Kenali Burnout pada Ibu dan Cara Mengatasinya

Yuk kenali burnout pada ibu dan cara mengatasinya agar tidak mengganggu kesehatan mental penderitanya dan berujung pada depresi.

Kenali burnout pada ibu dan cara mengatasinya

Siapa saja bisa mengalami stres berat akibat pekerjaan. Bukan hanya mereka yang bekerja di kantor lho, ibu rumah tangga pun rentan mengalaminya. 

Burnout demikian istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami kondisi stres berat karena urusan pekerjaan. 

Jadi yang dimaksud dengan burnout di sini bukan stres biasa ya. Menurut penjelasan Putu Andani, psikolog dari TigaGenerasi ketika mengisi acara BaBe Virtual Media Briefing dengan tema Peran Ibu di Masa Pandemi dan Tantangan Ibu di tahun 2021 yang saya kutip dari laman popmama.com, perbedaan burnout dan stres biasa serta depresi itu seperti ini. 
 “Stres itu ada di level 1, burnout itu level 2, lalu depresi dan axiety disorder dan sebagainya itu level 3. Jadi burnout itu di tengah-tengah antara stres dan depresi"
Artinya kalau diatasi dengan baik burnout bisa turun ke stres dan kembali ke kondisi normal. Sebaliknya kalau dibiarkan justru akan membawa masalah kesehatan mental yang serius. Oleh sebab itu burnout nggak bisa dianggap remeh

Ketika ibu mengalami burnout

Sampai hari ini perempuan yang kesehariannya beraktivitas sebagai ibu rumah tangga masih saja dipandang sebelah mata oleh sebagian besar orang.

Ibu rumah tangga hanya dipandang sebagai sebuah gelar atau status yang melekat pada perempuan yang telah menikah dan memiliki anak. 

Mereka tidak memandang ibu rumah tangga sebagai sebuah profesi atau pekerjaan hanya karena tidak memiliki penghasilan seperti wanita karir yang bekerja di kantoran. Padahal sejatinya ibu rumah tangga adalah profesi yang mulia. 

Meski tidak menerima gaji namun apa yang seorang ibu lakukan dari bangun tidur hingga menjelang tidur termasuk pekerjaan yang tidak bisa dianggap remeh.

Mulai dari mengurus suami, mengurus anak-anak, memasak, mencuci piring, mencuci dan melipat pakaian, menyapu, mengepel, menyusui, menyiapkan MPASI dan lain sebagainya. Jangan kira semua itu bukan pekerjaan. 

Karyawan kantoran tentu hanya fokus di bidang atau jobdesk yang dia terima. Selain itu lamanya waktu mereka bekerja hanya sekitar 8 jam dan punya jatah libur. 

Bagaimana dengan ibu rumah tangga? Kami bekerja nyaris 24 jam dengan pekerjaan yang tidak ada habis-habisnya. Meski tinggal di rumah bukan berarti kami libur. Bahkan di kamus kami nggak ada kata libur. 

Kalau boleh jujur, mengurus rumah, suami dan anak-anak itu bukan pekerjaan yang mudah. Belum lagi menghadapi bayi kolik atau anak yang tantrum. Ditambah pula dengan perubahan hormonal yang kerap terjadi baik ketika datang bulan atau setelah melahirkan. Itu sebabnya seorang ibu rentan mengalami depresi. 

Setiap hari kami harus bergulat di dapur, sumur dan kasur. Melelahkan dan kadang-kadang kami juga jenuh. Manusiawi, kan? Namun karena cinta segudang pekerjaan domestik itu terasa ringan dijalani. 

Bukan berarti kami kuat mengerjakannya tanpa jeda. Kami juga bisa stres karena pekerjaan rumah tangga yang seolah tidak ada ujungnya. 

Nah, burnout ini muncul ketika seorang ibu mengalami stres yang bekerpanjangan. Jika dibiarkan atau tidak segera ditangani burnout akan berubah menjadi depresi. 

Kalau kamu selama ini merasa stres dengan pekerjaan yang kamu lakoni coba deh periksa, apakah stres yang kamu alami sekadar stres biasa atau sudah sampai pada tahap stres berat. 

