Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keladi Tumbuk, Makanan Khas dari Hutan Papua

gambar keladi tumbuk : IG @yuristikadewi
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Keladi Tumbuk Makanan Khas dari Hutan Papua - Papua tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya yang eksotis, melainkan juga makanan khasnya yang lezat dan kaya gizi. Sebut saja papeda, makanan yang terbuat dengan bahan utama tepung sagu ini sungguh nikmat dilahap dengan sayur kangkung plus bunga pepaya tumis dan ikan kuah kuning. Atau ada juga bubur sagu yang rasanya begitu manis menggoda dengan tambahan gula aren dan santan kental.

Sebagian besar makanan khas Papua memang terbuat dari bahan dasar sagu. Tidak heran, karena seperti yang kita ketahui sagu adalah makanan pokok orang Papua. Bahkan ada pula sate ulat sagu yang dibakar seperti sate daging pada umumnya, namun daging yang digunakan di sini adalah ulat yang berasal dari pohoh sagu sehingga dikenal sebagai ulat sagu. 

Bagaimana rasanya? Jangan tanya karena meskipun dari lahir hingga besar di Papua, saya belum pernah mencicipinya. Pernah ditawari  sih tapi saya tolak mentah-mentah karena baru membayangkan saja saya sudah merasa jijik dan geli duluan. 

Padahal kata teman-teman saya yang asli Papua, sate ulat sagu ini memiliki rasa yang sangat enak, kandungan nutrisinya juga tinggi. Bahkan kebanyakan mereka lebih suka menyantap ulat sagu langsung hidup-hidup tanpa dibakar sebelumnya. Unik sekali ya, sayangnya saya tidak tertarik sama sekali  dengan menu sate ulat sagu  ini apalagi memakannya hidup-hidup, hehe.

Oya berbicara tentang makanan khas Papua tidak selalu terbuat dari bahan dasar sagu. Papua juga punya kok makanan khas yang  terbuat dari bahan umbi-umbian, baik singkong, petatas maupun keladi. Nah, salah satu makanan khas Papua yang berasal dari umbi-umbian dan menjadi favorit saya adalah keladi tumbuk.

Keladi Tumbuk, Makanan Khas Papua yang Sama Lezat dan Bergizinya dengan Papeda

Jika menyinggung makanan khas Papua, tentu semua orang akan menyebut papeda. Makanan yang teksturnya menyerupai lem ini memang populer hingga ke mancanegara. Beda halnya dengan keladi tumbuk, yang mungkin hanya dikenali oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Papua saja. Barangkali kamu pun baru tahu orang Papua punya makanan khas yang terbuat dari bahan umbi keladi. Atau mungkin kamu bertanya-tanya, seperti apa umbi keladi itu dan bagaimana penampakan keladi tumbuk.

Baiklah, umbi keladi yang saya maksud di sini adalah  talas. Kalau sebut talas tentu tidak asing lagi ya karena pangan ini pun sering diolah oleh masyarakat di luar Papua sebagai cemilan mulai dari keripik, puding, hingga kue lapis talas yang terkenal sebagai oleh-oleh kota Bogor.

Hanya saja orang papua menyebutnya keladi bukan tua-tua keladi ya, hehe. Jadi seperti yang sudah saya singgung di atas, tanaman keladi atau talas termasuk pangan pokok khas Papua yang oleh masyarakatnya biasa diolah dengan cara direbus lalu ditumbuk hingga halus. Itulah sebabnya disebut keladi tumbuk.

Cara penyajiannya tidak jauh berbeda dengan papeda, sebagai pengganti nasi. Kalau menu papeda sering disajikan bersama ikan kuah kuning dengan sayur kangkung mix bunga pepaya tumis maka keladi tumbuk pun demikian atau bisa juga dihidangkan bersama ikan bakar dan  sayur pakis lodeh, tergantung selera.


Cara membuat keladi tumbuk mudah sekali, bukan? Soal rasa tentu tidak diragukan lagi, setidaknya bagi saya lezatnya keladi tumbuk tidak kalah dengan papeda. Apalagi kalau kamu tidak terbiasa makan makanan yang terbuat dari tepung sagu, kamu bisa mencoba keladi tumbuk.

