Perjalanan Dua Tahun Menyusui Zhaf


Tanggal 4 Agustus kemarin usia Zhaf genap dua tahun. Itu artinya sudah dua tahun pula perjalanan saya menyusui Zhaf. Perjalanan yang sungguh tidak mudah untuk dilewati, makanya saya terharu banget bisa sampai di tahap ini.

Zhaf bisa lolos ASI eksklusif saja saya sudah sangat bersyukur, apalagi bisa melanjutkan memberikan dia ASI hingga usia 24 bulan. Yah meski di pertengahan jalan proses menyusui Zhaf sempat mengalami hambatan hingga akhirnya saya terpaksa merelakan dia minum susu selain susu bundanya.

Bagi saya itu adalah masa yang berat, berat bagi Zhaf, berat juga bagi saya. Saya hamil adiknya saat usia Zhaf bahkan belum menginjak 1 tahun namun tak disangka efek dari kehamilan itu justru membuat ASI saya seret. 

Akibatnya Zhaf jadi tidak doyan nenen. Tiap malam dia selalu terbangun dan menangis meraung-raung karena haus. Sedihnya saya tidak mampu menenangkannya dengan ASI. 

Saat itu, ketimbang nenen dia lebih memilih bangun dan mengambil botol minuman berisi air putih yang memang sengaja saya sediakan di dekat tempat tidur.

Kendati begitu, saya masih keras kepala untuk tetap menyusui dalam kondisi tengah berbadan dua. Saya tidak peduli dengan mitos ibu hamil tidak boleh menyusu karena konon ASI yang diminum kakaknya akan jadi darah atau nanah, saya juga tidak peduli dengan saran orang-orang terdekat yang menganjurkan saya untuk segera menyapih Zhaf.

Saya tahu maksud mereka baik, agar nantinya saya nggak terlalu kewalahan saat adiknya lahir. Masalahnya saya yang tidak ingin menyapih dini Zhaf. Atau mungkin lebih tepatnya saya sendiri yang belum siap untuk menyapih anak pertama saya.

Lagipupa siapa bilang ibu hamil tidak boleh menyusui? Jika si kakak masih ingin nenen kenapa saya harus menyapihnya? Toh saya tidak punya riwayat kehamilan berisiko seperti keguguran, melahirkan prematur atau kontraksi dini sehingga kondisi saya memang masih memungkinkan untuk melakukan Nursing While Pregnant (NWP).

Akan tetapi ASI saya tidak lagi memuaskan dahaganya setiap terbangun tengah malam. Akibatnya dengan berat hati saya akhirnya membiarkan Zhaf terpapar sufor saat usianya baru 11 bulan. 

Pertama kali melihat Zhaf minum susu bukan di payudara bundanya itu rasanya bikin hati saya remuk. Saya merasa sudah gagal memenuhi haknya untuk mendapatkan full ASI hingga usia 2 tahun.

Padahal tadinya, setelah Zhaf lepas ASI Eksklusif saya sempat ke-PD-an dan yakin sekali bisa lancar menyusui hingga 18 bulan ke depan. 
Namun baru juga dua bulan lulus ASIX, drama Zhaf nangis kencang setiap malam mulai terjadi. 

Mulanya saya nggak tahu, kenapa tingkahnya sampai berubah seperti itu karena sebelumnya paling dia hanya terbangun untuk nenen lalu setelahnya pulas kembali. Tidak pake acara nangis segala

Setelah saya selidiki ternyata penyebabnya karena produksi ASI saya yang berkurang semenjak hamil, sehingga meski sudah menyusu, Zhaf tetap tidak puas. Hal itulah yang barangkali menyebabkan dia sering bangun dan menangis tiap malam.

Bersambung



Posting Komentar untuk "Perjalanan Dua Tahun Menyusui Zhaf"