Memetik Inspirasi dari Kisah Harianto Albarr Menerangi Desa Bacu-Bacu

Harianto Albarr di desanya Dusun Ampiri Desa Bacu-Bacu (@hariantoalbarr)

Bacu-Bacu merupakan salah satu desa di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan yang masyarakatnya selama berpuluh tahun hidup bergumul dengan pekatnya gulita malam karena tidak ada aliran listrik.

Di desa yang sekian lama tidak dilirik oleh pemerintah untuk dialiri listrik inilah Harianto Albarr berasal. Orang tuanya sudah menetap selama 30 tahun di sana dan selama itu pula mereka tidak pernah merasakan terangnya lampu.

Anak-anak Desa Bacu-Bacu termasuk Harianto menghabiskan masa kecilnya tanpa melihat dunia luar. Boro-boro menikmati serunya nonton kartun di televisi, belajar di malam hari susah karena tidak ada penerangan.

Ya, listrik adalah hal yang asing dalam hidup mereka. Namun itu dulu, sebelum akhirnya Harianto Albarr tergerak melakukan suatu perubahan untuk desanya. Ia mencetuskan ide untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Awal Mula Tercetus Ide Membuat Listrik Mikrohidro

Akses menuju kampung halaman Harianto tepatnya di Dusun Ampiri yang terletak di Perbukitan Coppo Tile, Sulawesi Selatan memang cukup menantang.

Untuk mencapainya harus melewati medan yang curam. Jalannya menanjak dan berliku. Belum lagi menyusuri jalan tak beraspal yang bersisian langsung dengan jurang.

Kondisi desa yang jauh dari pusat kota dan terpencil bahkan tidak nampak di peta menjadi penyebab utama mengapa desa ini tidak tersentuh oleh listrik.

Kala itu, tahun 2008 Harianto Albarr yang merupakan Mahasiswa Semester Tiga Jurusan Kimia di Universitas Negeri Makassar (UNM) pulang liburan semester ke kampungnya. Saat itulah ia mendapat todongan pertanyaan dari para warga.

"Sebagian orang punya ekspektasi yang tinggi bahwa mahasiswa adalah orang yang serba bisa. Apa yang bisa diberikan mahasiswa sepertinya untuk kampung ini?" Begitu tutur Harianto ketika diwawancarai.

Pertanyaan warga tersebut tentu saja menjadi tantangan yang harus ia jawab. Apalagi ia adalah pemuda pertama di kampungnya yang berhasil melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi.

Harianto menyadari bahwa masalah terbesar di desa Bacu-Bacu adalah belum ada aliran listrik. Karena itu ia merasa tertantang untuk mengalirkan listrik ke desanya.

Belajar Otodidak, Menemukan Mikrohidro sebagai Solusi

Harianto Albarr bukanlah seorang pemuda yang memiliki keahlian di bidang kelistrikan maupun mesin. Namun hal tersebut tidak lantas menjadi penghalang baginya.

Ia memiliki keinginan dan tekad yang kuat juga mimpi untuk menerangi desanya. Maka ia mulai belajar secara otodidak dengan menggali berbagai infomasi baik lewat buku maupun internet, termasuk dengan mengakses youtube.

Ia dengan gigih mencari cara paling sederhana untuk membuat energi listrik. Usahanya membuahkan hasil. Ia menemukan bahwa mikrohidro adalah jawabannya.

Mikrohidro merupakan pembangkit listrik tenaga air skala kecil dengan batasan kapasitas antara 5 kW-1 MW per Unit. Syarat dasar dari pembangkit listrik tenaga air skala kecil hanya dua yaitu adanya air mengalir dan beda ketinggian.

Setelah mengetahui tentang mikrohidro ini, Harianto optimis bisa memberikan penerangan untuk desanya.

Pasalnya, Desa Bacu-Bacu memang terpencil namun sumber daya alamnya melimpah. Desa ini memiliki sungai yang mengairi sawah dengan debit air tinggi. Bahkan meski musim kemarau, Sungai Ampiri tidak pernah kering hanya saja airnya memang sedikit menyusut namun tetap bisa dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Tekad Kuat Harianto Albarr Menerangi Desa Bacu-Bacu

Gambar : youtube KBR

Ketika pertama kali menyampaikan ide untuk membuat listrik dengan memanfaatkan air di desanya, banyak warga yang tidak percaya. Terutama para tetua kampung yang telah lama menjalani hidup di Desa Bacu-Bacu tanpa listrik.

Mereka sangsi dengan ide tersebut, bahkan menganggapnya bagai mimpi di siang bolong, tak mungkin kelakon.

"Mau buat listrik dari tenaga air? Nak, seandainya listrik itu bisa dari air, dari dulu listrik itu ada di sini, tapi kan tidak ada'. Bahkan ada yang bilang, 'potong tangan saya kalau nanti bisa nyala"

Untunglah Harianto tidak peduli dengan tanggapan tersebut. Tekadnya sudah bulat, ia ingin memajukan desanya dengan menghadirkan listrik. Sebab tanpa listrik, para warga Desa Bacu-Bacu selamanya akan tertinggal.