Masyarakat Papua sendiri biasa menyajikan keladi tumbuk sebagai menu tambahan pada acara-acara tertentu, seperti acara keluarga, perayaan agama,  pesta adat dan lain sebagainya.  Saat saya masih duduk di bangku sekolah, setiap ada praktik masak dan mengangkat tema makanan khas Papua, menu keladi tumbuk juga pasti ikut dihidangkan di atas meja untuk dinilai oleh guru.

Tidak hanya rasanya yang lezat, keladi tumbuk yang terbuat dari umbi talas ini kaya akan nutrisi. Termasuk bagi kamu yang ingin diet namun tetap ingin menyantap makanan yang mengandung karbohidrat  bisa menjadikan talas sebagai alternatif karena kandungan gulanya yang rendah sehingga sangat baik untuk dikonsumsi sehari-hari.  Selain rendah gula, keladi masih memiliki banyak manfaat lainnya lho terutama untuk kesehatan tubuh.

Manfaat Konsumsi Keladi untuk Kesehatan Tubuh


Keladi atau talas merupakan jenis umbi-umbian yang kaya akan nutrisi dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Adapun kandungan nutrisi lengkapnya seperti yang tertera pada situs alodokter.com, di dalam seporsi keladi (sekitar 150 gram) yang sudah dimasak, kita bisa mendapatkan:

  • 150 – 200 kalori
  • 5 – 7 gram serat
  • Sekitar 4 gram protein
  • 150 – 170 mg kalsium
  • 450 – 600 mg kalium
  • 30 – 50 mg magnesium
  • 60 – 70 mg fosfor
Tidak hanya itu, tanaman yang bernama latin Colocasia esculenta ini mengandung banyak senyawa organik, mineral, serta berbagai vitamin A, C, E, vitamin B6, dan folat. Bahkan dalam keladi juga terdapat magnesium, zat besi, seng, fosfor, kalium, mangan, dan tembaga.

Kandungannya banyak sekali ya, maka wajar bila keladi masuk dalam kategori pangan yang sangat penting untuk memelihara kesehatan dan fungsi organ tubuh.

Untuk lebih jelasnya yuk simak manfaat apa saja yang bisa kita dapatkan dari mengonsumsi keladi ;

Menjaga kadar gula tetap normal

Untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil, tubuh kita membutuhkan asupan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dan serat. Keladi memenuhi asupan tersebut. Apalagi dengan kandungan gulanya yang rendah membuat umbi yang mirip kentang ini aman untuk dikonsumsi, pun baik untuk penderita diabetes.

Mencegah penyakit jantung dan Tekanan Darah Tinggi

Manfaat serat pada keladi tidak hanya untuk menjaga kadar gula darah tapi juga baik untuk memelihara kesehatan jantung karena kandungan serat, kalium, dan antioksidannya yang cukup tinggi.

Di dalam tubuh, serat yang kita dapat dari mengonsumsi keladi dapat berfungsi untuk memastikan agar kadar kolestrol tetap normal. Nah, jika terlalu banyak kolesterol pembuluh darah kita akan tersumbat, dan itu bisa menyebabkan aliran darah menuju organ tubuh tertentu jadi terhambat. Jika pembuluh darah ke jantung yang tersumbat, itulah yang memicu terjadinya penyakit jantung.

Selain itu, kalium di dalam keladi juga baik untuk mencegah tekanan darah tinggi. Seperti kita ketahui, tekanan darah tinggi berkaitan dengan penyakit jantung. Beruntungnya, menurut alodokter, sekitar 20% kebutuhan serat dan kalium harian orang dewasa bisa dipenuhi hanya dengan mengonsumsi seporsi keladi. Namun perlu diingat, selain dari tanaman ini, serat dan kalium juga perlu didapatkan dari buah, sayur, kacang-kacangan, serta biji-bijian.

Meningkatkan kekuatan tulang

Mengonsumsi keladi juga dapat membuat tulang kita lebih kuat. Hal ini karena kandungan kalsium yang terdapat pada keladi terbilang cukup tinggi, bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan tumbuhan sejenisnya. 

Misalkan kita bandingkan dengan singkong. Singkong hanya mengandung 15 mg kalsium dalam setiap 100 gramnya. Sedangkan pada porsi yang sama, keladi atau talas mengandung sekitar 150 mg kalsium.

