Kamar Kenangan

  • Home
  • About Me
  • Disclosure
  • Sitemap
Bismillahirrahmaanirrahiim

“Kalau kau mencari yang sempurna, kau akan kehilangan yang terbaik”.


Gambar di atas pernah terpajang jadi foto profil di akun facebook saya dalam jangka waktu yang cukup lama. Kesannya mungkin kayak ngasih kode ya. Hehe iya juga sih. Ngode ke diri sendiri. Seingat saya, gambar tersebut pertama kali saya jumpai ketika salah seorang teman yang ada di kontak BBM saya menjadikannya sebagai DP lalu seketika itu pula saya terpesona, tapi bukan pada gambar siluet muslimah dan senjanya yang seolah mencerminkan diri saya yang sering mengaku diri sebagai Muslimah Senja. Uhuk.

Kata-katanya itu lho. Asli. Bikin baper. Herannya, saya malah kesemsem tapi nggak aneh kok, wanita kan gitu, suka bawa-bawa perasaan. Jadi sekalinya ketemu gambar dengan caption yang kata-katanya ngena di hati, terpesonalah ia. Dikiranya, kata-kata tersebut mengisahkan dirinya, padahal banyak wanita-wanita di luar sana yang juga mengira demikian.

Well, Karena bukan cuma kita yang pernah mengalami patah hati, bukan kita saja yang pernah merasakan lelahnya menunggu tanpa kepastian, bukan hanya kita yang pernah memikul beban rasa dalam kesenyapan, bukan kita sendiri yang pernah mengalami dilema ketika dihadapkan dengan pilihan-pilihan memilih calon pasangan hidup, bukan kita doang yang pernah ditodong dengan pertanyaan kapan nikah. Bukan kita saja yang pernah galau masalah jodoh. Semua orang yang udah ketemu jodohnya juga pernah ngalami yang kayak gitu kok.

Jadi, di postingan kisah menuju halal kali ini saya bakal bahas Kriteria Jodoh Impian secara khusus sebelum melangkah ke kisah Ta’aruf dengan Sang Jodoh.

Kenapa? Karena setelah menghadirkan niat menikah, menetapkan target dan hendak beraksi jemput jodoh dengan jalur ta’aruf, satu hal yang menjadi pertimbangan paling penting dan yang kerap bikin saya berada dalam kondisi dilema dan galau tingkat langit adalah perihal sosok yang bakal jadi jodoh saya nantinya. Kalau persoalan “kapan” sih saya hadapinya santai saja, nggak terlalu mikir, toh saya yakin sepenuhnya jodoh saya pasti datang di waktu yang tepat. Tepatnya itu biar menjadi urusan Allah. Yang doyan nanya-nanya kapan nikah juga biarlah menjadi urusan mereka sok basa basi mengajukan pertanyaan yang jawabannya Wallaahu a'lam.

Baca Menuju Halal; Ikhtiar Menjemput Jodoh

Namun bila persoalannya udah menyangkut “siapa”, ini nih yang bikin saya kalut, ketar-ketir, was-was, khawatir berlipat-lipat, nggak bisa tenang, bawaannya galau dan dilema melulu. Saking takutnya saya bertemu dengan jodoh yang salah. Jodoh yang jauh dari harapan. Jodoh yang tidak mampu membimbing saya ke surga-Nya. Jodoh yang bukan impian saya. Duh, saya takut sekali.

Ketakutan saya itu bukan tanpa alasan. Barangkali karena kedua telinga saya ini sering menyimak kisah rumah tangga orang lain yang lebih banyak menderita daripada bahagianya, lebih banyak sedih daripada senangnya, lebih banyak air mata yang mengucur daripada tawanya. Belum lagi kedua mata saya juga kerap menyaksikan kisah kriminal yang terjadi antara sepasang suami istri yang tayang di berita TV nasional. Duh, makin bergidik saya membayangkannya. Apakah kehidupan pernikahan begitu mengerikan? Entahlah. Saya belum menjalaninya ketika itu, baru sebatas mendengar cerita orang-orang, baru sekadar melihat berita kriminal rumah tangga di layar kaca sehingga tidak bisa mengambil kesimpulan bahwa pernikahan adalah momok yang menakutkan.

Mungkin iya, bagi sebagian orang yang pernikahannya berujung tragedi, namun bagi mereka yang rumah tangganya tampak adem-adem saja, pernikahan adalah bahterah yang indah, yang sesekali mungkin diterpa angin, diterjang ombak, dihantam badai namun sekencang apa pun angin menerpa, seganas apa pun ombak menerjang, sedahsyat apa pun badai menghantam tidak mempan memporak-porandakan bahterah mereka.

Silakan bertanya ke kakek-nenek kalian jika masih hidup atau tanya ke orang tua yang telah mengarungi bahterah rumah tangga selama lebih dari duapuluh tahun, barangkali mereka bisa memberitahu cara hebat membangun bahterah yang tak goyah diterpa angin, kokoh diterjang ombak dan kuat dihantam badai, atau cukup dengan mengenang kembali kehidupan yang kalian jalani selama tinggal seatap dengan orang tua kalian.

Orang tua saya sendiri telah mengarungi bahterah rumah tangga selama kurang lebih tiga puluh tahun. Selama itu, semenjak saya lahir dan hadir di tengah-tengah papa dan mama, kehidupan rumah tangga yang mereka jalani alhamdulillaah normal-normal saja. Kalau pun terjadi perselisihan diantara keduanya ya nggak sampai berlarut-larut. Paling kalau lagi marahan mama saja yang nggak berhenti ngomel-ngomel. Sifatnya perempuan memang cerewet kan? Sementara papa cuma diam, lebih banyak sabarnya. Atau kalau lagi males ngomel, mama juga ikutan diem, keduanya jadi diem-dieman, anaknya yang kebingungan? Hehe

Intinya kondisi rumah tangga orang tua saya berbeda jauh dengan cerita-cerita rumah tangga yang sering saya dengar. Misal nih, rumah tangga si A, suaminya suka minum-minum dan tukang main judi, jarang pulang ke rumah. Rumah tangga si B, suaminya suka ringan tangan, emosi sedikit langsung main pukul atau rumah tangga si C, selalu ribut, sedikit-sedikit bertengkar, suami marah-marah si istri juga ikut melawan. Nggak ada yang mau mengalah. Lebih-lebih yang kondisi rumah tangganya tragis seperti tayangan berita di TV, hanya karena masalah sepele si suami tega menganiaya istrinya bahkan ada suami yang sampai menghilangkan nyawa istrinya sendiri. Na'udzubillaahi min dzalik.

Jadi meski ada perasaan takut, khawatir, was-was dan sebagainya semua itu terhalau oleh kondisi real yang saya lihat dan rasakan sendiri selama tinggal seatap dengan orang tua. Dengan kondisi tersebut saya jadi berpandangan bahwa baik buruknya hubungan dalam rumah  tangga tergantung subjeknya. "Siapa". Iya, siapa yang membangun dan siapa yang menghuninya.

Bayangkan bila sebuah rumah dibangun oleh orang yang tak paham ilmunya. Asal membangun tanpa memperhatikan kualitas material yang digunakan. Alhasil, setelah rumahnya berhasil dibangun ternyata pondasinya lemah, tiangnya rapuh, temboknya tak kokoh, atapnya mudah jebol. Akibatnya, sekali datang badai robohlah rumah itu seketika. Atau bayangkan bila ada orang yang pandai membangun rumah dan pintar memilih bahan material untuk rumahnya dengan kualitas yang terbaik. Namun sayangnya setelah berdiri dengan megah dan kokoh, si pemilik rumah tersebut ternyata tidak pandai merawat rumahnya dengan baik. Rumah itu dibiarkan gersang, hampa, kotor, tak ada kedamaian di dalammya. Maka apalah artinya rumah yang mewah lagi kokoh bila pemiliknya sendiri acuh?

Sama halnya dengan membangun rumah tangga, kalau kita asal memilih pendamping yang tak paham ilmu atau pendamping yang tahu ilmunya namun sebatas pandai berteori tanpa pengaplikasian nyata maka kondisi yang bakal kita alami setelah menikah kurang lebih seperti ilustrasi tersebut. Rumah tangga yang mudah roboh dengan sekali terjangan badai atau rumah tangga yang tak ada kedamaian di dalamnya karena ego masing-masing pasangan.

Oleh sebab itu sebelum ikhtiar melangkah menjemput jodoh lewat jalur ta'aruf, yuk pahami terlebih dahulu yang namanya kriteria jodoh impian. Karena poin ini penting banget. Ketika hendak berta'aruf pun kalian bakal diminta untuk mengisi biodata atau membuat proposal ta'aruf yang salah satu poin intinya wajib mengisi atau menyebutkan kriteria calon suami/istri idaman. Sebenarnya semua poin yang mencakup di dalamnya penting sih, namun khusus untuk poin kriteria jodoh impian ini saya merasa perlu membahasnya lebih dalem *eaa

Pembahasan menjemput dan meminta jodoh dari tangan Tuhan telah saya kupas secara mendalam di postingan Menuju Halal sebelumnya. Masih ingat kan kalimat motivasi ini, jodoh itu di tangan Tuhan dan selamanya akan tetap di tangan Tuhan bila kita tidak datang menjemput, meminta dan mengambilnya dari tangan Tuhan. 

