Creative Art Series 2 Faber-Castell Dukung Kreativitas Anak di Rumah

Creative art series 2 Faber Castell Dukung Kreativitas Anak

Menghabiskan waktu lebih banyak di rumah saja selama pandemi memang menjenuhkan. Apalagi kondisi pelik ini sudah berlangsung lebih dari setahun. 


Orang tua banyak yang mengeluh dan mengaku stres? Lalu bagaimana dengan anak-anak? Apakah mereka tidak mengalami hal yang sama? Apakah benar efek pandemi hanya dirasakan oleh orang tua?


Sebagian besar dari kita mungkin menganggap anak-anak tidak merasakan dampak dari pandemi. Terlebih anak di usia toodler yang belum mampu mengutarakan perasaannya dengan jelas. 


Mungkin dari luar kita lihat mereka baik-baik saja. Namun siapa sangka anak-anak juga bisa stres lho menghadapi pandemi. Ini yang perlu dipahami orang tua.


Kalau orang tua saja sampai frustasi menjalani masa pandemi, apalagi anak-anak?



Penyebab anak mengalami stres saat Pandemi

Children is a hidden victim of COVID-19 Pandemic.

Fakta yang sungguh menyedihkan disampaikan oleh Ibu Yohana Theresia, M.PSi. Psikolog dalam acara Webinar Parenting "Soft Skill Apa yang Diperlukan di Abad Digital"? yang saya hadiri via Zoom pada 25 September lalu.

Bahwa anak-anak adalah korban tersembunyi dari pademi COVID-19. Akibat pandemi ruang gerak menjadi terbatas, kesehatan keluarga menjadi terancam, perekonomian keluarga melemah hingga ujung-ujungnya berdampak pula pada keharmonisan keluarga. 

Ketika orang tua stres, apa yang terjadi? Bawaannya jengkel dan marah-marah lalu efeknya jelas dapat menimbulkan perselisihan antara ayah dan ibu. 

Kalau sudah begitu, siapa yang menjadi korban? Siapa yang kena efeknya?

Iya, anak-anak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soetikno, Agustina, Verauli dan Tirta yang juga merupakan psikolog anak pada 2020 menemukan bahwa : terdapat masalah perilaku dan emosi yang muncul akibat paparan stres di masa pandemi COVID-19.

Masalah yang muncul tersebut antara lain 
withdrawal, somatik, anxiety, depresi, problem sosial, problem berpikir dan atensi serta agresi.

Nah, ternyata ada banyak ya masalah psikis yang menyerang anak-anak saat pandemi. Namun tentu, pemicu stres yang dialami anak bukan semata-mata menular dari stres yang dialami orang tua saja.

Setidaknya ada 5 hal yang menjadi penyebab si kecil mengalami perubahan perilaku dan emosi akibat stres saat pandemi yang dijelaskan oleh Ibu Yohana pada sesi webinar ini.

Anak stres akibat pandemi

Ruang gerak terbatas

Saat pandemi melanda, segala aktivitas di luar rumah di batasi. Kita juga pastimya  parno membiarkan anak bermain di luar sekalipun hanya di teras rumah karena virus yang mengancam.

Padahal namanya anak-anak biasanya lebih suka bermain di luar bersama dengan teman-temannya. Namun dengan adanya COVID-19, ruang gerak anak menjadi terbatas dan kondisi ini jelas membuatnya mudah mengalami frustasi.

Sulit mendapatkan pendidikan berkualitas

Stres yang dialami anak-anak juga tidak terlepas dari akses pendidikan yang diterima selama pandemi. Poin ini khusus untuk anak-anak yang sudah sekolah ya.

Bukan hanya orang tua, anak-anak pun banyak yang mengaku stres dengan pembelajaran jarak jauh dimana setiap hari dihujani dengan tugas-tugas.

Sementara materi yang disampaikan guru secara daring belum sepenuhnya dipahami oleh anak.

Orang tua sibuk dengan masalah masing-masing

Meski pandemi membatasi ruang gerak namun tidak membatasi aktivitas pekerjaan karena bisa dilakukan secara daring.

Namun masalahnya, selama pandemi orang tua memang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah tapi sibuk dengan pekerjaan masing-masing. 