Mengurangi risiko kanker

Paparan radikal bebas tidak hanya mengganggu berbagai fungsi organ tubuh, tapi juga memicu pertumbuhan sel kanker. Itulah sebabnya tubuh kita membutuhkan antioksidan agar dapat menangkal efek radikal bebas yang datang dari berbagai sumber, seperti metabolisme alami tubuh, polusi dari asap rokok atau kendaraan bermotor serta yang berasal dari sinar matahari.

Nah, keladi atau talas ini dipercaya dapat mengurangi risiko kanker karena mengandung antioksidan. Beberapa jenis antioksidan yang terdapat dalam keladi adalah polifenol, vitamin C, dan vitamin E.

Membantu menjaga berat badan

Karena kandungan karbohidrat dan serat yang terdapat di dalamnya sehingga akan butuh waktu lebih lambat untuk mencerna keladi. Efeknya jelas membuat kita bisa merasa kenyang lebih lama. Itulah sebabnya umbi ini dianggap memiliki manfaat dapat membantu menjaga berat badan. Namun jangan harap bisa mencapai berat badan ideal bila tidak diiringi dengan pola makan yang sehat serta olahraga yang rutin ya.

Merawat kesehatan kulit dan rambut

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, keladi mengandung vitamin A, E dan B6. Ketiga vitamin ini dapat berfungsi untuk memperbaiki sel kulit. Bahkan antioksidan yang terkandung dalam keladi juga mampu untuk mencegah penuaan dini. 

Fungsi dari vitamin B6 sendiri adalah memperbaiki jaringan, sehingga jika kita rutin mengonsumsinya maka bukan tidak mungkin kita akan mendapati kulit yang cerah bersinar tanpa noda hitam. Kulit kepala kering juga bisa teratasi karena kandungan vitamin E pada keladi dapat memberikan kelembapan

Memelihara kesehatan mata

Vitamin A ternyata tidak hanya terdapat pada wortel namun juga tanaman lainnya termasuk pada keladi. Artinya mengonsumsi keladi juga dapat membantu kita dalam memelihara kesehatan mata.

Selain itu, keladi mengandung antioksidan yang terdiri dari beta-carotene dan cryptoxanthin. Kandungan tersebut dapat berfungsi untuk mencegah terjadinya katarak. 

Itulah beberapa manfaat dari tanaman keladi untuk kesehatan tubuh kita.  Namun pastikan sebelum mengonsumsinya, sudah harus dicuci hingga bersih dan dimasak hingga benar-benar matang ya, sebab tanaman ini mengandung oksalat yang dapat menimbulkan gatal atau bahkan bisa menyebabkan kita terkena infeksi atau keracunan.

Itulah sebabnya keladi tidak bisa dimakan langsung, harus diolah terlebih dahulu.  Oya, ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan, mengonsumsi keladi itu baik tapi tetap harus dalam batas yang wajar.

Keladi, Pangan dari Hutan yang Merupakan Sumber Karbohidrat Murah 

tanaman keladi atau talas yang kaya gizi
merupakan pangan dari hutan
(gambar : idntimes.com)
Selama ini masyarakat Indonesia terbiasa makan dengan nasi. Bahkan banyak yang merasa seolah belum makan jika tanpa nasi. Padahal sumber karbohidrat yang dapat kita konsumsi bukan hanya berasal dari tanaman padi. Sagu dan jenis umbi-umbian seperti keladi ini juga merupakan sumber karbohidrat yang tidak hanya kaya akan gizi. Setidaknya harga keladi jauh lebih murah dibanding beras. Apalagi sebagian produk pertanian merupakan bahan pangan impor sehingga harganya relatif mahal.

Untuk itu menurut saya diversifikasi pangan perlu dilakukan, dimana keladi bisa dijadikan alternatif sumber karbohidrat pengganti nasi yang murah dan mudah didapatkan. Bahkan kita bisa menikmati keladi secara gratis lho karena tanaman ini termasuk pangan dari hutan.

Barangkali itulah sebabnya sagu dan umbi-umbian termasuk makanan pokok orang Papua, karena dari sononya masyarakat yang tinggal di bumi Cendrawasih sudah menjadikan hutan sebagai sumber pangan.