Sekarang yang jadi pertanyaan adalah bagaimana bila kita sudah mengerahkan iktiar semaksimal mungkin untuk datang menjemput dan meminta jodoh kita yang berada di tangan Tuhan. Tuhan pun memperkenankan permintaan kita dan mengulurkan jodoh yang ternyata nggak sesuai dengan kriteria jodoh yang kita impikan. Padahal kita kan udah berulang-ulang meminta pada Tuhan agar diberikan jodoh yang seperti ini, namanya si ini, cirinya begini, sifatnya seperti ini, asalnya dari daerah ini, pekerjaannya di tempat ini dan bla bla bla tapi Tuhan kok kasihnya yang ini sih. Kita ngarepnya yang datang si B kok ini yang datang malah si A. Kita mimpinya berjodoh dengan si B tapi akhirnya malah berjodoh dengan si A.

Nah, lho kalau keadaannya demikian apa yang harus kita lakukan?

Oke. Jawabannya kita skip dulu. Barangkali selama ini kita yang masih keliru dalam memaknai jodoh, kita mengira jodoh yang ada di tangan Tuhan itu bisa kita pilih sesuka hati. Kita menganggap, cukup dengan bekal ikhtiar dan doa semaksimal mungkin kita akan mendapatkan jodoh yang kita inginkan. Kita lupa tawakal. Lupa bahwa tugas kita hanyalah menjemput jodoh yang telah Allah tetapkan bahkan telah tertulis di lauhul mahfuz jauh sebelum kita dilahirkan. Kita luput dari kenyataan ini, bahwa jodoh itu Allahlah yang menetapkan bukan kita yang menentukan. Jadi perkara siapa dibalik nama yang masih merahasia yang bakal bersanding dengan nama kita di secarik undangan pernikahan atau siapa sosok yang masih tersembunyi yang bakal bersanding dengan kita di pelaminan itu murni hak Allah.

Hak kita adalah menerima jodoh yang telah Allah tetapkan (bukan jodoh yang sesuai dengan keinginan kita) sebab Allah telah menjanjikan itu dalam kalam cinta-Nya. Setiap insan diciptakan berpasang-pasangan. Artinya ya saat Allah menciptakan kita, Allah juga telah menetapkan pasangan hidup kita masing-masing. Jadi setiap dari kita pasti bakal bertemu dengan jodoh yang telah Allah tulisankan dengan kalam-Nya di Lauhul Mahfuz. Kalau pun tidak bertemu di dunia pastilah bertemunya di akhirat.

Maka siapa pun jodoh yang Allah ulurkan ke kita ya harus kita terima, harus kita syukuri. Itulah wujud dari tawakal. Memasrahkan semua pada ketetapan-Nya. Yakin dengan segenap jiwa bahwa ketetapan-Nya yang terbaik. Iya, sebab Allah Maha Tahu segala yang terbaik untuk kita. Apa yang kita anggap baik belum tentu baik bagi-Nya dan apa yang kita anggap buruk pun belum tentu buruk bagi-Nya. Barangkali Allah memang tidak pernah memberikan apa yang kita inginkan tapi percayalah, Dia selalu memberikan apa yang kita butuhkan. 

Menjalin hubungan tak halal dengan seseorang yang belum tentu menjadi jodoh kita atau menjalin ikatan hati dengan seseorang yang kita yakini bakal jadi jodoh atau bahkan menyebut nama seseorang yang kita dambakan menjadi pasangan hidup kelak dalam doa, ketiganya boleh jadi termasuk dalam kekeliruan yang akan berujung pada kekecewaan. Alangkah baiknya ketika hendak menjemput jodoh yang telah Allah tetapkan jangan lewat jalur hubungan yang belum sah di mata agama dan negara, jangan pula memekarkan perasaan yang tidak tumbuh pada tempatnya dan jangan terang-terangan menyebut namanya dalam doa-doa kita. Jemputlah jodoh lewat jalur yang Allah ridhoi, berproseslah dengan seseorang yang menjemput kita lewat jalur yang sama, sekali pun tanpa rasa di kala itu dan cukupkan dengan meminta petunjuk jodoh yang terbaik, siapa pun dia sebab hanya Allah-lah yang tahu jodoh yang terbaik untuk kita.

Ya, karena kita kan nggak tahu siapa pasangan yang ditakdirkan menjadi pendamping hidup kita kelak. Kalau memaksakan diri menjalin hubungan pra nikah dengan si dia sekian tahun lamanya, atau tetap bertahan menunggu si dia yang dicintai diam-diam atau selalu memohon agar Allah menjodohkan kita dengan si dia yang namanya kita sebut dalam doa lantas esok-esok ternyata kita mendapati si dia berjodoh dengan yang lain atau kita yang justru bersanding di pelaminan dengan sosok lain, bukan si dia, bagaimana perasaan kita?

Hancur. Remuk. Kita yang patah hati, kita yang nelangsa, kita yang kecewa berat. Alhasil, sia-sia saja kan semua pengorbanan yang kita lakukan untuk si dia. Kita sudah mengorbankan waktu, pikiran, perasaan, tenaga, waktu, biaya de el el eh ujung-ujungnya si dia malah melamar anak orang lain eh ujung-ujungnya kita malah berjodoh dengan anak tetangga sebelah rumah. Bisa saja kan alur takdirnya seperti itu.

Kalau jodoh telah ditetapkan demikian, ngapain lagi kita susah-susah menentukan kriteria jodoh impian? Toh, seumpama kita menentukan sederet kriteria calon pasangan juga belum tentu jodoh yang telah Allah tetapkan itu sesuai atau sama persis dengan kriteria calon pasangan yang kita tentukan.

Nah, itu dia, setiap orang pasti punya kriteria idaman dalam memilih calon pasangan hidupnya masih-masing yang rata-rata sih kriterianya pada ideal semua. Misal; berparas menawan, berpenampilan menarik, berwawasan luas, berakhlak mulia, berkepribadian baik, dsb. Oke, menentukan kriteria calon pasangan yang ideal memang lumrah, yang nggak lumrahnya itu bila kita ngotot pengen dapat pasangan yang ciri-ciri fisik dan non fisiknya 'sempurna' alias sama persis dengan kriteria yang kita tentukan. Mustahil.

No body is perfect. Di dunia ini tak ada manusia yang sempurna sebab kesempurnaan mutlak milik Allah semata. So, secantik, sehebat, sebaik, seluar biasa bagaimana pun manusia dengan segala potensi diri dan kelebihan-kelebihan yang ia miliki pastilah ia juga memiliki banyak kekurangan. Ada yang smart, friendly but not good looking. Ada yang parasnya begitu memukau, cerdas namun sifatnya egois dan cenderung emosional. Ada yang cakep sih, tajir pula tapi kepribadiannya kurang baik, dan macam-macamlah karakter manusia itu.

Ya, boleh jadi kita berproses dengan calon pasangan yang tampilan luarnya sesuai dengan kriteria idaman kita namun pasca menikah eng ing eng, ternyata di balik penampilan luarnya yang memukau pasangan kita itu memiliki banyak kekurangan-kekurangan yang sangat mengecewakan. Atau boleh jadi kita berproses dengan calon pasangan yang jauh banget dari kriteria idaman tapi setelah menikah Maa syaa Allah ternyata pasangan kita itu memiliki kepribadian yang luar biasa membuat hati kita tak henti-hentinya bersyukur.

Terkait kesempurnaan itu saya ingin sedikit mengutip penjelasan Ahmad Rifai Rifan dalam prolognya di buku The Perfect Muslimah.

"Tidak ada satu pun manusia yang sempurna. Memang seperti itu kenyataannya. Akan tetapi pada waktu yang sama Allah juga memerintahkan kita agar berusaha menjadi pribadi yang sempurna atau setidaknya mendekati kesempurnaan. Mungkin kita berpikir, mengapa kita diperintahkan melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi kenyataan? Adakah kesalahan dalam perintah ini? Tidak! Jawaban pokoknya ternyata terletak pada relativitas kesempurnaan yang diyakini oleh masing-masing manusia. Iya sempurna itu relatif. Kapankan manusia bisa disebut sempurna? Yakni saat kemampuan kita sudah mencapai batas maksimum untuk berkembang. Kita sudah menggunakan segala daya, upaya, kerja keras, perjuangan hingga pada batas maksimum yang kita mampu"

Artinya apa? Bukan berarti karena jodoh kita telah ditetapkan oleh Allah lantas kita merasa tidak perlu lagi menjemput jodoh yang sesuai dengan kriteria impian. Kita asal saja menerima lelaki mana pun yang datang melamar kita atau bebas melamar wanita mana pun tanpa mempertimbangkan kriteria jodoh impian yang seharusnya kita usahakan dan perjuangkan sampai kemampuan kita mencapai batas maksimumnya.

Allah tidak mungkin mengubah keadaan diri kita kalau bukan kita sendiri yang mengubahnya. Pengen pasangan yang hapal Qur'an, tapi kita boro-boro hapal Al-Qur'an, sentuh Al-Qur'an saja jarang. Duh. Pengen calon istri/suami yang baik hati tapi suka berkata kasar, hobi main judi dan minum-minum,  aih, bagaimana ceritanya?

