Sabar Saja
Hai hai, hari ini saya baru pulang
dari seminar teman sekelas saya yang sekitar 3 bulan lalu bersama saya
menghadap pembimbing kedua kami. Sepulang dari bimbingan pertama itu, kami sengaja singgah di
gramedia Mall Panakukang Makassar sekedar cari buku referensi terkait variabel
kontrol penelitian kami yang bukan kebetulan sama, tentang pemahaman konsep matematika.
Selain itu teman saya yang biasa dipanggil Sani pun mengincar buku terkait
variabel bebasnya yang rupanya sulit didapatkan. Saya masih ingat raut wajah Sani
tampak kalut mencari buku yang tak kunjung ia temukan sembari mengeluh pada
saya. Pasalnya pembimbing kedua kami bukan kebetulan pula merupakan dosen yang
sama meminta pada Sani agar menunjukkan buku tersebut pada bimbingan
selanjutnya. Anehnya saya tidak disuruh, padahal saya sudah
mempersiapkan buku variabel bebas saya
yang tebalnya kebangetan. Okelah, semua
masih berjalan lancar.
Sebagai teman yang baik dan
manis, saya mencoba menenangkan dan meyakinkan Sani.
"Insya Allah nanti pasti
ketemu kok, kalau di Gramedia MP gak ada kan masih ada di gramedia lain atau di
toko-toko buku yang ada di Kota Makassar"
Kemudian saya turut mengomentari judul penelitiannya.
“Kenapa bisa milih judul itu,
sementara bukunya kamu belum punya San?”
Tanpa perlu saya ungkapkan jawaban
Sani, saya cuma mau bilang sebagai pemula dalam hal penelitian, sebaiknya jangan
dulu ajukan judul kalau kita gak punya sumber. Jangan dulu cari judul kalau gak
punya buku. Hal yang memang paling penting sebelum menentukan judul adalah
mencari “masalah-masalah” apa saja yang ada di sekitar kehidupan kita yang patut
diangkat untuk jadi topik penelitian. Seharusnya memang judul penelitian muncul dari sebuah
masalah, bukan malah sebaliknya. Namun begitulah, karena tuntutan administrasi
serta berlomba-lomba pengen cepat selesai kuliahnya, kebanyakan mahasiswa asal masukin judul, ntar kalau judulnya udah
keterima baru kelimpungan dapet masalah. Mungkin termasuk saya, hanya saja bila
dibandingkan dengan Sani saat itu saya lebih beruntung karena dosbing saya sama sekali tidak mempermasalahkan judul saya, dan terkait variabel yang
saya teliti alhamdulillah bukunya mudah di dapat.
Kira-kira bulan Oktober saya mendengar kabar kalau Sani terpaksa
mengubah judulnya karena buku yang ia incar ternyata muahaaall buanggeet, harus dibeli satu paket dengan alat-alat
peraga, masa’ sampai puluhan juta bo’. Mending dipake married, hehe. Saat itu
yang terlintas dalam benak ini.
”Ahh sayang banget, ganti judul berarti harus mengulang lagi dari
awal”.
Namun saya salut dan mengakui
tekad Sani, dia bukan orang yang gampang menyerah. Sani mulai lagi dari proses awal, belajar dari pengalaman, ia kemudian lebih dulu mencari masalah hingga menemukan judul kemudian
membuat draft baru, sambil berkonsultasi dengan dosen pembimbing pertamanya. Lalu di suatu hari
dia menceritakan pada kami (saya dan beberapa teman-teman sekelas saya) tentang
suka - duka menemui dosbing pertamanya yang berbeda dengan dosbing pertama saya. Betapa beberapa kali dia dengan
sabar menunggu berjam - jam dosbing yang tadinya mereka janjian ketemuan di tempat ini jam segini eh endingnya gak jadi. Suka-duka yang tidak pernah saya alami selama
bimbingan draft skripsi.
Saya merasa bimbingan draft saya
selama ini berjalan sangat mulus bagai di jalan tol, dan karena itu saya berpacu
dengan laju yang begitu lamban, sampai-sampai beberapa teman seangkatan yang ketika saya lebih dulu dapat bimbingan mereka
masih sibuk mengurus judul sukses
melambung kiri dan sekarang berada jauh
di depan. Saya terlalu lelet, membiarkan banyak waktu dan kesempatan berlalu
begitu saja.