Akan tetapi kini makanan pokok orang Papua yang berupa sagu dan umbi-umbian perlahan mulai tergantikan ke beras yang notabene bukan makanan asli Papua. Bahkan di sebagian wilayah Papua, beras sudah menjadi makanan utama bukan hanya di perkotaan tetapi sudah masuk juga di pedalaman.

Miris ya, karena konsumsi beras terus meningkat sementara produksi petani setempat belum mencukupi. Akibatnya, ketergantungan suplai beras dari daerah lain semakin besar. Terutama di tanah kelahiran saya di Kepulauan Yapen yang memang sama sekali tidak ada sawah di sana, tapi mayoritas penduduknya malah lebih suka makan nasi daripada umbi-umbian.

Ya, mungkin orang-orang di luar sana mengira mereka yang tinggal di Papua makannya hanya sagu dan umbi-umbian saja. Tapi buktinya saya sudah tinggal lama di Papua, sejak lahir malah tapi makannya tetap nasi. Makan papeda atau keladi tumbuk pun hanya sesekali, pada acara-acara tertentu saja.

Padahal semestinya dan idealnya kalau tinggal di suatu daerah, kita yang harus ikut makanan pokok orang setempat. Dan kalau memang kondisinya di daerah tersebut tidak ada sawah, ya kenapa harus konsumsi beras. Papua punya hutan yang sangat luas, kekayaan pangan di dalamnya melimpah, kenapa bukan itu yang dimanfaatkan?

Baiklah, meningkatnya konsumsi beras di Papua sebenarnya bukanlah sesuatu yang salah. Apalagi beras memiliki kandungan kalori jauh lebih tinggi dibandingkan sagu ataupun umbi-umbian. Namun, fenomena ini akan menjadi masalah tatkala tidak disertai dengan penguatan pangan lokal. Bila hal ini sampai terjadi, ketahanan pangan tanah Papua menjadi genting. Bahkan, lingkaran kemiskinan akan terus berputar.

Ini yang dikhawatirkan, bila konsumsi beras di tingkat rumah tangga bertambah besar, sedangkan konsumsi pangan lokal cenderung menurun, akan bagaimana nasib ketahanan pangan Papua di masa mendatang?

Ayo Lestarikan Pangan dari Hutan Papua bersama WALHI


Penampakan hutan yang ada di Papua
 (gambar : cahayapapua.com)
Keladi hanyalah salah satu pangan dari hutan Papua. Aslinya pangan dari wilayah yang terletak di ujung timur Indonesia ini melimpah ruah. Bahkan boleh dibilang hutan papua adalah sumber pangan terbesar di Indonesia. Bagaimana tidak? Hampir tujuh puluh persen wilayahnya masih tertutupi oleh hutan tropis. 

Kekayaan alam yang sungguh sayang jika tidak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Apalagi sekarang ini makin banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan. Yang dengan seenaknya menganggu ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terdapat di hutan dengan melakukan pembalakan liar, penebangan pohon dan melakukan pembukaan lahan secara besar-besaran. Bahkan kebakaran hutan kerap melanda negeri ini akibatnya banyak hutan yang terpaksa tutup.

Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan yang terjadi di  Sumatera dan Kalimantan,  maka Papua kini menjadi harapan terakhir bagi hutan Indonesia yang utuh. Sebagaimana kita ketahui Papua merupakan salah satu wilayah yang memiliki hutan dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Setidaknya ada 20.000 spesies tanaman, 602 jenis burung, 125 mamalia dan 223 reptil.

Hutan di Papua juga menjadi sumber mata pencaharian bagi sebagaian masyarakat setempat. Selama ratusan tahun, hutan telah membantu masyarakat Papua dalam mendapatkan pasokan makanan, obat-obatan dan kebutuhan kebudayaan mereka. Jadi bisa dibayangkan bagaimana bila paru-paru dunia yang ada di Papua ini pun ikut terancam seperti hutan-hutan yang ada di Provinsi lainnya.

Tentu sebagai masyarakat Indonesia khususnya Papua, kita harus bergandengan tangan untuk bersama-sama menjaga kelestarian hutan. Jangan sampai kekayaan alam yang ada di hutan terengut oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab karena dampaknya akan sangat fatal.