Jodoh itu cerminan diri lho. Seperti apa diri kita sekarang, seperti itu pula jodoh kita kelak. Kalau saat ini, kita sedang gigih menuntut ilmu agama, jodoh kita juga sedang fokus menuntut ilmu agama. Kalau saat ini kita memutuskan berhijrah, jodoh kita pun sedang menempuh jalan hijrah. Kalau saat ini kita malah asyik dengan gemerlapnya dunia, jodoh kita juga sedang terlena dengan fatamorgana. Kalau saat ini kita jauh dari Allah, bukan tidak mungkin Allah ikut menjauhkan kita dengan jodoh yang telah ditetapkan-Nya.

Jadi sebenarnya gampang saja kan, mengetahui seperti apa jodoh kita kelak. Cukup dengan bercermin dan lihat, apakah diri kita telah menjadi baik atau masih terseok-seok dalam keburukan. Kita mengharapkan jodoh yang baik tapi ternyata kita sendiri masih jauh dari kebaikan. Kita mendamba imam yang taat tapi ternyata kita sendiri masih jauh dari ketaatan. Lantas ketika Allah mengulurkan jodoh yang tidak sesuai dengan keinginan kita bahkan jauh dari yang diharapkan, justru kita yang protes, sulit menerima, tidak bersyukur.

Padahal persoalan Allah mengulurkan jodoh yang sesuai atau tidak dengan kriteria yang kita impikan itu urusan belakangan. Malah sebenarnya nggak perlu terlalu mengkhawatirkan siapa sosok yang kelak akan menggenapkan separuh dien kita. Sebab mau tidak mau, kita pasti akan bersatu dengan jodoh yang telah Allah takdirkan. Percaya saja pada-Nya. Tugas kita yang utama, cukup fokus berusaha membuktikan di hadapan Allah bahwa kita pantas dan layak mendapatkan jodoh yang sesuai dengan kriteria impian kita. Coba deh tanyakan pada diri; apakah dalam menjemput jodoh itu kita sudah mengerahkan segenap ikhtiar hingga mencapai batas maksimum atau asal pasrah menerima siapa saja yang bakal jadi jodoh kita tanpa usaha sedikit pun?

Nah, ini poin pentingnya; mengapa kita perlu menentukan kriteria jodoh impian sekali pun jodoh kita telah ditetapkan? Karena ikut menentukannya itu juga merupakan bagian dari ikhtiar. Karena kita tetap harus mengupayakan apa yang kita inginkan. Tidak lantas berputus asa dan menyerah pada takdir begitu saja.

Please, bedakan ya orang yang berputus asa dengan orang yang pasrah dengan keputusan Allah alias tawakal. Orang yang berputus asa adalah orang yang udah nyerah duluan padahal belum berusaha maksimal atau yang parahnya belum mencoba udah angkat tangan. Udah mengaku kalah pertama, bilangnya nggak bisa, nggak sanggup padahal belum menghadapi medannya. Lupa minta sama yang memberi kekuatan, atau kalau minta pun (doa, red) nggak sungguh-sungguh. Mintanya cuma sekali dua kali, udah. Nyerah. Sementara orang yang tawakal itu sebaliknya, tidak langsung pasrah pada keadaaan, melainkan pasrahnya pada yang Kuasa. Tentu, setelah mengajukan pinta dan mengerahkan upayanya semaksimal mungkin. Pintanya banyak. Berkali-kali. Nggak cuma sekali dua kali. Sungguh-sungguh pula. Di tiap sujud-sujud panjangnya. Di waktu-waktu yang mustajab. Di setiap kesempatan. Kerjanya pun bukan cuma meminta tapi ia iringi pula dengan segenap usaha tanpa putus asa.

Dalam hal menjemput jodoh ini,  bentuk usahanya ya mengajukan atau menerima proposal ta'aruf yang di dalamnya tertera jelas kriteria calon pasangan yang ia dambakan. Kriteria yang ia tuliskan berdasarkan keadaan dirinya. Setidaknya jauh-jauh hari, semenjak terbesit niat hendak menyempurnakan separuh agamanya, ia segera menentukan kriteria jodoh impiannya dan itulah yang ia upayakan. Ia ingin jodoh yang baik dan taat sehingga ia pun berusaha menjadi pribadi yang baik dan taat. Ia ingin jodohnya adalah seorang hafidz/ah sehingga ia pun berusaha untuk menghapalkan Al-Qur'an. Ia menginginkan jodoh yang rajin menghadiri taman-taman surga (majelis-majelis ilmu) sehingga ia pun berusaha rajin menuntut ilmu. Namun tentu alasan di balik semua usahanya itu bukan semata-mata demi menggapai jodoh yang diimpikan.  Lebih dari itu, usahanya untuk menjadi baik, dapat menghapal Al-Qur'an dan menjadi penuntut ilmu agama adalah bentuk pengharapannya pada Allah agar diberikan jodoh yang serupa. Sebab Allah sendiri yang menjanjikan bahwa laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik sebaliknya perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik pula. Adapun laki-laki yang munafik adalah untuk perempuan yang munafik begitu pun perempuan yang munafik adalah untuk laki-laki munafik pula.

Ya, jodoh kita adalah yang kita upayakan. Jika kita bersungguh-sungguh menjadi baik karena-Nya, Allah pun akan mendatangkang pasangan yang baik dalam hidup kita. Sebaliknya, jika kita berpura-pura baik hanya kerena mengharap dapat jodoh yang baik, bukan semata-mata karena Allah ta'ala maka boleh jadi Dia akan menghadirkan jodoh yang juga berpura-pura baik untuk kita.

Lantas bagaimana dengan laki-laki yang buruk perangainya namun ternyata berjodoh dengan perempuan yang cantik akhlaknya begitupula sebaliknya? Atau apakah jika diri kita baik, kita sudah pasti dipertemukan dengan jodoh yang baik atau sebaliknya jika kita buruk maka kita akan dipertemukan pula dengan jodoh yang buruk? Apakah rumusnya selalu seperti itu? Jika iya, pertanyaan yang muncul kemudian; mengapa seorang Asiah, salah satu wanita terbaik yang telah dijamin surga bersuamikan Firaun yang lancang mengaku dirinya Tuhan, atau bagaimana dengan Nabi Nuh dan nabi Luth yang keduanya beristri durhaka? Bukankanh keimanan ketiganya, Asiah, nabi Nuh dan Nabi Luth tak diragukan. Mereka termasuk hamba yang shalih dan shalihah lantas mengapa Allah menakdirkan mereka memiliki pasangan yang kufur lagi kafir?

Wallaahu a'lama bisshawab. Janji Allah adalah pasti. Dia tidak pernah menyalahi janji-Nya. Cukuplah kita yakini; pasangan hidup kita kelak adalah cerminan diri kita. Kalau pun di kemudian hari kita malah berjodoh dengan pasangan yang pribadinya berbanding terbalik dengan diri kita, bukan berarti ada yang salah dengan janji Allah. Kita-lah yang perlu mengoreksi diri.  Jangan sampai timbul ujub dalam dada, sampai-sampai menganggap diri kita baik lalu merendahkan pasangan kita. Kita mengaku diri shalih/ah lantas mencap pasangan kita buruk. Padahal kita hanya belum tahu kebaikan apa yang tersembunyi di balik kekurangan pasangan kita. Atau boleh jadi Allah sengaja menjodohkan kita dengan pasangan yang buruk perangainya dengan maksud tertentu. Boleh jadi Allah menghadirkan jodoh itu sebagai ujian yang dapat mengangkat derajat keimanan kita atau dengan menjadikan kita sebagai perantara yang dapat menghantarkan jodoh kita menggapai hidayah-Nya. Ya, boleh jadi demikian, kan? Lagipula; kita nggak pernah tahu akhir hidup seseorang seperti apa termasuk akhir hidup kita sendiri. Khusnul, kah? su'ul, kah? surga atau neraka? Wallaahu a'lam.

So, kita nggak bisa asal menjudge seseorang apalagi pasangan kita sendiri hanya dengan menilai masa lalu atau masa sekarangnya yang buruk, karena boleh jadi di masa depan ia justru menjadi orang yang lebih mulia dari kita. Pasangan yang menjadi sebab dimasukkannya kita ke surga. Seseorang akan yang melindungi kita dan anak-anak dari siksaan api neraka. Olehnya, jika ternyata kita berjodoh dengan pasangan yang buruk akhlaknya jangan langsung mencap yang nggak-nggak, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah. Tetap husnuzhon. Tetap memohon kebaikan untuk pasangan kita. Tetap ikhtiar, perlakukan pasangan kita dengan baik dan lemah lembut meski perlakuannya terhadap kita kasar.

Well, barangkali kita anggap sepele apa yang telah kita usahakan sejak sebelum hingga bertemu sang jodoh, tapi Allah tidak kok. Dia dengar doa-doa kita. Dia lihat kerja-kerja kita. Apa yang kita pinta? Apa yang kita usahakan selama ini pasti Allah penuhi. Mungkin memang tidak langsung diijabah-Nya. Tapi nanti. Pasti.

Atau bila kasusnya seperti Asiah yang bersuamikan Fir'aun laknatullaah atau nabi Nuh dan Nabi Luth yang istrinya durhaka maka saya tidak bisa memberi jawaban pasti namun saya ingin kalian bisa menemukan jawabannya sendiri dengan ikut mentadabburi tiga ayat terakhir di QS At-Tahrim dan membaca tulisan mbak Afifah Afrah tentang Perempuan Sempurna yang sengaja saya post di kamar kenangan ini.