Sebaliknya, listrik akan membawa perubahan yang besar untuk desanya. Ini bukan hanya tentang penerangan, melainkan juga berdampak positif pada pendidikan maupun saluran informasi di desanya.

Dengan adanya listrik, para warga terutama anak-anak di desa ini bisa mengetahui keadaan dunia luar, bagaimana pendidikan di luar Ampiri, dengan begitu mereka bisa termotivasi untuk belajar dan dapat mengenyam pendidikan seperti anak-anak lain.

Tentunya dengan mengalirnya listrik ke rumah-rumah di Desa Bacu-Bacu juga bisa meningkatkan ekonomi. Dimana para warga bisa memulai usaha yang dalam menjalankannya membutuhkan listrik, seperti membeli kulkas untuk menyimpan bahan makanan lalu membuka warung makan atau berjualan es dan lain sebagainya.

Tugasnya tinggal meyakinkan para warga. Pemuda kelahiran 2 September 1988 ini pantang menyerah, ia berusaha mencari dukungan hingga akhirnya idenya yang terkesan angan itu disambut baik oleh warga.

Perjalanan Harianto Albarr Menerangi Desa Bacu-Bacu

Perjalanan Terang Desa Bacu-Bacu
Harianto Albarr dan mikrohidro yang dibuatnya (gambar nuofi.id)

Perjalanan menerangi Desa Bacu-Bacu dimulai Harianto dan warga dengan menggunakan alat-alat sederhana. Mereka gotong royong membendung sungai, pohon aren dijadikan pipa untuk mengalirkan air hingga mencapai generator bekas. Air yang deras itu akhirnya menghasilkan listrik berkekuatan 3 Kwh.

Awalnya energi yang dihasilkan dari kincir yang mereka buat tidak sampai 1000 watt. Bermodalkan 4 juta dan memanfaatkan bahan seadanya Harianto berhasil menerangi desanya.

Memang baru 4 rumah saja yang menyala namun bagi Harianto dan warga desa mendapati desanya ada listrik merupakan suatu keajaiban yang luar biasa.

Walau instalasi pertama masih sangat sederhana dan belum mampu menerangkan semua rumah di Desa Bacu-Bacu namun setidaknya telah membuka pikiran para warga mengenai manfaat kincir. Mereka juga mulai paham bahwa untuk bisa mengalirkan listrik ke semua rumah yang ada di desa membutuhkan tenaga yang lebih besar lagi.

Akan tetapi, minimnya dana menjadi kendala untuk melanjutkan pembangunan instalasi selanjutnya. Kendala lain, kincir kayu yang mereka gunakan rusak sehingga harus diganti dengan kincir yang terbuat dari besi dan mengganti generator menjadi 5 Kwh.

Untungnya semua kendala tersebut bisa teratasi. Bahkan mereka berhasil membeli generator yang mampu menghasilkan listrik 10 Kwh dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp6 juta dari hasil iuran warga. Akhirnya, pada 2009 instalasi kedua berhasil berdiri dan menerangi rumah-rumah dan masjid Ampiri.

Tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 2012, instalasi listrik di Desa Bacu-Bacu tidak lagi menggunakan kincir. Kala itu, energi dari Sungai Ampiri telah diubah menjadi listrik menggunakan Turbin. Mereka juga menyediakan ruang khusus di dekat sungai yang dijadikan sebagai ruang kontrol.

Permintaan listrik dari warga juga terus meningkat, hingga kini telah dibangun instalasi ketiga yang berkapasitas 10 Kwh dan instalasi keempat berkapasitas 20 Kw yang berhasil menerangi ratusan rumah di Desa Bacu-Bacu.

Listrik dari PLN sendiri baru masuk di Desa Bacu-Bacu tahun 2016. Itu pun tidak setiap hari nyala, masih mati nyala. Kabelnya sering bermasalah baik satt musim kemarau dan angin kencang maupun saat musim hujan. Karena itu sekalipun listrik sudah mengalir ke Desa Bacu-Bacu tetap dibutuhkan. Jika listrik dari PLN padam, ada mikrohidro yang mengalirkan listrik.

Saat tampil di channel Youtube KBR, Harianto Albarr menjelaskan beberapa keuntungan turbin cross flow untuk PLTHM, diantaranya yaitu :

  • Efesiensi (daya listrik) naik, 
  • Energinya lebih tahan lama
  • Lebih mudah operasionalnya oleh masyarakat sehingga tidak ada lagi alasan tidak tahu

Menurut Harianto, mempelajari mikrohidro itu ibaratnya seperti belajar makan. Sederhana sekali, kalau dilakukan sekali saja pasti langsung bisa.

Lebih lanjut Harianto menjelaskan bahwa pembangkit listrik ini pembangunannya bersifat partisipatif. Beliau mengistilahkannya dengan tiga hal, pertama karena keterpanggilan jiwa, kedua berbasis potensi lokal dan ketiga partisipasi masyarakat.