Yah, meski tidak dimungkiri, semakin ke sini semakin berkurang masyarakat yang memanfaatkan hutan sebagai sumber pangan sehingga makanan asli Papua nyaris hilang. Namun saya optimis selama masih ada sosok seperti Charles Toto dan orang-orang yang bergabung dalam komunitas The Jungle Community yang didirikannya kuliner asli Papua akan tetap terjaga kelestariannya.

Fyi buat kamu yang belum tahu, The Jungle Chef Community adalah komunitas tukang masak di Papua yang aktif mengampanyekan pemanfaatan bahan pangan lokal dan organik dari hutan. Selain melestarikan hutan, juga memperkenalkan keanekaragaman pangan lokal Papua.

Moto lelaki Papua yang dijuluki the jungle chef ini adalah  hutan itu ibarat pasar bagi orang Papua dimana bisa mendapat bahan makanan tanpa mengeluarkan uang. Moto yang seharusnya juga bisa kita pegang ya.  Atau paling tidak kita punya kesadaran untuk turut berperan aktif dalam menjaga kelestarian hutan.

Apalagi selain the jungle chef ada pula WALHI yang sudah lama concern terhadap lingkungan hidup. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) sendiri merupakan sebuah organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar di Indonesia, dengan jumlah anggota sebanyak 487 organisasi dari unsur organisasi non pemerintah dan organisasi pencinta alam, serta 203 anggota individu yang tersebar di 28 propinsi di Indonesia. 

Sejak tahun 1980 hingga saat ini, WALHI secara aktif mendorong upaya-upaya penyelamatan dan pemulihan lingkungan hidup di Indonesia. WALHI bekerja untuk terus mendorong terwujudnya pengakuan hak atas lingkungan hidup, dilindungi serta dipenuhinya hak asasi manusia sebagai bentuk tanggung jawab Negara atas pemenuhan sumber-sumber kehidupan rakyat. 

So, ayo tunjukkan kepedulian kita dengan mendukung berbagai program dari organisasi non pemerintah yang fokus pada lingkungan hidup ini. 

Referensi :
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/manfaat-talas-bagi-kesehatan/amp/
https://www.alodokter.com/mari-ketahui-segudang-manfaat-talas-bagi-kesehatan
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/regional/read/2012/06/25/03315919/Beras.Mengalir.Sagu.dan.Ubi.Tersingkir
https://wri-indonesia.org/id/blog/3-fakta-tentang-papua-harapan-terakhir-bagi-hutan-indonesia
https://www.mongabay.co.id/2017/05/25/nikmatnya-masakan-dari-hutan-papua-ala-the-jungle-chef/amp/

57 komentar untuk "Keladi Tumbuk, Makanan Khas dari Hutan Papua"

  1. hiii saya geli sendiri pas baca bagian makan ulat sagu hidup-hidup.
    Saya baru sekali makan papeda, tahun 2011 saat ada tugas di Jayapura, pas pertama lihat bingung juga gimana cara menyendoknya, kan lengket gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe sama Mbak, saya juga geli liat orang makan ulat sagu, apalagi dimakan hidup2. Iya yang baru coba papeda pastinya bingung cara makannya ya, tapi kalau udah terbiasa mah pastinya nggak bingung lagi. Malah orag Papua biasa makan papedanya pake sumpit ada juga lho yang makan pake tangan langsung

      Hapus
  2. Saya agak parno makan keladi, kalau gak salah dulu tuh pernah gatal-gatal, kayaknya pengolahannya kurang memenuhi syarat 😂

    Btw, betapa kayanya ya hutan kita, memberi kita makanan yang berkhasiat penuh 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya Mbak soalnya keladi punya kandungan oksalat yang bisa bikin badan gatal2 jadi sebelum dikonsumsi memang harus diolah dulu dengan tepat. Yup, hutan Indonesia terutama di Papua itu kayaa banget jadi mestinya bisa kita manfaatkan yang ada di dalamnya ya Mbak termasuk turut melestarikan juga :)

      Hapus
    2. Nah bener tuh, hanya yang tahu cara pengolahannya yang bisa konsumsi dengan aman hahaha.
      Etapi beneran sih, di daerah ortu kami juga banyak kok yang konsumsi keladi, bahkan ditanam sendiri.