Secara umum ciri-ciri burnout adalah sebagai berikut :

Hilang semangat dalam bekerja

Burnout yang diderita seorang ibu akan membuatnya kehilangan semangat. Ia tetap menjalankan kewajibannya di rumah namun tidak lagi sepenuh hati. 

Bekerja dalam keadaan tidak semangat tentu akan menguras banyak tenaga sehinggu ia akan mudah mengalami kelelahan. 

Membenci pekerjaan yang ia geluti 

Ketika seseorang sudah kehilangan semangatnya dalam bekerja maka dia hanya akan merasa terbebani. Apalagi dalam kondisi stres dan frutasi. Pada akhirnya pekerjaan yang ia geluti sama sekali tidak mendatangkan kebahagiaan.

Sebaliknya ia justru membenci pekerjaannya itu. Jika hal tersebut terjadi pada seorang ibu maka bisa dipastikan burnout ini dapat memicu keretakan hubungan dalam keluarganya. Baik hubungannya dengan suami maupun dengan anak-anaknya. 

Menarik diri dari lingkungan sosial

Bukan hanya merenggangkan hubungan dalam keluarga, burnout juga dapat membuat seorang ibu enggan bersosialisasi atau malah ia yang dijauhi oleh orang-orang di lingkungannya.

Mudah marah 

Orang yang mengalami burnout akan menjadi lebih sensitif sehingga ia cenderung akan mudah marah. Terlebih jika semua yang ia kerjakan tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi.

Jika kondisi tersebut terjadi pada seorang ibu, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Anaknya akan menjadi pelampiasan kemarahannya. Ia akan mudah meledak dan tidak mentolerir kesalahan anaknya yang masih kecil dan belum mengerti apa-apa.

Mudah sakit 

Jangankan stres berat, stres ringan saja bisa membuat seseorang mudah jatuh sakit. Kondisi stres dan frustasi memang dapat membuat daya imun menurun. Akibatnya ibu yang mengami burnout rentan sakit mulai dari flu dan pilek, sakit kepala, sakit perut dan lain sebagainya. 

Selain 5 gejala di atas berikut ini beberapa ciri-ciri burnout lainnya : 
  • Merasa sedih, putus asa, dan tidak berdaya 
  • Perubahan nafsu makan dan berat badan 
  • Mengalami masalah tidur 
  • Mengalami gangguan kecemasan
  • Lelah fisik dan mental
  • Bergantung pada obat-obatan seperti obat tidur atau obat sakit kepala
  • Timbul perasaan ingin menyakiti diri sendiri 
  • Merasa marah pada orang lain, baik itu anaknya sendiri atau pasangan. 
So far, kalau kamu merasa stres berat dan disertai dengan gejala-gejala seperti di atas maka kemungkinan besar kamu diserang burnout

Lalu bagaimana cara mengatasinya? 

Cara mengatasi Burnout 

Jangan biarkan burnout merusak hubunganmu dengan suami dan anak-anak, apalagi sampai membuatmu depresi. 

Oleh sebab itu ketika menyadari kamu dalam keadaan stres berkepanjangan akibat pekerjaan, segeralah cari jalan keluar. 

Burnout harus cepat diatasi agar tidak menimbulkan dampak yang lebih parah. Berikut ini beberapa cara mengatasi burnout

Keluhkan masalahmu pada Tuhan

Umumnya orang stres karena memiliki banyak masalah. Nah, kalau masalahnya berhubungan dengan pekerjaan dan sudah berlarut-larut inilah yang disebut burnout.

Ada banyak hal yang melatarbelakangi sehingga seorang ibu mengalami stres berat. Bisa saja karena ia terlalu memforsir tenaganya hingga lupa memberi ruang untuk dirinya sendiri.

Atau bisa jadi karena ia menanggung pekerjaan berat di rumah sendirian tanpa pernah mengeluh  pada siapapun.

Kalau kamu mulai merasa lelah dan jenuh dengan pekerjaanmu, katakan yang sebenarnya. Jangan menyimpannya sendiri.

Kamu boleh mengeluh, namun berkeluh kesahlah di tempat yang tepat. Adukan masalah padamu Tuhan, sebab Dialah tempat terbaik untuk berkeluh kesah.

Cari orang yang bersedia mendengarkanmu

Curhat pada Allah saja sebenarnya sudah cukup, namun kalau kamu masih butuh dukungan dari orang terdekat carilah orang yang dengan tulus mau mendengarkanmu.