Intinya sih, jika kita mendamba jodoh yang baik ya kita harus menjadi baik pula. Kalau pun nanti dapatnya jodoh yang nggak baik ya kita tetap harus menjadi baik. Karena apa? Karena Allah semata. Jangan sampai, karena dapetnya jodoh yang nggak baik, kita jadi berburuk sangka sama Allah, tidak terima, tidak bersyukur trus ujung-ujungnya justru kita yang terjerembat. Ikut-ikutan jadi pasangan yang nggak baik juga. Maka terbuktilah janji Allah, laki-laki yang nggak baik untuk perempuan yang nggak baik dan perempuan yang nggak baik untuk laki-laki yang nggak baik pula.

Beda halnya dengan kasus Asiah, Nabi Nuh dan Nabi Luth yang meski ditakdirkan hidup dengan pasangan yang pembangkang, mereka tetap taat pada Tuhan-Nya. Tidak terpengaruh sama sekali dengan keburukan pasangannya. Maka, kelak mereka pun akan dipertemukan dengan jodoh yang baik dan taat di surga. Sungguh, janji Allah itu pasti.

Oh ya, mungkin, kita mengira pasangan yang duduk di pelaminan dengan kita adalah jodoh. Padahal jodoh yang sebenarnya adalah yang tidak pernah berpisah dengan kita. Baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia bersama menapak di jalan kebaikan, di akhirat pun melangkah beriringan ke surga berdua. Tapi meski di dunia bersama, kalau di akhiratnya berpisah ya sama saja bukan jodoh. Lebih-lebih yang di dunia udah memilih berpisah padahal baru menikah sekian bulan. Yang kayak gitu mah namanya bukan jodoh eh atau bolehlah dibilang jodoh tapi jodoh sementara bukan jodoh selamanya. Yang namanya jodoh selamanya itu ya yang sehidup sesurga dengan kita. In syaa Allaah.

Sampai di sini, semoga kita sudah benar-benar paham dengan kriteria jodoh impian yang seharusnya kita jemput. Pilihannya hanya ada dua. Jodoh sementara ataukah jodoh selamanya? Jika sudah paham dengan konsepnya, kita pasti memilih pilihan yang kedua (jodoh selamanya) sehingga kriteria jodoh yang kita impikan pun sesuai dengan kriteria jodoh selamanya.


Share
Tweet
Pin
No comments
Perjalanan 60 tahun bukan perjalanan yang singkat. Suka-duka, jatuh-bangun, lika-liku telah mewarnai perjalanan Astra. Perusahaan yang berawal dari sebuah perdagangan umum yang didirikan oleh kakak beradik William Soerdjadjaya dan Tjia Kian Tie pada tahun 1957 dengan nama PT Astra International Inc, yang kemudian berganti nama menjadi PT Astra International Tbk pada tahun 1990 ini telah menjelma menjadi raksasa bisnis dan termasuk salah satu  kelompok usaha terbesar di Indonesia. Astra yang semula hanya sebuah perusahaan dagang dengan sedikit karyawan yang beroperasi di sebuah kantor kecil  di Jakarta kini telah telah berkembang pesat dengan mengendalikan 202 anak perusahaan, ventura bersama dan entitas asosiasi dengan didukung oleh lebih dari 218.773 karyawan dan berhasil meraih net profit menyentuh angka 15,6 trilyun pada tahun 2016 lalu.

Per Aspera ad Astra
“Berjuang dan menembus segala tantangan untuk mencapai bintang”
(Moto Astra)

Perjalanan Astra mencapai bintang memang bukan perjalanan yang mudah dan lurus, banyak kelokan, kerikil tajam, dan aral yang melintang. Butuh perjuangan yang keras dan pantang menyerah untuk menembus segala tantangan tersebut. Namun bukan hal yang mustahil mewujudkannya. Astra berani bertindak nyata sesuai motonya. Dilandasi oleh filososfi Catur Dharma dengan cita-cita hidup sejahterah bersama bangsa, Astra telah berusaha menginspirasi Indonesia lewat produk dan layanan yang berkualitas, sumber daya manusia yang unggul serta konstribusi sosial yang berkelanjutan bagi bangsa dan negara selama enam dekade ini. Bahkan sejak tahun 2011, Astra telah menerapkan tujuan jangka panjang, goal 2020 yaitu Pride of the Nation, menjadi identitas yang membanggakan negeri.

Demi mencapai tujuan tersebut, Astra fokus bergerak di tiga bidang, yakni produk dan layanan, Sumber Daya Manusia dan Kontribusi Sosial dengan menjalankan Strategic Triple-P Roadmap yang mencakup Portofolio Roadmap, People Roadmap dan Public Contribution Roadmap. Ketiganya dijalankan dengan harapan agar PT Astra Internasional, Tbk senantiasa tumbuh berimbang untuk memberi manfaat yang menginspirasi negeri.
  
             PRODUK DAN LAYANAN

Jika berbicara tentang Astra sebagian besar masyarakat awam mungkin lebih mengenal perusahaan tersebut dengan produk dan layanan tertentu. Terutama sebagai perusahan yang bergerak di bidang otomotif. Mengingat nama Astra memang telah melekat pada kendaraan sepeda motor Honda maupun mobil seperti Toyota dan Daihatsu yang telah didistribusinya sejak lama, sehingga wajar bila masyarakat mengidentikkan Astra dengan produk dan layanan tersebut. Padahal yang sebenarnya Astra adalah perusahaan besar yang di usianya yang ke 60 tahun ini telah memiliki lebih dari 200 anak perusahaan dan mempekerjakan lebih dari 200.000 karyawan. 

Selain motor dan mobil, sadar atau tanpa disadari, masyarakat Indonesia selama ini telah menggunakan jalanan tol, printer, hingga layanan pembiayaan, perbankan  dan asuransi yang ternyata berasal dari perusahaan Astra. Pelaku bisnis yang bermitra dengan Astra pun sering memanfaatkan berbagai kendaraan komersial, alat berat, layanan logistik, sistem teknologi informasi dan jasa pertambangan dari perusahaan tersebut. Bahkan produk yang dihasilkan Astra, seperti minyak sawit, batu bara dan kendaraan bermotor juga terus diekspor sebagai bentuk konstribusi Astra dalam menyumbangkan devisa bagi negara.

Sepanjang perjalanannya, Astra memang senantiasa melakukan inovasi yang bermutu dan mengembangkan bisnisnya dengan menerapkan model bisnis berbasis sinergi dan terdiversikasi pada tujuh segmen usaha, yaitu :

Dalam menginspirasi masyarakat lewat produk dan layanan, Astra berpedoman pada filosofi Catur Dharma butir kedua, yakni memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Bagi Astra, pelanggan adalah pemangku kepentingan utama. Konsumenlah yang berada dibalik eksistensinya. Oleh sebab itu, memberikan produk dan layanan yang terbaik adalah salah satu fokus Astra dalam menjalankan bisnisnya. 

Salah satu pelayanan terbaik yang diberikan Astra adalah dengan menjalin komunikasi yang transparan dengan pelanggan. Astra membuka jalur komunikasi seluas-luasnya bagi para pelanggan melalui layanan customer service di gerai-gerai Grup Astra, telepon hotline service dan email di situs perusahaan. Alhasil, di penghujung tahun 2016, seluruh keluhan yang diterima Astra telah ditangani dan diselesaikan dengan baik dalam waktu yang bervariasi, paling cepat dalam jangka waktu sehari dan selambat-lambatnya satu pekan setelah keluhan pelanggan diterima. Pelayanan Astra di tahun 2017 ini  tentunya harus bisa lebih meningkat dari tahun sebelumnya.


Selain itu, untuk menghasilkan produk yang berkualitas, tidak terlepas dari integrasi para pemasok yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan. Sebab pemasok merupakan bagian dari rantai bisnis yang ikut berperan dalam keberlanjutan bisnis yang dijalankan Astra. Maka, dalam kebijakan pembelian barang dan jasa, Astra mengelola pemasok dengan baik melalui proses seleksi dan evaluasi pemasok. Tujuannya, sebagaimana yang tertera dalam Laporan Keberlanjutan tahun 2016 adalah untuk melindungi kepentingan bisnis Astra dan hak-hak mitra kerja dengan menjunjung prinsip  equal treatment  dan  transparansi sehingga hasil seleksi dapat  dipertanggungjawabkan serta mitra kerja yang terpilih mempunyai reputasi dan rekam jejak  yang baik selaras dengan etika bisnis Astra.

INSAN ASTRA

“Human resources supports Astra’s strategy as a whole and creates a harmony within Astra families in a long-term period of time”

Astra menyadari bahwa  Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset utama yang memegang peran penting bagi pencapaian kinerja yang baik secara berkelanjutan. Tujuan Pride The Nation Astra di tahun 2020 tidak mungkin tercapai tanpa dukungan SDM yang unggul. Oleh sebab itu, Astra memprioritaskan pola pengelolaan dan pengembangan SDM sebagai bagian dari strategi bisnisnya melalui pilar People Roadmap dengan maksud agar SDM dapat mendukung strategi Astra secara menyeluruh dan menciptakan keharmonisan dalam keluarga Astra dalam jangka panjang.