      Karena sejak dulu terbiasa makan, jadi aman.

      Hapus
  3. Jadi penasaran sama rasa Keladi tumbuk makanan khas Papua yang ini, soalnya saya belum pernah coba.
    Bahan pangan seperti Keladi dan Sagu harus tetap dilestarikan ya demi ketahanan pangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoo Mbak dicoba apalagi cara buatnya gampang saja kok yang penting ada bahannya hehe. Iyup harus dilestarikan.

      Hapus
  4. keladi ya, belum eprnah sih makan olahan dari keladi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapan2 boleh lah dicoba Mbak, hehe

      Hapus
  5. Banyak manfaatnya..
    Sehat buat tubuh..
    Sungguh kaya sekali hasil hutan indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Mbak, banyak manfaatnya dan yang terpenting karena keladi ini menyehatkan ya

      Hapus
  6. Keladi ini kesukaan ku juga nih
    Tingal rebus dan cocol gula atau kelapa parut wenak juga hehe

    BalasHapus
  7. Papua menyimpan banyak hal yang menakjubkan ya termasuk makanan khas yanb punya manfaat banyak untuk manusia. AKu belum pernah nyobain keladi nih

    BalasHapus
  8. Betapa kayanya alam Indonesia ya. Dari hutannya saja begitu banyak makanan yang bisa dimasak. Belum isi lautnya. Bersyukurlah kita tinggal dinegara yang kaya ini.

    BalasHapus
  9. Banyaaakk banget manfaatnya, bisa diolah jadi bahan pangan yg endolita pulaakk
    Sungguh bersyukur banget dengan hasil hutan Indonesia ya Mbaaaa

    BalasHapus
  10. Aku suka makan keladi. Dijadiin sayur bening asem atau dikukus dicocol gula kelapa

    BalasHapus
  11. As far as I can understand, the method of presentation is not much different from papeda, instead of rice. It is served a little bit differently.

    BalasHapus
  12. Saya sekarang sudah mulai terbiasa mengkonsumsi karbohidrat lain selain nasi. Jadi kalau nyobain menu keladi ini kayaknya juga gak masalah tanpa nasi. Sama-sama karbohidrat. Penasraan juga sama rasanya karena saya belum pernah melihat tanaman ini

    BalasHapus
  13. Waah waahhh, BANGGA bangeett dgn SDA hutan kita yaaa
    Banyak menu makanan yg menyehatkan dan bisa didapatkan dari hutan INDONESIA!

    BalasHapus
  14. Hutan Papua itu kalau dipikir-pikir besar dan luas ya, tapi kalau tidak dilindungi bakalan bisa habis, secara di sana kan ada tambang.

    Padahal rata-rata orang Papua begitu mencintai alam dan hutan , karena kebanyakan sumber makanan mereka dari hutan kayak keladi ini :)

    BalasHapus
  15. Keladi tumbuk mudah ya untuk dibuatnya ternyata. Yups tetaplah menjaga kelestarian hutan tetap hijau, karena dari kita untuk kita dan oleh kita

    BalasHapus
  16. Banyaknya manfaat keladi. Selama ini taunya tua-tua keladi #eh :D
    Selama ini biasanya cuma direbus doang saking nggak kreatidnya aku :D

    BalasHapus
  17. Setelah diolah jadi keladi tumbuk jadi mirip keju gitu ya Mbak penampakannya.

    Kemarin juga ada orang posting gule ulat, komennya ampuun pada. Hahhaha

    BalasHapus
  18. Sebenarnya bahan makanan karbohidrat itu banyak sekali ya, hanya saja kita terpaku pada nasi doang.

    Saat ini aku lg diet nasi putih mbak, jadi lg rajinnya cari2 alternatif biar ga bosen juga sama kentang dan jagung wkwkwk jadi baca artikel macem gini buat inspirasi juga. Karna jujur bsoen bgt mkn kentang wkwkkw

    BalasHapus
  19. Wow mantab. Kekayaan kuliner Indinesia Timur.

    Salam
    Esai Edukasi

    BalasHapus
  20. Saya baru bisa mencicipi papeda setelah tinggal di Brunei. Di sini disebut dengan ambuyat. Untuk keladinya sendiri, saya suka dikukus atau digoreng. Tapi belum pernah mencoba keladi tumbuk sebagai pengganti nasi. Dan baru tahu kalau keladi banyak sekali manfaatnya ya bagi tubuh.