Ayah sibuk WFH, si ibu pun demikian, sibuk dengan urusan domestik sehingga tidak bisa fokus menemani anak PJJ. Alhasil anak kurang mendapat perhatian dan ini juga menjadi pemicu stres.

Kondisi psikologis anak tidak stabil

Tidak dimungkiri pandemi yang mengubah kehidupan normal manusia mempengaruhi psikologis dan ini tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa.

Anak-anak pun tidak sedikit yang kondisi psikologisnya terganggu atau tidak stabil lantaran adanya perubahan yang dibawa oleh COVID-19.

Itu sebabnya orang tua juga harus memperhatikan kondisi psikologis anak.  Setidaknya ciptakanlah suasana rumah yang mampu membuat anak-anak happy sehingga mereka bisa terhindar dari stres dan frustasi. Ini  penting karena berkaitan dengan soft skill anak di masa mendatang. 

Sayangnya kebanyakan orang tua malah menjadikan gadget sebagai pilihan terbaik karena dianggap sebagai win-win solution. Benarkah demikian?

Apakah solusi tepat untuk mengatasi stres yang dialami anak-anak saat pandemi adalah gadget?

Benarkah gadget dapat menjadi win-win solution mengatasi stres anak?

Oh jelas TIDAK.  Bukannya win-win solution yang didapat, justru menimbulkan berbagai masalah baru lho.

Kalau mau diibaratkan gawai ini seperti sekeping uang yang punya dua sisi. Sisi baiknya ada, tapi sisi buruknya juga banyak.

Pengalaman saya sendiri kalau kasih anak gawai, memang keadaan rumah langsung tenang dan saya bisa kerjakan pekerjaan domestik dengan lancar tanpa gangguan si kecil.

Ya bisa dibilang memberikan gawai kepada si kecil adalah jalan ninjaku agar bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dengan cepat. 

Tapi eh tapi, justru keputusan saya membiarkan si kecil screen time inilah yang menjadi pemicu utama dia jadi sering tantrum. Ini kan menimbulkan masalah baru.

Bukan menghilangkan masalah lho tapi malah membuat keadaan makin runyam karena ternyata efek negatif gawai juga msmpengaruhi kondisi fisik dan tumbuh kembang anak.

Efek negatif gadget pada anak

Seperti yang disampaikan oleh Ibu Yohana berdasarkan riset yang dilakukan oleh Straker, Leon M. & Howie, Erin K. (2016) dan Dr. John Hutton (2020) berikut ini efek negatif bila anak sering terpapar gawai :
  • Gangguan kesehatan fisik, efek ini berkaitan dengan kesehatan mata, postur tubuh terutama otot leher dan tulang belakang.
  • Terlambat bicara, umumnya anak lebih menyukai visual dibanding audio sehingga anak usia dini yang belum bisa bicara dan sering melakukan screen time rentan mengalami speech delay. Aktivitas dengan gawai membuatnya malas berlatih bicara.
  • Masalah atensi dan konsentrasi, ini termasuk dampak jangka panjang yang tidak disadari orang tua.
  • Masalah pada executive function, Ini adalah problem yang berkaitan dengan sekumpulan keterampilan kognitif yang memungkinkan anak untuk berfikir kritis.
  • Masalah perilaku, anak akan sering tantrum karena kecanduan gawai.
  • Kualitas kelekatan orangtua dan ajak menjadi buruk, ketika anak sudah kecaduan gawai ia akan lebih suka menghabiskan waktunya dengan screen time dibanding berinteraksi dengan orang tua. Hal ini jelas dapat menurunkan bonding antara keduanya.
Tentu sebagai orang tua kita tidak ingin hal buruk tersebut terjadi, kan? Untuk itu narasumber webinar yang merupakan psikolog anak di Yayasan Pulih  ini menyarankan kepada orang tua agar cerdas dalam memilih bentuk permainan yang cocok bagi anak, yang sesuai dengan umur dan kebutuhannya.

Pasalnya permainan yang tepat dapat mendorong kreativitas sekaligus mempersiapkan soft skill anak yang tentunya akan sangat berguna untuk modal kesuksesan  anak di masa depan.