Pola pengelolaan Astra terhadap SDM yang unggul dimulai dengan merekrut karyawan terbaik sesuai standar korporasi dengan kriteria 2C yakni, competence (kompetensi) dan character (karakter) yang sejalan dengan filosofi Catur Dharma. Selain merekrut karyawan terbaik, Astra juga merekrut calon-calon pemimpin masa depan yang diikutsertakan dalam program persiapan dan pengembangan khusus seperti Astra General Management Trainee, Human Capital Trainee, Legal Trainee, Internal Audit Trainee, Corporate Communication Trainee dan program-program fungsional lainnya. Termasuk dalam peningkatan engengament.

Salah satu strategi utama Astra yang berkaitan dengan pengelolaan karyawan atau engengament adalah meningkatkan keterikatan karyawan. Dengan memiliki karyawan dengan keterikatan yang tinggi, baik Astra maupun karyawan akan mampu mencapai tujuan bersama. Agar terciptanya iklim kerja yang nyaman bagi seluruh karyawan yang tentunya akan berpengaruh dalam menghasilkan karya terbaik untuk perusahaan sehingga Astra turut menyelenggarakan program khusus mengenai keterikatan karyawan. Program tersebut antara lain Employe Value Proposition Project, Astra Mencari Bakat dan Partnership Expedition.

Komitmen Astra untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas SDM juga diapplikasikan melalui pelaksanaan program pengembangan kompetensi. Astra memberikan kesempatan kepada seluruh karyawan untuk mengembangkan kompetensi dan karir mereka dalam rangka membangun bisnis yang berkesinambungan. Program tersebut antara lain ;
  • Astra Leadership Development Program ini terdiri atas Astra Basic Management Program (ABMP), Astra First-line Management Program (AFMP), Astra Middle Management Program (AMMP), Astra Senior Management Program (ASrMP), Astra General Management Program (AGMP), Astra Executive Program (AEP) dan Astra Advanced Executive Program.
  • Expert Management and Development 
  • Industrial Relation Update
  • Pelatihan Kompetensi Fungsional yang meliputi, Human Resource, Human Resources Officer Development, HC Technical, Pelatihan di bidang LK3 dan CSR yang terdiri atas pelatihan untuk pelaksana fungsi LK3 dan CSR seperti: Ahli K3 Umum, Astra Green Company, Astra Friendly Company, Proper, Incident Investigator, Perencanaan dan Pelaksanaan CSR, dan lain-lain. 
Selain program-program yang disebutkan di atas, masih banyak program lainnya yang dilaksanakan Astra secara berkesinambungan dalam rangka menghadirkan insan-insan Astra yang unggul dan terdepan, termasuk program yang berkaitan dengan hubungan industri, kesempatan kesetaraan dan kesejahteraan karyawan pun tidak luput dari perhatian Astra.  Tak ketinggalan, Astra juga menyelenggarakan program InnovAstra yang merupakan ajang tahunan dalam menampilkan dan menghargai kemampuan seluruh insan astra di negeri ini.

Dalam mengelola dan mengembangkan SDM, Astra senantiasa berusaha mencapai yang terbaik. Hal ini sesuai dengan filosofi Catur Dharma butir keempat. Untuk mencapai segala yang terbaik, tentunya Astra harus senantiasa melakukan inovasi-inovasi dalam menjalankan bisnisnya. 

Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto dalam Ajang InnovAstra bulan Maret lalu mengatakan ;

Tidak ada bisnis yang mampu bertahan lama tanpa melakukan Inovasi. Inovasi menjadi kunci utama agar bisnis dapat terus berkembang secara berkelanjutan dan mendapatkan pangsa pasar baru. Tanpa inovasi yang baik sebuah perusahaan tidak akan selamanya berada di atas. Inovasi adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Jika tidak melakukannya, perusahaan akan hilang dan hanya tinggal nama. Oleh sebab itu sejak tahun 1980 hingga saat ini. Astra telah melaksanakan sebuah kompetisi InnovAstra yang merupakan wujud apresiasi bagi para inovator di Grup Astra.
  
Pada tahun 2017 ini, InnovAstra mengangkat tema “Building Up Our Natural Capabilities” yang turut dimeriahkan pula dengan adanya seminar InnovNation. Seminar tersebut dilaksanakan dengan tujuan agar Astra dapat berbagi pengetahuan dan best practice yang telah dilakukan perusahaannya kepada masyarakat secara luas, seperti akademisi, pelaku bisnis dan komunitas tentang bagaimana cara mengembangkan kompetensi untuk menjadikan perusahaan unggul serta memiliki kualitas kelas dunia.


Ada lima kategori yang dilombakan dalam ajang InnovAstra setiap tahunnya, yaitu Suggestion System (SS), Quality Control Circle (QCC), Quality Control Project (QCP), Business Performance Improvement (BPI), dan Value Chain Innovation (VCI). Hingga tahun 2016, t
otal proyek yang dihasilkan dari lima kategori di atas mencapai 698.756 proyek. Sementara itu, jumlah total proyek dari seluruh kategori sejak awal pelaksanaan, yaitu dari 1980 hingga 2017 adalah 7.390.385 proyek.


Sebuah ajang inovasi yang sungguh mengagumkan dan tentunya sangat menginspirasi negeri ini. Tak heran bila Astra berhasil meraih predikat The Best Company di tahun 2016, sebuah penghargan yang diberikan hanya kepada satu perusahaan dari setiap negara oleh Majalah Finance Asia.



KONSTRIBUSI SOSIAL 


Perjalanan Astra dalam menginspirasi negeri tidak hanya dengan menghasilkan produk dan layanan yang berkualitas serta mencetak SDM yang unggul, lebih dari itu, Astra tampil sebagai perusahaan yang tidak berorientasi pada profit semata. Sejalan dengan filosofi Catur Dharma, butir pertama, Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi bangsa dan Negara, Astra senantiasa berupaya menyeimbangkan antara kepentingan bisnis dengan sosial dan lingkungan.


Astra melaksanakan tanggung jawab sosial ini kepada dua subyek yakni stekholder internal perusahaan melalui pengelolaan LK3 (Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan stekholder eksternal yang diterapkan kepada masyarakat Indonesia pada umumnya melalui 4 pilar Corporate Social responsibility (CSR) Astra, yaitu Astra untuk Indonesia Sehat, Astra untuk Indonesia Cerdas, Astra untuk Indonesia Hijau dan Astra untuk Indonesia Kreatif yang dirangkum dalam Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia).


Dalam bidang LK3, Astra berupaya mencegah terjadinya kecelakaan dan meminimalkan dampak lingkungan. Langkah strategis yang dilakukan Astra kemudian adalah dengan mengadakan Astra Green Energy Award untuk pertama kalinya pada tahun 2016 sebagai bentuk upaya Astra untuk efisiensi energi dan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca. Hasilnya, ada 5 perusahaan Astra yang berhasil meraih grade A, yang artinya kelima perusahaan tersebut telah memiliki sistem manajemen energi yang terintegrasi dan berkelanjutan.


Sedangkan dalam bidang CSR, terdapat 4 pilar utama kegiatan yang meliputi, kesehatan, pendidikan, lingkungan dan kewirausahaan. Keempat pilar telah dikembangkan Astra dengan membentuk komunitas melalui Kampung Berseri Astra yang disingkat KBA. Nah, melalui KBA ini masyarakat bersama perusahaan Astra bahu membahu dalam mewujudkan kampung yang Sehat, Bersih, Cerdas dan Produktif.

PROGRAM YANG DILAKUKAN DI KBA, APA SAJA? 

  • Di bidang kesehatan, terdapat program pembinaan posyandu, sanitasi, dan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
  • Di bidang pendididikan, terdapat program Adiwiyata, PAUD dan beasisiwa
  • Di bidang lingkungan, terdapat program penghijauan lingkungan, pusat pembudidayaan tanaman, pengolahan sampah terpadu dan pembuatan kompas masyarakat
  • Di bidang wirausaha, masyarakat KBA diberdayakan dengan memiliki bisnis UMKM atau program kewirausahaan lainnya
Selain KBA, tentu saja Astra punya program tertentu di masing-masing bidang seperti yang sudah disinggung sebelumnya. Ada Astra untuk Indonesia Sehat, Astra untuk Indonesia Cerdas, Astra untuk Indonesia Hijau dan Astra untuk Indonesia Kreatif. 


Astra untuk Indonesia Sehat


Sebagai perusahaan yang becita-cita sejahterah bersama bangsa, Astra menyadari bahwa kesehatan merupakan aspek penting dalam meningkat kesejahteraan masyarakat.  Sehingga untuk mewujudkan cita-citanya itu, Astra turut andil dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di negeri ini melalui generAKSISEHATIndonesia (GSI) yang telah dimulai sejak tahun 2014. Pada tahun 2016, melalui GSI ini, Astra menyerahkan bantuan kacamata sebanyak 6.000 buah untuk anak-anak di daerah terluar Indonesia, sehingga jumlah total donasi selama dua tahun itu telah mencapai 15.048

Selain generAKSISEHATIndonesia, Astra untuk Indonesia Sehat ini juga diterapkan melalui Mokestra (Mobil Kesehatan Astra), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan berbagai rangkaian kegiatan aksi donor darah.


