No Resolusi Tahun Baru, Why?


Mulai tahun ini saya memutuskan untuk tidak ikut-ikutan membuat resolusi tahun baru. 

Kalau kamu pernah baca postingan saya yang berjudul Mengawali tahun 2020, Perlukah Membuat Resolusi? Jawaban yang kamu temukan di sana adalah alasannya.

Saya tahu alasan saya ini cukup kontrovesial, hehe. Lagipula apa salahnya membuat resolusi? Bukankah menulis target-target kebaikan di awal atau menjelang tahun baru adalah  sesuatu yang baik?

Of course, saya tidak mempermasalahkan resolusi. Membuat perencanaan-perencanaan untuk hari esok yang lebih baik memang penting, namun tidak mesti di momen tahun baru, kan?

Ya, momennya yang menjadi satu-satunya alasan saya tidak lagi menyusun resolusi untuk tahun baru. 

Bukan berarti saya tidak membuat resolusi sama sekali. Saya juga punya target-target tertentu yang ingin saya capai setiap tahunnya.

Namun, kalau pun saya membuat resolusi, akan saya posting setelah euforia tahun baru berlalu.

Resolusi tahun baru bukan tradisi muslim

Mengenai hal ini sepertinya saya perlu kembali mengutip penjelasan terkait resolusi yang saya dapatkan dari sumber terpercaya. 

Menurut Wikipedia, Resolusi Tahun Baru adalah tradisi sekuler yang umumnya berlaku di Dunia Barat, tetapi juga bisa ditemukan di seluruh dunia. 

Menurut tradisi ini, seseorang akan berjanji untuk melakukan tindakan perbaikan diri yang akan dimulai pada Hari Tahun Baru.

Selanjutnya mari kita lihat, bagaimana kegiatan membuat janji atau komitmen setiap awal tahun (baca : resolusi) bisa berkembang menjadi sebuah tradisi?

  • Penduduk Babilonia kuno berjanji kepada para dewa yang mereka sembah setiap awal tahun bahwa mereka akan mengembalikan semua benda-benda yang telah mereka pinjam dan membayar utang mereka.
  • Bangsa Romawi memulai awal tahun dengan berjanji kepada dewa Janus, yang namanya diabadikan menjadi nama bulan Januari.
  • Saat Tahun Baru Yudaisme yang dikenal dengan Rosh Hashanah, umat Yahudi merenungkan kesalahan yang telah mereka lakukan sepanjang tahun dan meminta pengampunan.
  • Umat Katolik pun melakukan hal serupa pada masa puasa Pra-Paskah. Justru tradisi resolusi Tahun Baru ini sendiri sebenarnya berawal dari praktik puasa pra-Paskah yang dilakukan oleh umat Katolik..
See! Ternyata inilah sejarah dibalik tradisi yang mungkin sudah sering kita lakukan setiap menjelang pergantian tahun. Menyambut tahun baru dengan membuat resolusi.

Jangan ikut-ikutan membuat resolusi tahun baru

Lewat postingan ini saya sebenarnya ingin mengajak kalian saudara-saudaraku yang muslim untuk tidak ikut-ikutan membuat resolusi tahun baru. 

Kamu bisa membuat resolusi yang baru kapan saja, tapi jangan di momen yang bersamaan dengan tradisi luar. 

Ingat sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wassalam

Dari Ibnu 'Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031)"

Kamu mungkin sudah familiar dengan hadis tersebut, bahkan paham benar maknanya. Jika kamu ikut-ikutan tradisi atau budaya luar, kamu akan termasuk bagian dari mereka.

Ini alasan yang sama dengan alasan mengapa sebagai seorang muslim kita dilarang untuk ikut-ikutan merayakan malam pergantian tahun, hari valentine, hari ulang tahun dan hari-hari yang tidak ada dalam ajaran agama kita.

Tapi kan yang penting niatnya? Lagian kita nggak ada maksud kok mau ikut-ikutan budaya luar.

Jujurly, saya sempat penasaran. Berpuasa termasuk amalan yang baik namun mengapa Rasul melarang kita berpuasa di hari Jumat saja atau di hari Sabtu saja tanpa diikuti satu hari sebelum atau sesudahnya. 

Jawaban yang saya temukan ya ternyata ada kaitannya dengan masalah tasyabbuh (ikut-ikutan) ini.

Sebagai contoh, hari Sabtu adalah hari suci bagi kaun Yahudi dimana mereka melaksanakan ibadah puasa yang dikhususkan pada hari tersebut. Agar tidak menyerupai kaum Yahudi, Rasul melarang kita mengkhususkan berpuasa di hari Sabtu saja.

Namun tentu saja saya tidak akan memaksa apalagi sampai menyalahkan kalian yang masih-masih ikutan tradisi menjelang tahun baru. Tugas saya di sini hanya menyampaikan apa yang saya ketahui dan pahami. Selebihnya ya kembali ke pribadi masing-masing.

Jadi seperti itulah alasannya mengapa saya memutuskan untuk no resolusi tahun baru. But membuat resolusi untuk 2021 tetap yes dong. Paham kan maksudnya? See you😊

Artikel ini diikutsertakan minggu tema komunitas Indonesian Content Creator 


Salam, 

19 komentar untuk "No Resolusi Tahun Baru, Why?"