Jadi, masyarakat di sini memiliki peran yang sangat penting dalam pembuatan listrik mikrohidro. Karena semua prosesnya mulai dari survei, perancangan, pengerjaan sampai pada pemeliharaan dan pengawasan adalah dari kita dan untuk kita semua. 

Memetik Inspirasi dari Harianto Albarr, Sang Pencetus Terang Desa 

Ketika diwawancarai, Harianto mengungkapkan bahwa tujuan menghadirkan listrik di desanya bukan semata-mata untuk memberi penerangan.

Lebih dari itu, ia ingin mengubah pola pikir masyarakat di desanya dalam arti yang sebenarnya. Ia ingin masyarakat di kampung kelahirannya bisa hidup maju seperti masyarakat di daerah-daerah lain yang teraliri listrik. Dengan begitu mereka juga bisa menikmati hidup dengan alat-alat canggih yang hanya dapat berfungsi jika ada listrik.

Keinginan yang mulia itu akhirnya terwujud. Kini, anak-anak Desa Bacu-Bacu bisa belajar dengan nyaman di malam hari. Wawasan mereka juga tentunya bertambah karena sudah bisa melihat dunia luar dari layar kaca.

Para orang tua pun turut merasakan  mudahnya menggunakan alat-alat rumah tangga yang membutuhkan listrik seperti kulkas, rice cooker dan setrika seperti yang biasa digunakan masyarakat di kota-kota besar pada umumnya. Kehidupan sosial dan ekonomi di desanya juga sudah tentu lebih baik dari sebelum adanya listrik.

Kendati telah berhasil menerangi kampung kelahirannya Harianto Albarr tak lantas berpuas hati. Ia sadar, masih banyak desa-desa lain, terutama di wilayah Indonesia timur yang belum menikmati aliran listrik. 

Faktanya, dilansir dari CNBC Indonesia, PT PLN (Persero) mencatat di tahun 2022 sebanyak 4.400 desa di wilayah terluar, terdepan, tertinggal (3T) hingga kini belum menikmati listrik.

Harianto Albarr yang juga ingin memberikan kontribusi untuk negeri kemudian mendirikan perusahaan bernama CV. Mandiri Pro Nusantara dan menjadi konsultan pengadaan listrik mandiri untuk membantu desa-desa yang membutuhkan jasanya.

Lucunya, karena bantuan yang ia berikan nyaris semuanya sukarela, ia sampai pernah dianggap mau mencalonkan diri sebagai kepala desa.

Kini, bukan hanya kampungnya yang terang. Setidaknya ada 30-an desa yang tersebar di berbagai daerah menggunakan tenaga mikrohidro buatannya.  Tersebar di desa-desa yang ada di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara bahkan hingga ke Maluku, dan Maluku Utara.

Berawal dari keinginan mempersembahkan listrik untuk desanya, kini Harianto Albarr memiliki mimpi yang besar. Ia ingin membangun 1000 PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) di Indonesia seperti yang ia bangun di desanya.

Penutup

Dari kisah perjalanan pemuda bernama Harianto Albarr ini kita dapat memetik inspirasi. Meski tak memiliki latar di bidang kelistrikan namun demi melihat kemajuan desanya, ia bertekad menghadirkan listrik.

Walau awalnya banyak warga yang menyangsikan, ia tidak patah semangat. Sesuatu yang oleh warganya dianggap mustahil itu akhirnya terwujud. Sebuah keajaiban datang. Desa Bacu-Bacu yang tidak pernah tersentuh listrik kini terang di malam hari.

Harianto telah membuktikan bahwa tidak ada usaha yang sia-sia dan ya, hasil tidak pernah menghianati usaha.

Ia pun telah memetik buah dari usahanya dengan meraih berbagai penghargaan. Salah satunya adalah terpilih sebagai anugerah Satu Indonesia Awards 2012 dari group Astra. 

Kita doakan semoga mimpi Harianto untuk membangun 1000 PLTMH di desa-desa yang belum teraliri listrik dapat terealisasi.

"Kita tidak bisa memilih terlahir dimana, namun aku percaya kita ada untuk sebuah rencana, menjadi siapa pun tugas kita sama, menjadi berguna dan aku memilih belajar pada pelita, menjadi terang bagi dunia". (Harianto Albar)


Referensi 

  • https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/pencetus-terang-desa/
  • https://m.kbr.id/saga/05-2018/harianto_albarr___mantri_listrik_dari_desa_bacu_bacu_/96156.html
  • https://m.kaskus.co.id/thread/51838785532acfb011000005/harianto-albarr-sang-pelita-dari-ampiri
  • https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/10/03/malaikat-penerang-kehidupan-kecil-desa-bacu-bacu-makassar
  • Youtube KBR

1 komentar untuk "Memetik Inspirasi dari Kisah Harianto Albarr Menerangi Desa Bacu-Bacu"

Comment Author Avatar
Setuju, apalah arti manusia hidup kalau tidak bisa bermanfaat untuk sesama. Sangat menginspirasi (y)

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.