Tips dan Ide aktivitas untuk mengasah kreativitas anak di rumah


Kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi atau mengembangkan suatu karya asli, ide, teknik, atau pemikiran.

Lalu seperti apa sih orang yang kreatif itu? Menurut Ibu Yohana, orang yang kreatif adalah mereka yang memaknai masalah dengan cara yang unik, berani mengambil resiko, dapat menyajikan ide yang berbeda (out of the box) dan survive dalam menghadapi berbagai masalah.

Perlu dipahami pula bahwa kreativitas bukanlah bakat apalagi skill yang tetiba muncul dalam diri kita. Kreativitas adalah sesuatu yang harus kita asah. Semakin dini dan semakin sering diasah maka tentu hasilnya juga akan lebih baik.

Oleh sebab itu beliau menganjurkan agar para orang tua mau berusaha mengalihkan perhatian anak dari paparan gadget ke berbagai permainan atau kegiatan lain yang sekaligus dapat mengasah kreativitas si kecil. 

Berikut ada tips mengasah kreativitas si kecil nih dari beliau
  • Menghargai proses belajar 
  • Mempersiapkan ruang khusus bagi anak untuk berkreasi dan bereksperimen
  • Memberi kebebasan pada anak
  • Memberi contoh nyata sebagai orang kreatif
  • Memberi berbagai sudut pandang dengan memperkaya pengetahuan anak
  • Suportif
  • Mengapresiasi usaha anak
Selanjutnya Ibu Yohana juga memberikan ide aktivitas atau permainan menarik untuk mengasah kreativitas anak yang dapat dilakukan di rumah.

Alternate Use Task

Ide aktivitas pertama ada permainan sederhana atau alternate use task yang lumayan menantang bagi si kecil. Permainan ini cukup simple tapi seru. 

Melalui permainan ini, kita mengajak anak  brainstorming atau main tebak-tebakan misalkan dengan menyebutkan aneka manfaat dari suatu benda atau nama hewan dari huruf tertentu dan lain sebagainya.

Permainan alternate use task dapat mengasah kreativitas karena anak diajak untuk berpikir. Semakin sering dilakukan maka akan  semakin terasah pula kreativitasnya.

Guided Fantasy

Aktivitas berikutnya adalah guided fantasy atau membangun dunia fantasi melalui perantara buku. Jadi buku cerita yang kita bacakan pada anak itu dapat mengembangkan imaginasimya lho. Dari situ kreativitasnya juga ikut terasah.

Open Ended Toys

Tidak ketinggalan ada open ended toys yaitu sejenis permainan yang menawarkan cara main yang beragam seperti bermain barbie untuk anak perempuan sedangkan laki-laki biasamya bermain  lego, playdough, dan lain-lain.
Permainan seperti juga bagus banget untuk  ini membantu dalam mengasah kreativitas si kecil.

Exposure to art activities.

Satu lagi nih aktivitas yang tidak kalah menarik dan juga dapat meningkatkan kreativitas si kecil yaitu Exposure to art activitie, berkesenian atau menciptakan sesuatu.

Nah,  Creative Art Series 2 Faber Castell merupakan salah contoh produk yang dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas anak.

Mendukung Kreativitas Anak dengan Creative Art Series 2 Faber Castell

Senang sekali dapat kesempatan ikut acara webinar bersama Faber Castell karena setelah pemaparan materi parenting yang isinya daging banget dari Ibu Yohana Theresia, M.PSi Psikolog langsung dilanjutkan dengan workshop membuat Glow in the Dark Clock dipandu oleh Bapak Rizal, Creative Development Faber Castell.

Sayangnya selama workshop berlangsung si kakak malah asyik mondar-mandir ke sana kemari, sementara adeknya rewel. 

Untungnya ada si ayah yang hari itu pas banget lagi nggak masuk kerja jadi bisa ikutan bantu buatin jam Glow in the Dark yang merupakan salah satu produk keluaran Creative Art Series 2 dari Faber Castell.

Oh ya semua peserta yang ikut dalam workshop ini sudah punya produknya masing-masing ya jadi kami tinggal ikuti arahan dari Bapak Rizal. 

Cuma sedihnya karena si kakak agak susah dikondisikan. Padahal ekspektasi saya pengen seperti teman-teman lain yang pas workshop anaknya aktif terlibat gitu?