Comment Author Avatar
jujurly, aku juga nggak pernah sih terlalu mikirin apa resolusi ditahun tahun berikutnya. artinya, ya let it flow aja. yang penting kita berusaha, supaya keinginan kita di tahun-tahun itu bisa selalu tercapai.

makasih banyak untuk ilmunya mbak Sis :')
Comment Author Avatar
Wah. Pelajaran baru lagi nih buat akum ternyata tradisi barat ya. Akupun tiap tahun gak pernah secara spesifik membuat resolusi. Tapi memang ada planning planning yang ingin aku capai.
Oya salam kenal ya mba siska. Kalau berkenan followback biar makin akrab kita.
Comment Author Avatar
Saya baru tahu kalau resolusi ini dari Barat dan udah lama. Yang namanya impian emang bisa dibuat kapan aja ya
Comment Author Avatar
Makasih buat insightnya tentang Tasyabbuh ini mbak Siska. Yang pasti menjadikan hari esok lebih baik dari hari kemarin, tidak perlu di awal tahun ya seperti kebiasaan bangsa yang disebutkan di dalam artikel. Namun bisa dimulai dari hari ini, berusaha agar hari esok lebih baik dari hari kemarin.
Comment Author Avatar
Iya Mbak terima kasih remindernya XD. Jadi bisa disimpulkan, segala hal untuk tahun baru jangan, tapi untuk tahun 2021 (sepanjang tahun) boleh kan ya hehe. Sebenarnya baru dengar juga soal resolusi tahun baru ini. Selama ini cuma tahunya perayaan tahun baru. Ternyata ada istiadat resolusi tahun baru ya ...
Comment Author Avatar
Wah ternyata banyak juga sejarah tradisi menjelang pergantian tahun yang dilakukan. Makasih kak Siska, dapet insight baru nih.
Comment Author Avatar
Kalau aku tahun baru islam pun juga bikin resolusi mom, resolusinya ada dalam doa akhir dan awal tahun...
Comment Author Avatar
halo kak siska,
saya setuju soal gak ikut-ikutan bikin resolusi karena emang bukan budaya kita sebagai umat muslim. makanya tahun lalu saya bikin resolusi bulan februari, hehehe. tapi karena jam kerja dan sistem tanggal kita based on masehi, jadi kalau mau bikin evaluasi dan ceklist target pencapaian ya mau gak mau ngikutin itu. kalau saya sih mikirnya gitu. karena administrasi aja.
semoga tahun depan kakak sehat selalu dan sukses ya.
Comment Author Avatar
Iya mbak aku pun membuat resolusi bukan tahun baru saja. Tapi lebih ke pencapaian dan target per bulan dan berjangka saja bukan khususkan tahun depan hihi
Comment Author Avatar
Intinya semua tergantung pada keyakinan ya mbak. Mau beresolusi atau tidak, karena baliknya adalah proses kita menjadi pribadi yang lebik baik daripada sebelumnya. Daripada cuma sekadar dituliskan, lebih baik diusahakan dengan maksimal.
Comment Author Avatar
hmmm, begitu yaa mbak. tapi tetap ya membuat harapan dan rencana agar esok lebih baik dari hari ini perlu kita lakukan, karena Allah sendiri tidak suka orang yang yang menyia-nyiakan waktu atau menjadi orang yang merugi, bakal celaka. begitu kira2 yang dikutip dari surat al ashr
Comment Author Avatar
Makasih mba Siska sudah diingatkan, semangat kita dan sehat selalu sekeluarga ya.
Semoga kita bisa melewati segalanya, dan lancar menjalaniny aaamiin
Comment Author Avatar
Yups sepakat banget mbak. Jangan sampai kita ikut2an tradisi yg bukan tradisi kita sebagai Muslim tentunya. Thn br itu identik dengan perayaan non Muslim. Jd klaupun mau buat resolusi pilih timing yg bukan di saat tahun baru ya. Jd lbh ke resolusi 2021
Comment Author Avatar
Setuju Mba, membuat resolusi bisa kapan aja, ga harus nunggu tahun baru, krna membuat perencanaan pun sebenarnya dianjurkan dalam islam
Comment Author Avatar
Sebenernya masalah menyerupainya setuju juga kak siska.
Bukan mengkerdilkan persoalan atau maunya mengelabui Allaah. Tapi amalan itu kan tergantung niatnya yaa. Sedangkan niat dalam hati manusia, hanya dirinya sendiri dan Allah yg tahu.
Adapun niat orang2 untuk membuat resolusi di bulan Desember, mungkinkah kita berbaik sangka pada mereka bahwa niatan mereka sebagai bentuk evaluasi diri menjadi lebih baik. Sebagaimana amalan2 kita yng diangkat ke langit ada yang harian, pekanan, bahkan tahunan. Lalu di saat2 seperti itu, kalau kita bermuhasabah, evaluasi dan memikirkan resolusi apakaah juga tidak baik ya.
Wallahu a'lam. Hanya Allah yg tahu niat hambaNya ya mbaaa.
Comment Author Avatar
Aku baca judulnya terus kebawah jadi agak deg-fdegan. aduh tulisannya kok gini, kontra banget denganku. Terus turun lagi, eh ternyata cuma salah paham. hehehehe
Comment Author Avatar
Ulasan yang informatif dan bermanfaat. Tapi mungkin sebagian dari mereka yang melakukan tradisi-tradisi kurang jelas itu karena ikut-ikutan, efek dari ketidakmengertian. Semoga setelah membaca artikel ini banyak masyarakat yang meninggalkannya. Terima kasih Mbak Siska.
Comment Author Avatar
Kalau menurut aku sih mba tergantung perspektif masing2, mngkin dlm kacamata sejarah ad jejak bahwa resolusi mnjd bagian dari ritualisme kelompok, tp di jaman skrg di maknai Berbeda pun dgn konteks yg berbeda.
Comment Author Avatar
Wah cukup berbeda ya dari postingan yang sering aku baca, resolusi-resolusi tahun baru dll. Terimakasih loh mbak saya benar-benar baru tahu tentang ini. Tapi aku sudah terlanjur buat huaaa:(

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.