatnya muncul di beranda lantas seketika itu pula mata saya menjadi mendung, tak lama gerimis pun jatuh membasahi pipi.

Saya menangis tersedu-sedu malam itu. Bukan karena iri melihat kebahagiaan mereka, saya hanya mengasihani diri saya sendiri. Mengapa saya tak memiliki sahabat yang saking care-nya sampai membuat kejutan tengah malam seperti itu. 

Bukan berarti sahabat-sahabat yang dekat dengan saya tidak care. Waktu SMP saya punya sahabat yang selalu ajin dan tidak pernah lupa mengirimkan ucapan dan doa lewat sepucuk surat di hari ulang tahun saya. Sahabat yang sering memberi kado di hari lahir saya juga ada. Bahkan ada pula sahabat yang jarang berkabar namun setiap hari ulang tahun saya dia pasti muncul tiba-tiba dan menjadi orang pertama yang memberi ucapan.

Namun sahabat yang memberi supprise dengan kuel ulang tahun?

Yap, seumur-umur saya tidak pernah diberi supprise berupa kue ulang tahun di hari lahir saya. Baru kali itu, untuk pertama kalinya ketika usia saya genap memeluk angka 24. Supprise itu saya dapatkan dari saudari-saudari shalihah saya di Lingkaran Shalihah (LiSha).

Itu menjadi kue ulang tahun pertama yang saya dapatkan sekaligus menjadi momen ulang tahun  yang paling berkesan dalam hidup saya.  Meski saya tidak ingin menamainya sebagai kue ulang tahun.  Itu adalah kue tanda sayang dan cinta dari saudari kepada saudarinya yang lain, begitu saya menyebutnya.







Bismillaah... Percaya tidak kalau ini adalah kue pertama yang dibuat special dalam rangka hari lahir saya? Ah, rasanya juga saya gak percaya. Seumur-umur, baru kali ini saya dikasih kue. Tentu saja saya tidak mau menyebutnya sebagai kue ulang tahun seperti kebanyakan orang menamai. Ini adalah kue tanda cinta dan sayang dari saudari kepada saudarinya. Untuk kian mempererat jalinan ukhuwah "Salinglah kalian memberi hadiah" Begitu kata Rasul. Ah, saya seharusnya sangat terharu tadi. Hanya bingung, entah bagaimana harus berekspresi. Sungguh, di lubuk hati yang paling dalam. Ini adalah kejutan yang luar biasa. Pertama dalam duapuluh empat tahun hidup saya. So, Jazakumullaah khayran katsiran ukhtifillaah shalihat😘😘😘 Jazakillaah... kak Nita, sudah repot-repot bikin kuenya sampai gak sempat melingkar siang tadi Jazakillaah Mbak Dewi yang sudah ngerencanain supprise ini meskipun gak sesuai dengan yang direncanain tapi begini saja sudah so supprise banget... Oh ya katanya mbak Dewi karena saya orangnya puitis #uhuk jadi kuenya juga sengaja dibuat penuh dengan filosofis. Warna putih menandakan Ika yang baru lahir... Di tengahnya sengaja ditaburi butiran-butiran kecil berwarna-warni menandakan kehadiran ukhtifillaah dalam lingkaran shalihat (LiSha) yang telah mewarnai hari-hari Ika. Trus di sekelilingnya ada hiasan berbentuk love-love , itu katanya mbak Rina, kehadiran LiSha tidak sekadar mewarnai tapi mengelilingi Ika dengan penuh cinta 😍😍😍 Begitu saja, kuenya sudah So sweet banget, kan ya! Tapi karena buru-buru gak sempat di hiasi. Seharusnya ada tulisan "Lingkaran Shalihat. Ukhuwah until Jannah"... dan ada nama-nama kita. "Avry, Dewi, Dea, Dian, Ika, Nita, Rizqie. Begitu cerocos mbak Dewi dan Kak Nita gantian menimpali. Saya cuma bisa tersenyum bahagia. Tak apa. Tanpa ditulis di atas kue pun nama kalian sudah lebih dahulu saya tuliskan dalam hati. #cieee Jazakillaah juga buat Ukh Rizqie, Dian n Ani. Harusnya tadi kalian ada tapi masing-masing sudah dijemput sama suaminya, jadi gak bisa ditahan deh. Mbak Dea yang gak sempat hadir dan juga untuk murrabbiah tercinta. Kak Avry. Kalian adalah hadiah terindah dari Allaah untuk saya Uhibbukum fillaah😘😘😘
Sebuah kiriman dibagikan oleh Siska Dian Wahyunita (@siskadwyta) pada


Paling berkesannya bukan karena akhirnya saya dapat kejutan dari orang-orang tercinta tepat di hari lahir saya melainkan karena saya sadari ternyata Allaah yang Maha Baik juga telah menghadirkan dalam hidup saya saudari-saudari shalihah seperti mereka.

Mengenang momen ini sungguh bikin saya pengen mewek di pojokan, sebab sudah hampir tiga tahun berlalu saya berpisah jarak dengan mereka. Tuh, kan saya jadi rindu.

Oya ngomong-ngomong soal ulang tahun, hari ini Pacca si maskot Anging Mammiri yang telah menginjak usia 13 tahun pas tanggal 25 November yang bertepatan dengan Hari Guru kemarin merayakan hari ulang tahunnya lho.  Pastinya bakal seru nih acaranya.



Sayang sekali saya tidak bisa hadir. Padahal pengen juga ikut meramaikan acara ulang tahun Komunitas Blogger Anging Mammiri, tapi apa boleh buat posisi saya masih  di daerah jadi hanya bisa memantau keseruan ulang tahun Pacca dari jauh.

Meski kesimpulannya saya Nay dengan perayaan ulang tahun, tapi kalau dapat undangan ulang tahun, hayyuk.

Kalau saya sempat saya bakal datang tapi kalau nggak cukup saya hadir lewat doa saja ya.

Salam,

4 komentar untuk "Merayakan Hari Ulang Tahun, Yay or Nay?"

Comment Author Avatar
Sejujurnya saya bukan tipe yang suka merayakan ulang tahun gitu. Hahaha.. kecuali alasan membeli sesuatu untuk menghadiahi diri sendiri. Bahkan disosmed saya gak pernah saya perlihatkan tgl ultah sih. Biar gak banyak yang ngucapin aja. Makin tua, makin malu aja. 😁😁😁😁😁 Yang terpenting dalam hati, ke depannya ingin mengubah diri lebih baik lagi.
Comment Author Avatar
Wah saya juga kadang membeli sesuatu sebagai kado untuk diri sendiri, hehe. Yap yang penting semakin hari menjadi pribadi yang lebih baik ya.
Comment Author Avatar
Sayapun, seumur-umur nggak pernah dirayain ultahnya, nanti punya pacar baru dapat kado ultah.
Beli kue? sama sekali enggak pernah hiks.

Anak-anak saya cuman yang pertama, waktu ultah pertama kami beliin kue ultah yang lumayan gede dan dia suka.
Akhirnya tiap ultah kudu ada kue, meski nggak pernah dirayain bareng temannya.
Kalau adiknya sama sekali nggak ada perayaan, dan akhirnya kakaknya pun setuju ga perlu kue-kuean, asal dikasih kado sesuatu yang manfaat :)
Comment Author Avatar
Wah ternyata saya nggak sendiri ya. Mbak Rey juga ternyata nggak ngerayain yang namanya ultah ya sampai bikin pedta besar2an gitu. Bersyukur aja kalau pas ultah dikasih kue atau kado gitu

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.