Astra Untuk Indonesia Cerdas

Pendidikan merupakan aspek yang tak kalah penting dalam memajukan dan mensejahterakan suatu bangsa. Kepeduliaan Astra dalam bidang ini terwujud dengan CSR-nya yang hingga tahun 2016 telah menyentuh para peserta didik dan guru di berbagai wilayah di Indonesia melalui beberapa program yang menunjang pendidikan di Indonesia, di antaranya :
  • Senyum Sahabat PAUD Astra, melalui program ini Astra aktif berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini
  • SMK Bisa, melalui program ini Astra turut melatih jiwa inovasi guru dan siswa SMK binaan sehingga diharapkan SMK tersebut menghasilkan produk-produk yang inovatif.
  • Karya Inovasi Guru, melalui program ini Astra turut membangkitkan guru-guru binaannya untuk melakukan inovasi dan terobosan baru dalam dunia pendidikan
  • Beasiswa Astra, melalui program ini Astra turut mendukung pendidikan mulai dari pelajar tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi termasuk tenaga pengajar yang menempuh pendidikan master dan doktoral serta bantuan biaya penelitian
  • Rumah Pintar Astra , melalui program ini Astra membangun wahana tempat belajar bagi ibu dan anak  melalui berbagai sumber pembelajaran.
Selain kelima program tersebut, pada tahun 2016,  Astra mengajak masyrakat Indonesia untuk turut serta dalam GenerAKSICERDASIndonesia  dengan menyebarkan kisah inspiratif guru, pelatih dan sosok pengajar lainnya melalui cerita inspiratif yang diunggah ke web Satu Indonesia. Di akhir periode terkumpul 7.081 cerita inspiratif yang kemudian dikonversi Astra dengan memberikan bantuan 6.000 pasang sepatu dan 1.081 tas untuk anak-anak di daerah Pra Sejahterah. Di tahun 2016, paket tersebut disebarkan di Kabupaten Nias (Sumatera Utara), Kabupaten Biak Numfor (Papua) dan di Kabupaten Sumba Barat (Nusa Tenggara Timur).

Astra Untuk Indonesia Hijau

Astra meyakini bahwa pertumbuhan bisnis tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan dan alam di sekitarnya. Oleh sebab itu, Astra sangat peduli dan turut dalam melestarikan lingkungan dan alam sekitarnya. Sebagai bentuk konstribusi dan kepeduliannya terhadap lingkungan dan alam sekitar, Astra telah melakukan berbagai kegiatan penghijauan, di antaranya, Astra menghijaukan Taman Nasional Gunung Halimun yang terletak di Sukabumi dengan 55.000 pohon, di Bali tepatnya di lokasi Hutan Puakan,  Astra sukses menggelar aksi 1.000 penanaman pohon untuk melestarikan hutan tersebut, bahkan melalui Astra Forest, Astra bersama  Perum Perhutani membangun Haroto Pusako yang merupakan kawasan hutan konservasi keanekaragaman hayati. Di kawasan tersebut, Astra telah menanan 3.925 pohon buah langka yang terdiri dari 23 jenis buah langka. Astra juga tidak luput aktif kampanye dalam rangka mempromosikan kegiatan ramah lingkungan yang melibatkan masyarakat melalui Astra life green lifestyle yang kegiatannya meliputi pembuatan biopori, uji emisi, dan green run. Kegiatan Astra Green Lifestyle hingga tahun 2016 telah dilaksanakan di 24 kegiatan di 11 wilayah di Indonesia serta diikuti oleh lebih dari 25.000 peserta.

Setidaknya yang tercatat hingga tahun 2016, Astra telah berkonstribusi melakukan penghijauan dengan menanam 4.444.947 pohon, 1.103.943 untuk pohon mangrove, membuka 27.349 ruang terbuka hijau dan turut menghadirkan 17 bank sampah.

Astra untuk Indonesia Kreatif

Astra dengan CSR-nya juga turut berperan dalam mendorong terciptanya lapangan kerja dan kemandirian masyarakat yang merupakan bagian dari bidang kewirausahaan.  Melalui program Astra Start-up Challenge (ASC) program yang didukung oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia, Astra membantu generasi muda yang berusia sekitar 18-35 tahun untuk meningkatkan motivasi dan inovasi dalam berwirausaha secara kreatif. Program ini mendukung start-up untuk berkembang menjadi institusi bisnis yang siap tumbuh dan menghadapi persaingan. Selanjutnya ada Pembinaan “AKU BISA” yang merupakan akronim dari Asosiasi Kelompok Usaha Binaan Astra. Program  ini merupakan kumpulan wirausaha binaan yang dikembangkan menjadi sentra, antara lain dengan pemusatan kegiatan bank sampah, konveksi, kain majun, penyewaan lapangan futsal, katering makanan, kerajinan tangan dan lele.

Selain program yang dikembangkan oleh korporat Astra, tiap instalasi anak perusahaan Astra juga turut serta memiliki daerah binaan sebagai upaya menumbuhkan usaha-usaha produktif bagi masyarakat di dekat perusahaan. Salah satunya adalah Bank Sampah. Astra membina Bank Sampah sebagai bentuk inisiatif dalam mengubah sampah menjadi bernilai ekonomis dengan mengajarkan kepada masyarakat untuk memilah dan mendayagunakan sampah. Astra juga mendukung dan memberdayakan penyandang disabilitas Indonesia melalui Astra Disability Connection Program. Hingga tahun 2016 Astra telah berpartisipasi  dalam membina dan menyandang 200 penyandang disabilitas melalui berbagai kegiatan

Selanjutnya, Astra masih punya segudang inovasi program lainnya yang juga merupakan bagian dari CSR Astra. Sebut saja IAABL yang merupakan singkatan dari Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas. Program ini merupakan wujud komitmen Astra untuk terus mengajak masyarakat membudayakan keselamatan berkendara di jalan raya. Atau Program Kampung Safety yang terletak di Kelurahan Pandear Lamper, Kecamatan Gayamsari, Semarang Jawa Tengah. Melalui program ini Astra melakukan pembinaan keselamatan berlalu lintas bagi 4.372 keluarga dan 14.969 warga. Astra juga punya Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Inddonesia) Award.

Sebagai upaya Astra dalam memberikan konstribusi sosial ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat sehingga Astra menyelenggarakan ajang Inspirasi Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia yang dikenal dengan SATU Indonesia Award. Ajang ini sudah diselenggarakan Astra sejak tahun 2010 hingga saat ini yang pesertanya berasal dari Banda Aceh hingga Jayapura dan jumlah pesertanya hingga saat ini telah mencapai lebih dari 10.000 peserta.

Tidak ketinggalan, sembilan yayasan Astra di bawah ini juga ikut berperan aktif dalam melaksanakan program tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dijalankan Astra.



Berbicara tentang perjalanan Astra memang tidak ada ujungnya. Dedikasi Astra untuk Indonesia sungguh tak diragukan lagi. Selama enam dekade perjalanan, Astra sangat menginspirasi semua pihak mulai dari kalangan bawah hingga atas, baik melalui produk dan layanannya yang berkualitas, sumber dayanya yang unggul dan konstribusi sosialnya yang terus berkelanjutan. Astra senantiasa memegang teguh filosofi Catur Dharma yakni "Menjadi Milik yang Bermanfaat Bagi Bangsa". Intinya dimana pun Astra berada, Astra selalu memberi manfaat dan menebar inspirasi kepada siapa saja. Terutama inspirasi Astra kepada Indonesia yang sudah tak berbilang jumlahnya. 

Bagi manusia, usia 60 tahun adalah usia yang telah melewati masa produktif. Tinggal menunggu ajal dan hidup akan berakhir. Namun bagi perusahan seperti Astra, usia 60 tahun telah memasuki usia yang sangat produktif dan berada di puncak dimana peran Astra dalam memberi konstribusi dan menginpirasi negeri ini, termasuk dalam ikut mensejahterahkan bangsa yang sesuai cita-citanya belum mengenal kata akhir. 

Dengan demikian, perjalanan Astra yang telah memasuk enam dekade bukanlah perjalanan yang akan segera berakhir. Perjalanan Astra tentu masih sangat panjang, bangsa belum sepenuhnya sejahterah dan Indonesia masih berkembang. Pride the Nation yang merupakan goal 2020 Astra pun tinggal tiga tahun lagi. Perjalanan Astra masih berlanjut dan tentu tidak akan berhenti di 2020 saja.

Harapan agar Astra dapat menjadi perusahaan yang membanggakan bangsa mudah-mudahan terwujud di tahun 2020. 60 tahun Astra, Semangat menginspirasi. Tetaplah menjadi perusahaan yang selalu menebar inspirasi untuk Indonesia. 




Referensi :

Annual Report, 2016
http://www.astra.co.id
http://www.astra.satu-indonesia.com
http://ekonomi.kompas.com/read/2017/03/15/200720126/innovastra.hasilkan.jutaan.proyek.inovatif

Share
Tweet
Pin
15 comments

Bismillahirrahmaanirrahiim

Menjelang delapan bulan usia pernikahan saya dan suami, pertanyaan-pertanyaan senada seperti ini mulai kerap terlontar dari orang-orang di sekeliling kami.

"Udah isi belum"

"Udah berapa bulan"

"Istrinya udah hamil"

"Kok belum isi, coba deh pergi ke tukang urut atau konsumsi suplemen ini, itu dan bla bla bla.

Entah maksud bertanya mereka sekadar basa-basi, kepo atau benar-benar menunjukkan perhatian. Whatever.

Saya positif thinking saja, mereka yang mengajukan pertanyaan demikian benar-benar "care" sama saya dan suami. So What?