    BalasHapus
  21. Mantap ini ada jungle chefnya juga

    BalasHapus
  22. Delapan tahun tinggal di Jayapura saya juga belum pernah merasakan ulat sagu mbak...geli juga kalau sudah dengar ulat. Tapi emang di Papua makanan utamanya sagu dan umbi-umbian. Hampir setiap acara di daerah selalu papeda atau umbi-umbian suguhannya. Dan baru tahu kalau keladi ternyata kaya manfaat. Tapi emang enak sih keladi untuk dimakan. Saya biasanya dikukus trus ditaburi parutan kelapa. Nikmat banget.

    BalasHapus
  23. Owalah ini sejenis talas ya. Ternyata kaya manfaat banget ya. Mencegah darah tinggi. Kayaknya belum banyak yang tahu nih. Tempatku juga ada nih kak

    BalasHapus
  24. Oalah keladi itu ternyata talas toooh, bisa juga untuk pengganti nasi ya. Manfaatnya juga banyak, ini sumber pangan dari hutan memang betul2 jangan sampai rusak ya hutannya, apalagi Papua punya hutan yang sangat kaya :)

    BalasHapus
  25. Oalah talas yes mba keladi itu hehee aku biasa dikukus aja sih belum oernah dimasak macem2 hahahaha maklum minim ilmu masaknya

    BalasHapus
  26. oalaaaah talas toh
    aku baru tau kalau namanya keladi tumbuk
    tapi yang terkenal papeda ya
    apa karena gak terlalu diboomingkan ya keladi tumbuk ini
    harusnya disajikan di masterchef aja ini

    BalasHapus
  27. Jadi penasaran sama Papeda dan Keladi tumbuk yang dihasilkan oleh hutan Indonesia.
    Tapi kenapa mereka tumbuh subur di wilayah Indonesia Timur saja yaa...?
    Kalau di hutan Jawa, adakah?

    BalasHapus
  28. Sebenaenya makanan lokal kita banyak banget ya kayak umbi umbian ini, malah lebih menyehatkan

    BalasHapus
  29. Di Jawa talas alias keladi banyak dikonsumsi juga ya, hanya saja dimanfaatkan sebagai camilan, bukan makanan pokok. Bisa nih dibikin mindset baru bagi yang sedang mengurangi nasi ataupun makanan pokok dari bahan gluten, mencoba asupan karbo dari keladi lebih aman.

    BalasHapus
  30. sepertinya aku belum pernnah ngrasain olahan dari umbian keladi ini deh mbak...

    byk manfaatnya ya tapi kra2 bbisa iolah jadi apa yang paling simple, ahha

    BalasHapus
  31. Jadi kangen jaman nenek masih ada dulu.. Beliau sering banget bikin papeda, bubur sagu juga keladi tumbuk gini.

    BalasHapus
  32. Memang ya, hutan ini sumber pangan yang banyak banget. Sangat rugi sekali jika hutan kita semakin sedikit. Sumber pangan kita semakin berkurang.

    BalasHapus
  33. Keladi ini belom pernah aku nyobain, yang jelas banyak manfaatnya begitu ya, salah satu sumber pangan dari hutan yang luar biasa berguna banget .

    BalasHapus
  34. Eh aku baru tahu keladi itu adalah talas. Dulu soalnya kan mamaku suka masak daun keladi, nah itu kata mamaku dari enceng gondok. Hahaha, salah paham berarti aku dulu ya. Kalau talas, enak buat lauk. Kebetulan di warteg dekat sini ada juga sih menu dari talas yang dicampur sayur, cuma aku kurang paham namanya. Kalau beli suka bilangnya, mau nasi sayur talas.

    BalasHapus
  35. Baru ngeh setelah baca, ternyata keladi sama dengan talas? Tadinya kepikir, belum pernah makan keladi. Tapi kalau talas, dulu Eyangku sering bikin sayur lodeh gitu. Enak banget…
    Bikin sendiri sih, aku engga bisa...Hehe

    BalasHapus
  36. Wah aku baru tau kalau umbud keladi jadi makanan khas di Papua. Btwe di Pontianak buah keladi juga dijadikan oleh-oleh snack khas dari Khatulistiwa loh, namanya Stik Keladi. Buat temen ngopi enak juga.