Lha anak-anak saya? Eh tapi wajar sih, si kakak dan adik kan masih usia toodler  jadi memang masih susah untuk diarahkan. Beda halnya kalau keduanya sudah masuk PAUD atau SD. 

Ahasil ayah bundanya yang turun tangan, sementara anaknya menonton, haha.
Tapi nggak papa, momen kemarin itu sekaligus jadi bonding time kami sekeluarga. Kapan lagi coba ikut workshop virtual dengan melibatkan semua anggota keluarga?

Dari informasi yang saya dapatkan, Produk Creative Art Series 2 Faber Castell ini memang dirancang sebagai produk yang sangat memperhatikan kebutuhan anak khususnya di usia Sekolah Dasar dan PAUD.

Dimana dalam produk ini terdapat berbagai aktivitas yang dapat dilakukan si kecil seperri mewarnai, membuat prakarya/craft yang memadukan unsur pengembangan atas motorik kasar, sensorik, pengenalan warna, melatih konsentrasi, dan juga kreativitas. 

Produk Faber-Castell Creative Art Series 2 sendiri merupakan kelanjutan dari produk Creative Art Series edisi pertama yang diluncurkan pada 2020. 

Edisi pertamanya sudah laris manis di pasaran jadi produk kedua ini juga ini juga dapat mengikuti mengikuti jejak 'kakaknya'.

Produk creative art series faber-castell

Creative Art Series 2 terdiri atas berbagai produk, yakni 
  • Basketball Arcade, 
  • Glow in the Dark Clock, 
  • Colour Your Own Drawstring Bag,
  • Finger Printing Art Set yang melengkapi edisi sebelumnya Stone Deco Art,
  • Origami Fashion Design, 
  • Colour Your Own Tote Bag,
  •  Air Jet Sport Car, 
  • Make Your Own Kite dan 3D Frame Art.
Wah, lumayan banyak juga ya jenisnya. Jadi pengen praktikkan semuanya, hehe.

Seperti yang sudah disinggung di atas, dari berbagai produk Creative Art Series 2 yang disebutkan di atas, hanya satu produk yang kami praktikkan pada sata workshop yaitu Glow in the dark clock.


Untuk satu paket Glow in the dark Clock sendiri terdiri atas : 
  1. Lem perekat merk UHU
  2. Acrylic Glitter Silver dari Faber-Castell Indonesia
  3. Grip brush
  4. Pola siluet
  5. Papan mdf
  6. Mesin dan jarum jam
Untuk cara membuatnya sendiri setelah dipraktikkan ternyata tidak begitu sulit karena sudah dilengkapi pula dengan buku petunjuk pembuatan. 

Yang penting mengerjakannya pelan-pelan saja ya nggak usah terburu-buru dan hati-hati juga saat mengambil pola siliuet karena kertasny tipis sehingga rentan sobek.


Nah, berikut ini langkah-langkah pembuatan Glow in the Dark Clock :
  • Campurkan acrylic glitter dengan bubuk glow in the dark secukupnya
  • Warnai papan mdf dengan campuran sebelumnya lalu tunggu hingga kering
  • Tempelkan pola bingkai jam pada papan mdf yang sudah kering dan diwarnai, sebelumnya jangan lupa beri tanda untuk menentukan letak angka 12.
  • Tempelkan satu per satu potongan-potongan siluet hingga membentuk hewan gajah.
  • Setelah selesai, pasang mesin dan jarum jamnya.
  • Pasangkan juga baterai agar bisa digunakan.
Gampang, kan? Dan tadaaa ini dia hasilnya.


Si kakak senang banget deh punya jam yang bisa menyala dalam gelap. Ada siluet gajahnya pula. Keren, kan?

Yuk, siapa yang pengen samaan punya produk Creative Art Series 2 dari Faber-Castell ini bisa cuss dapatkan di Shopee atau Tokopedia dengan harga terjangkau. Harganya bisa langsung cek sendiri ya.

Semoga sharing saya kali ini dapat bermanfaat 

Salam,

Posting Komentar untuk "Creative Art Series 2 Faber-Castell Dukung Kreativitas Anak di Rumah"