Baca juga Lima Pertanyaan yang Tidak Lepas dari Perjalanan Hidup Kamu

Apa yang salah dari pertanyaan tersebut? Tidak ada, maybe. Si penanya mungkin menganggap biasa-biasa saja namun bagi yang ditanya, you know what efek yang mereka rasakan akibat pertanyaan yang sebenarnya sensitif itu.

Baiklah, sejujurnya saya tidak suka ditodong dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kehidupan personal saya dengan suami sebagaimana saya juga berusaha menahan diri untuk tidak menanyakan hal-hal yang menyangkut kehidupan personal rumah tangga orang lain. Saya terlalu khawatir kalau-kalau pertanyaan saya justru menjadi sebab mendung di wajah atau tangis di hati orang lain. Apalagi bila pertanyaan yang diajukan menyangkut masalah anak yang sepenuhnya merupakan hak Allah ta'ala.

Baca juga Lima Hal Ini yang Patut Diwaspadai Bila Keseringan Ditanya Masalah Personal

"Allah yang memberikan anak perempuan kepada yang Dia kehendaki, Allah yang memberikan anak laki-laki kepada yang Dia kehendaki atau menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan kepada yang Dia kehendaki dan menjadikan mandul kepada siapa yang Dia kehendaki" (As-Syu'ara 49-50)

Bersyukurlah pasangan pengantin yang baru sebulan, dua bulan atau tiga bulan menikah langsung diberi "amanah itu" setidaknya ia tidak mengalami bagaimana rasanya ditodong pertanyaan yang membuat ia pun ikut bertanya kepada Tuhan atas "anugerah" yang Tuhan berikan kepada pasangan lain sementara belum padanya. Atas perasaan sedih yang ia rasakan ketika melihat wanita lain berbagi kebahagiaanya dengan menunjukkan hasil testpack bertanda garis dua, mengenai perkembangan janin dalam rahimnya atau dengan memperlihatkan hasil USG di akun media sosialnya.

Sedangkan bagi mereka, pasangan yang belum memiliki momongan, hei, apalagi yang bisa kita lakukan selain BERSABAR dan menjulangkan doa serta harapan yang melangit agar Tuhan kelak "memberi amanah" itu juga pada kita.

Rabbi Habbli Minashhalihin, Rabbi Habbli Minashhalihin, Rabbi Habbli Minashhalihin.

I know, saya dan suami tak mengalami penantian ini sendiri. UJIAN yang diberikan kepada kami tentu belum seberapa. Pernikahan kami bahkan baru menginjak usia tujuh bulan belum berbilang tahun sementara di luar sana masih banyak pasangan yang usia pernikahannya telah menginjak tiga tahun, lima tahun, tujuh tahun bahkan sampai berbelas tahun lamanya dan belum jua dikaruniai sang buah hati, namun doa mereka tak pernah henti, harapan mereka pun tak kunjung padam. Mereka tetap ikhtiar lalu tawakal. Tak pernah berputus asa dari rahmat Allah.

So, please. Jangan lagi bertanya "why" cukup doakan yang terbaik untuk kami.

In syaa Allah, barangkali sebagaimana jodoh atau pun rejeki bahkan kematian, apa-apa yang telah ditetapkan untuk kita pasti ada masanya. Tinggal persoalan waktu saja. Believe, Takdir Tuhan selalu datang di waktu yang tepat sebab Tuhan Tahu yang Terbaik buat Hamba-Nya.


Share
Tweet
Pin
1 comments
Bismillaahirrahmaanirrahiim



Jarak bukanlah penghalang bagi sepasang insan yang ditakdirkan berjodoh. Walau terpisah antar pulau atau benua sekali pun, bila Tuhan sudah menetapkan, yang namanya jodoh pasti bertemu jua.

Teknologi yang berkembang pesat dan semakin canggih di era digital ini tentu sangat memudahkan kita dalam berinteraksi jarak jauh, termasuk ketika hendak berproses menjemput jodoh dan ya, saya sudah membuktikannya.

Tujuh bulan lalu saya menjalani proses menuju halal dengan lelaki yang menetap di Makassar sementara saya tinggal di Papua. Tepatnya di kota Serui, Kepulauan Yapen. Jarak yang terbentang di antara kami tidak bisa dibilang dekat. Bila melewati jalur laut dari Pelabuhan Makassar ke Pelabuhan tempat tinggal saya bisa memakan waktu sampai lima hari empat malam di atas kapal. Namun tentu saja bila menempuh jalur udara perjalanan tersebut bisa dibilang dekat karena hanya memakan waktu sekitar empat sampai lima jam (dengan dua kali penerbangan).

Berhubung saya dan calon suami tak bisa meninggalkan pekerjaan masing-masing sehingga proses yang kami lewati mulai dari tahap kenalan, lamaran hingga persiapan melangsungkan pernikahan dari bulan Januari hingga awal bulan April lalu kami komunikasikan secara tidak langsung lewat telepon atau chatting. 

Baru dua hari menjelang pernikahan calon suami saya didampingi kakeknya terbang dari pulau Sulawesi ke Pulau Papua dan kami baru bertemu untuk kedua kalinya satu hari menjelang hari H. Oh ya, pertemuan pertama kami berlangsung tiga tahun sebelumnya saat menghadiri acara meet up sebuah komunitas sosial di kota Makassar. Berawal dari pertemuan tersebut kami jadi berteman di social media namun tidak sampai menjalin komunikasi secara intens. Sempat sih ngobrol sebatas kenalan tapi via chat saja.

Saat pertemuan itu saya masih berstatus sebagai mahasiswi tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi yang ada di kota Makassar. Pasca wisuda tahun 2014 silam saya balik ke tanah kelahiran di Papua, meninggalkan Makassar tanpa pernah menyangka bahwa jodoh saya ternyata adalah lelaki yang pernah saya temui sekali di kota yang telah saya tinggalkan. Kalau diingat-ingat kembali proses yang telah kami lalui rasanya seperti sulit dicerna akal tapi ya begitulah jodoh. Tuhan selalu punya cara terbaik menyatukan sepasang insan yang ditakdirkan bersatu.

Proses yang kami lalui pun terbilang singkat. Bahkan jarak antara waktu setelah lamaran dan tanggal pernikahan cuma berselang sebulan. Ditambah interaksi kami sebatas mengandalkan komunikasi jarak jauh. Tentu banyak yang harus kami persiapkan dalam jangka waktu sesingkat itu dengan keterbatasan interaksi. Mulai dari urus undangan, dokumen surat nikah di KUA, fitting baju pengantin, menentukan gedung resepsi, mencari tempat jasa make up  sampai hal yang tak kalah penting, urusan perjalanan.

Ya, karena jarak saya dan calon suami hingga tiga hari menjelang hari H masih terbentang pulau sehingga lancarnya acara pernikahan kami tentu sangat bergantung juga dengan lancarnya perjalanan yang bakal ditempuh calon suami. Bayangkan saja, bila perjalanannya terkendala sesuatu maka kemungkinan rencana pernikahan kami bisa terancam batal terlaksana.

Well, saya cukup was-was dengan urusan yang satu ini. Bagaimana bila calon suami kehabisan tiket pesawat atau dapat tiket pesawat di luar budget yang dia siapkan mengingat persiapan pernikahan kami saja sudah menghabis begitu banyak biaya, atau bagaimana bila di waktu keberangkatan suami kehilangan tiket pesawatnya atau parahnya sampai ketinggalan pesawat. Demikian hal-hal yang mengacaukan pikiran saya.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang saya khawatirkan, calon suami di sana ternyata sudah lebih dulu bertindak. Rencana penerbangannya ke Papua tanggal 13 April 2017 dan dia sudah booking tiket langsung pulang-pergi sejak tanggal 20 Maret 2017 lewat salah satu layanan pemesanan tiket pesawat online yang menurutnya recomended banget. Layanan yang sama juga dia pilih saat memesan tiket pesawat untuk sang kakek yang turut mendampinginya.

Nah, mengenai layanan pemesanan tiket pesawat online yang dimaksud, tentu sudah tidak asing di telinga saya. Zaman sekarang siapa sih yang tidak kenal dengan Traveloka. Orang-orang di sekeliling saya sering membicarakan kemudahan yang mereka rasakan ketika melakukan perjalanan udara tanpa perlu dipusingkan dengan persoalan yang berhubungan dengan tiket pesawat. Menurut mereka, bila ingin memesan tiket pesawat yang praktis dan terjangkau, Traveloka jawaban terbaiknya.

Entahlah, saya  tidak bisa memastikan kebenaran pendapat tersebut karena saat itu saya belum pernah memesan tiket pesawat via Traveloka. Wong naik pesawat saja baru sekali, waktu balik ke Papua 2014 lalu. Urusan tiket waktu itu saya serahkan ke saudara yang membantu mencari agen travel yang menjual tiket pesawat. Saya lepas tangan karena di benak saya urusan beli tiket apalagi tiket pesawat termasuk urusan yang ribet.

Namun saya keliru besar. Booking tiket pesawat ternyata sangat mudah, dan simple. Tidak ribet sama sekali. Asal bookingnya di Traveloka. Ini beneran lho. Saya setuju dengan yang dikatakan suami. Layananan Traveloka, recommended banget. Saya berani jamin deh, karena sudah membuktikannya sendiri.