    BalasHapus
  37. Saya dulu sering makan papeda, Mbak. Jadi kalau di Makassar disebut Kapurung. Nah, Soal ulat sagu itu, saya sering lihat saat acara jalan-jalan ke Papua. jadi ulatnya memang dari pohon-pohon sagu, dan katanya enak kayak udang, apalagi banyak gizinya.
    Kalau keladi tumbuk saya belum pernah coba. Makanya penasaran rasanya seperti apa hehehe.

    BalasHapus
  38. Baru pernah nyobain keripik keladi. Dan ternyata banyak cara memanfaatkannya ya. Hutan kita kaya bener buat sumber pangan. Gak takut kelaparan. Heheh

    BalasHapus
  39. Baca ini jadi inget sama tetangga dulu di kampung halaman. Dia sering ngasih camilan berbahan dasar keladi. Kalau keladi tumbuk Papua ini khasiatnya lebih banyak ya.. huu.. udah enak tambah sehat lagi. Mantul

    BalasHapus
  40. Saya belum pernah makan keladi yang dimasak sayur, tapi kalau dibuat kue pernah, enak banget rasanya empuk kayak makan ubi. Kayaknya ini lebih lezat ya kalau dimakan langsung dengan sayuran

    BalasHapus
  41. kalo soal Papua, aku auto nyambernya ke papahku nih. Karena papahku udah merasa Papua itu bagian dari kehidupannya juga, dan aku baru tau kalo keladi bisa dijadikan bahan pembuatan papeda. pasalnya aku suka banget sama papeda mba hihi

    BalasHapus
  42. Aku tuh penasaran ingin mencoba papeda dan ulat sagu hahahaha kalau tumis bunga pepaya mah enak banget pakai nasi hangat. Keladi tumbuk itu sama dengan talas kukus ya mbak rasanya?

    BalasHapus
  43. Saya suka banget keladi. Tapi memang saya suka semua makanan yang kesan ndeso dan ngrimbanya masih kental. Buat saya, mereka adalah makanan yang sangat lezat dan sehat. Apalagi setelah makan biasanya banyak terkenang dan mata berbinar. Makin sehat jiwa dan raga

    BalasHapus
  44. Pernah lihat dan pegang keladi tumbuk ini, pas blusukan ke pasar waktu di Jayapura. Niatnya mau beli ikan asap buat oleh-oleh, terus lihat banyak pedagang yang jual keladi tumbuk ini. Tadinya saya kira tahu, tapi terus di kasih tahu orang sana bahwa itu bukan tahu

    BalasHapus
  45. Wow mantab. Kekayaan kuliner Indonesia TImur memang tiada duanya karena enak dan sedap

    BalasHapus
  46. Aku cuma sering kiat keladi di pasar tapi seumur-umur gak pernah makan keladi apalagi keladi tumbuk. Baca komen ada yang sempet gatal-gatal aku jadi takut mau cobain. Hehehe

    Nah kan,alam nusantara ini emang kaya bgt! Semua adaaa..

    BalasHapus
  47. ini salah satu makanan khas papua yang pengen aku coba, soalnya temen yang tinggal disana pernah bilang kalau makanan ini enak asli

    BalasHapus
  48. kykny enaaak? aku mauu cbaa aku mau cbaaaa

    BalasHapus
  49. tau keladi cuman dari peribahasa tau tua keladi makin tua makin jadi


    astagaaa dasar aku


    baca tulisan mbak siska ini bikin aku sadaf manfaat keladi yg ternyata byk ya mbakkk

    BalasHapus
  50. Oh jadi keladi itu talas ya. Aku kira semacam gandum, hahaha. Jauh banget.
    Ternyata keladi alias talas ini banyak manfaatnya juga buat kesehatan. Baru tau kalau di Papua ada makanan unik dari keladi tumbuk

    BalasHapus
  51. Wah ternyata jadi mirip dengan kentang tumbuk ya, ternyata menu dengan bahan dari umbi2an bisa diolah dengan cara ditumbuk

    BalasHapus