Dengan mendengarkan masalahmu diharap orang tersebut dapat memahami kondisimu dan bersedia membantu meringankan beban yang kamu tanggung. Tentu, dukungan terbaik seharusnya datang dari keluarga terutama suami.

Namun jika tidak menemukan orang yang bersedia mendengar dan mendukungmu kamu boleh mencari dukungan dari luar, misal bergabung dengan komunitas yang dapat memberikan semangat dan memotivasi kamu.

Atau kamu bisa juga menuangkan pikiran dan perasaanmu lewat tulisan dan memublikasikannya di blog atau sekadar menyimpannya di buku catatan. 

Ya, menulis saat stres atau frustasi cukup penting. Pasalnya aktivitas menulis termasuk self healing yang juga dapat menarikmu keluar dari lingkaran burnout.

Jauhi lingkungan toxic 

Tidak ada gunanya berada di lingkungan yang toxic. Alih-alih membantu, orang yang suka mengkritikmu dan berkomentar buruk hanya membuat kondisi mentalmu semakin parah.

Selama mengidap burnout kamu mungkin sudah menjauhi dan menarik diri dari lingkungan di sekitarmu dan lebih memilih terhubung dengan orang-orang di media sosial.

Nah, ini yang patut kamu waspadai. Justru dunia maya itu penuh dengan lingkungan toxic jadi kamu harus berhati-hati. Demi kesehatan mentalmu, jauhilah orang-orang 

Luangkan waktu untuk memanjakan dirimu sendiri

Kebanyakan ibu mengalami burnout karena terlalu fokus mengurus anak-anak dan keluarga hingga melupakan dirinya sendiri. 

Padahal agar tetap waras, ibu juga butuh yang namanya me time. Jangan hanya berkutat dengan urusan domestik, sesekali luangkanlah waktu untuk memanjakan dirimu sendiri dengan melakukan hal yang kamu sukai. 

Turunkan ekspektasi

Salah satu penyebab burnout adalah memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap pekerjaannya. Padahal kamu tidak harus menjadi ibu yang sempurna. Tidak mengapa pula kalau kamu nggak bisa jadi ibu yang idealis. 

Kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri ketika apa yang kamu lakukan tidak sesuai dengan harapan. Bahkan akan lebih baik kalau kamu  menurunkan ekskpetasi, tidak usah menuntut semua harus berjalan sempurna sesuai keinginan kamu.

Istirahat yang cukup 

Tidur dan istirahat yang cukup bisa jadi obat paling manjur untuk mengatasi burnout. Fisik yang lelah karena kurang tidur bisa menyebabkan ketidakstabilan emosi yang akhirnya berujung burnout.

Jadi sesibuk apapun aktivitasmu sebagai ibu rumah tangga, sempatkanlah untuk beristirahat agar tubuh dan pikiranmu bisa lebih segar. 

Cari bantuan profesional 

Penting sekali bagi seorang ibu untuk mengenali dan menyadari tanda-tanda burnout pada dirinya. 

Setelah sadar mengalami burnout dan sudah melakukan cara-cara di atas namun stres yang dialami tak kunjung hilang maka tidak ada salahnya untuk berkonsultasi langsung dengan tenaga profesional seperti dokter atau psikolog.

Penutup

Demikian tanda-tanda burnout pada ibu dan cara mengatasinya. Menjadi ibu memang bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi dengan kondisi perempuan yang rentan mengalami gangguan psikis.

Burnout tidak bisa dianggap masalah yang sepele karena jika dibiarkan akan membuat penderitanya berujung pada depresi. Tidak hanya itu, stres berat yang dialami seorang ibu juga akan berefek pada hubungannya dengan orang-orang terdekat maupun lingkungan di sekitarnya.

Oleh sebab itu ketika menyadari kamu terserang burnout, segeralah mengatasinya dengan langkah yang tepat. Dimulai dari mengadukan masalahmu pada Tuhan, cari orang yang dapat mendukungmu dan kalau perlu datangilah tenaga profesional yang dapat membantumu keluar dari kondisi stres berat.

Salam, 

Posting Komentar untuk "Kenali Burnout pada Ibu dan Cara Mengatasinya"