Hingga ketika kesempatan hendak
saya raih justru waktu tak memihak. Beberapa teman yang saya semangati,
saya doakan bimbingannya cepat usai bahkan ada yang sempat saya uruskan
undangan dan SK agar kami bisa barengan seminar ternyata mendahului saya.
Mereka sudah seminar draft , begitupun dengan Sani, entahlah kedepannya
teman-teman saya siapa lagi yang akan mendahului saya buat seminar draft, sementara
saya saat ini mundur tidak maju pun tidak.
Yah, saat ini saya merasa sedang
digantung oleh dosen pembimbing pertama saya selama kurang lebih tiga pekan hampir
sebulan dari target yang saya jadwalkan
buat seminar. Seharusnya di awal bulan ini saya seminar, seperti yang saya
tuliskan di postingan Hadapi saja. Ini sudah akhir bulan terus besok masuk
bulan 12, hikss! Terpending lagi. Oke, saya tidak akan menyalahkan dosbing saya,
dan saya akan mentolerir kesibukan beliau yang tidak lain adalah ketua jurusan
saya sendiri.
Tuh kan saya bilang juga apa, di depan masih banyak kerikil-kerikil tajam yang siap menghadang, kita bisa saja menargetkan atau merencanakan bulan segini saya akan begini, bulan segitu saya akan begitu, tapi ingat jangan nafikkan hal-hal yang ada di luar dugaan kita.
Tuh kan saya bilang juga apa, di depan masih banyak kerikil-kerikil tajam yang siap menghadang, kita bisa saja menargetkan atau merencanakan bulan segini saya akan begini, bulan segitu saya akan begitu, tapi ingat jangan nafikkan hal-hal yang ada di luar dugaan kita.
Kalau kalian mengira saya kecewa,
sungguh tidak. Cuma yang agak saya sesalkan kemarin sore ketika sedang ikut mata kuliah keweirausahaan, Ishak, teman yang hendak seminar bersama saya (kami memiliki dosbing pertama yang
sama), sama-sama pula menanti kepastian dari dosbing kami, mengajak saya untuk nebeng di seminar draftnya Sani. Dan tanpa pikir
panjang saya segera minta ijin sama dosen tersebut buat seminar, eh ujung-ujungnya nothing for me. Ishak, dapat kesempatan ikut nebeng di seminarnya Sani sementara saya kagak. Oke, tak mengapa *pasang senyum manis*. Kenapa juga sih musti terburu-buru?
Eniwei, pada postingan Hadapi Saja, saya
terkesan bangga meski tanpa maksud riya mengatakan bahwa saya beruntung
mendapatkan dosen yang tidak merepotkan mahasiswanya, tidak sulit pula untuk di
temui, nyatanya yang beruntung bukan hanya saya, Sani dan Ishak jauh lebih beruntung. Namun keberuntungan itu, kita tidak tahu akan
berpihak pada siapa esok-esok? Boleh jadi teman saya yang masih banyak belum
seminar, lebih duluan mengenakan toga ketimbang saya ataupun teman-teman yang sudah lebih dulu seminar. Tapi yang jelas
saya berdoa semoga menemukan akhir yang terbaik buat saya pun teman-teman seangkatan saya. Wallahu a’lam
bisshawab.
Hayoo Cha, sabar saja. Mungkin memang belum
waktunya saya seminar. SEMANGAT.
Hari ini saya belajar menerima keadaan dan mempersiapkan diri memanfaatkan kesempatan untuk tampil lebih baik lagi. Insya Allah.
Hari ini saya belajar menerima keadaan dan mempersiapkan diri memanfaatkan kesempatan untuk tampil lebih baik lagi. Insya Allah.
Sekian catatan motivasi saya di akhir November ini, Mohon doanya teman-teman semoga seminar draft saya tidak terpending lagi.
5 komentar untuk "Sabar Saja"
semangat ya..
kalo gue sih masih dua smester lagi, hehe
ribet banget dosen pembimbingnya yah ckckck -_-
Semangat Kak, kadang kala kita udah dapet jalan yg mulus, kita agak meremehkan.. Mungkin dengan adanya batu batu kerikil yg menghadang bisa sedikit membuat kita sadar
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.