Delapan hari pasca acara nikah, saya ikut terbang ke Makassar bersama lelaki yang telah sah berstatus sebagai suami saya. Kami honeymoon selama sepekan di sana kemudian saya balik lagi ke Papua karena urusan pekerjaan yang belum kelar. Kami LDM selama sebulan sebelum akhirnya saya  hijrah ikut suami menetap di Makasar. Terhitung dalam waktu dua bulan itu saya melakukan perjalanan udara bolak-balik Biak-Makassar dan memesan tiket sampai tiga kali yang semuanya saya percayakan pada layanan Traveloka, ke depannya pun jika ingin melakukan perjalanan jauh saya dan suami tidak akan ragu memilih jasa layanan tersebut. Karena memang sangat memuaskan dan tidak mengecewakan. FYI, dari Serui saya masih harus menyeberang pulau lagi menuju bandara Biak. Karena dari Serui tidak ada penerbangan langsung ke Makassar. Begitu pun sebaliknya.

Mengapa Taveloka?

Yang pasti pesan tiket di traveloka nggak bakal bikin kita rugi deh. Yang ada malah kita yang untung, terutama dalam menghemat tiga hal ini.

Hemat Waktu - pesan tiket pesawat di Traveloka tidak memerlukan waktu banyak kok, setidaknya kita nggak perlu membuang-buang waktu mencari atau datang ke agen penjualan tiket pesawat cukup stay at home or office, buka applikasi Traveloka di gadget, ikuti petunjuknya dan dalam hitungan kurang menit kita sudah dapat memiliki e-tiket pesawat yang kita booking. 

Hemat Biaya - Traveloka juga sering menawarkan promo yang menggiurkan lho. So, kita tidak perlu pusing mencari info harga tiket dari maskapai penerbangan, karena semua sudah tertera jelas di layanan Traveloka. Yang kita lakukan tinggal memilih maskapai dengan harga tiket yang paling murah atau memilih maskapai yang harga tiketnya sesuai dengan budget yang telah disiapkan.

Hemat Bahan - Kita pun tidak perlu khawatir kalau-kalau e-tiket kita tercecer, hilang atau lupa terbawa asal gadget ada dalam genggaman kita. Karena tiket yang dipesan di Traveloka tidak perlu dicetak. Cukup tunjukkan nomor booking e-tiket yang dikirim Traveloka ke email atau lewat sms ke nomor kontak yang tersimpan di gadget  kita ke petugas biaya. Simple, kan?

Salah Satu Fitur Unggulan Traveloka 

Selain unggul di penghematan, banyak fitur lain yang ditawarkan layanan jasa Traveloka namun ada satu fitur unggulan yang menarik perhatian saya. Jadi, bukan tidak mungkin setelah memesan tiket jauh-jauh hari, menjelang keberangkatan kita dihadapkan dengan keadaan penting dan mendesak yang memaksa kita untuk mengubah jadwal atau bahkan berganti maskapai.

Hal inilah yang saya dan suami alami dua hari pasca nikah. Ada kepentingan si kakek yang mengharuskan beliau balik duluan ke Makassar padahal suami sudah memesankan tiket pulang (termasuk perginya) sekaligus. Awalnya kami sempat bingung dan pusing mengatur jadwal kepulangan kakek. Sayang bila e-tiket yang sudah di-booking dibatalkan begitu saja dan diganti dengan pesan tiket yang baru dengan harga yang lumayan menguras budget. Apalagi jika tidak ada tawaran promo. Sementara pencairan dana tiket sebelumnya tidak mungkin selesai dalam sehari, perlu ditunggu lagi.

Syukurnya, ketika bertanya ke eyang google, ternyata di Traveloka ada fitur unggulan yang dapat mengubah jadwal penerbangan, sehingga kita tidak perlu membatalkan tiket yang sudah terlanjur dipesan dan membeli tiket baru. Pun tidak usah repot menelepon pihak maskapai. Cukup dengan menggunakan fitur Easy Reschedule.




Easy Reschedule adalah fitur yang memungkinkan kita mengubah dan mengatur sendiri rencana penerbangan kita.


Cara menggunakan fitur yang satu ini juga tidak sulit. Pastikan sudah ada applikasi Traveloka di smartphone kita atau buka website Traveloka via dekstop. Kemudian log in. Pilih menu pesanan saya. Pilih e-tiket yang hendak diubah lalu klik reschedule. Selanjutnya ikuti petunjuk yang ada. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.

 
 
    

Jika beruntung, kita bisa mendapatkan harga tiket baru yang lebih murah daripada harga tiket lama, selisih uangnya bakal dikirim kembali ke rekening kita setelah dipotong biaya reschedule dan biaya administrasi dari maksapai. Namun saat melakukan reschedule untuk kepulangan kakek ternyata harga tiketnya lebih mahal daripada tiket yang dipesan sebelumnya sehingga kami harus mentransfer biaya tambahan sekitar Rp400.000 plus biaya reschedule sebesar Rp 15.000. Dengan adanya fitur Easy Reschedule ini kita tidak perlu khawatir bila perjalanan yang sudah direncanakan di traveloka mengalami perubahan. Akhirnya setelah e-tiket kakek yang baru terbit beliau bisa balik duluan ke Makassar.




Tinggal saya berdua dan suami yang masih menikmati masa pengantin baru. Kami menyusul beberapa hari kemudian dengan melakukan perjalanan berdua dan itu rasanya . . . sungguh tak bisa dibayangkan. Saya merasa seperti dan mimpi. Dan inilah mimpi saya.

#Jadi Bisa menjemput Jodoh dengan Traveloka😍

Sumber Gambar : Website Traveloka
Share
Tweet
Pin
20 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Hallo, perkenalkan
Nama saya Siska Dwyta
Seorang ibu rumah tangga
yang doyan ngeblog.

Ingin bekerja sama?
Contact me : dwy.siska@gmail.com

Read More About Me

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram

Labels

artikel Birth Story blogging fiksi jodoh keluarga kesehatan lomba blog media sosial menyusui Motherhood MPASI muslimah opini pernikahan personal Pregnancy reminder review tips

recent posts

Blog Archive

  • ►  2013 (54)
    • ►  March (1)
    • ►  April (2)
    • ►  May (5)
    • ►  June (4)
    • ►  July (7)
    • ►  August (4)
    • ►  September (6)
    • ►  October (5)
    • ►  November (8)
    • ►  December (12)
  • ►  2014 (76)
    • ►  January (9)
    • ►  March (2)
    • ►  April (8)
    • ►  May (8)
    • ►  June (14)
    • ►  July (11)
    • ►  August (5)
    • ►  September (1)
    • ►  October (3)
    • ►  November (8)
    • ►  December (7)
  • ►  2015 (16)
    • ►  January (1)
    • ►  February (2)
    • ►  April (5)
    • ►  May (1)
    • ►  June (2)
    • ►  July (1)
    • ►  October (1)
    • ►  December (3)
  • ►  2016 (1)
    • ►  November (1)
  • ▼  2017 (41)
    • ►  September (4)
    • ►  October (26)
    • ►  November (7)
    • ▼  December (4)
      • #Jadi Bisa Menjemput Jodoh dengan Traveloka
      • Reminder di Tujuh Bulan Pernikahan
      • 60 Tahun Perjalanan Astra Menebar Inspirasi untuk ...
      • Menuju Halal : Kriteria Jodoh Impian
  • ►  2018 (48)
    • ►  January (1)
    • ►  February (2)
    • ►  March (1)
    • ►  May (2)
    • ►  July (2)
    • ►  September (3)
    • ►  October (2)
    • ►  November (13)
    • ►  December (22)
  • ►  2019 (151)
    • ►  January (11)
    • ►  February (11)
    • ►  March (13)
    • ►  April (6)
    • ►  May (35)
    • ►  June (6)
    • ►  July (3)
    • ►  August (3)
    • ►  September (24)
    • ►  October (17)
    • ►  November (19)
    • ►  December (3)

Popular Posts

  • Semakin Produktif dan Tampil Stylish dengan Fossil Gen 5 Smartwatch
    Bismillaahirrahmaanirrahiim Semakin Produktif dan Tampil Stylish dengan Gen 5 Fossil Smartwatch . Pekerjaan sebagai ibu rumah tan...
  • Tiga Pertanyaan dari Kisah #LayanganPutus
    Bismillaahirrahmaanirrahiim Tiga Pertanyaan dari Kisah #LayanganPutus . Setiap rumah tangga punya ujiannya masing-masing. Ujiannya...
  • Cerita MPASI Bunay 6 Bulan : Belajar Makan
    Tak terasa sudah genap sebulan Bunay makan makanan selain ASI. So, di postingan kali ini saya pengen cuap-cuap dulu mengenai MPASI Bunay ...
  • Parent Session #MenjagaKasihIbu bersama Nakita dan Asifit di Hotel Santika Makassar
    Bismillaahirrahmaanirrahiim Parent Session #MenjagaKasihIbu bersama Nakita dan Asifit di Hotel Santika Makassar   - Pekan lalu say...
  • Tentang Anging Mammiri, Komunitas Blogger Makassar yang Berembus Sejak Tahun 2006
    gambar latar : pxhere.com Bismillaahirrahmaanirrahiim "Kemana saja saya selama ini. Ngakunya Blogger Makassar kok baru gabung ...

MEMBER OF

Blogger Perempuan

Followers

Facebook Twitter Instagram
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by Siska Dwyta @copyright 2019 BeautyTemplates