Kamar Kenangan

  • Home
  • About Me
  • Disclosure
  • Sitemap
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Ada satu hadis yang membuat saya tertegun sekaligus merinding. Hadis tersebut seharusnya sudah sangat familiar di telinga sebab setiap tahun selalu ada penceramah yang menyebutnya berulang-ulang, mengingatkan berkali-kali atau paling tidak dalam satu bulan yang istimewa, hadis tersebut bakal populer di mulut-mulut para penyeru kebaikan dan naik daun di tangan-tangan para pejuang tinta dakwah. Ah, tapi mengapa pula saya seolah baru mendengarnya? Seakan baru tahu ada hadis yang bunyi teksnya seperti itu. Celaka sungguh celaka. Kemana saja saya selama ini?

Jangan-jangan ah jangan jangan; saya tergolong hamba seperti salah satu dari tiga doa malaikat Jibril yang kemudian diaamiinkan Rasul dalam hadis tersebut.



Sungguh celaka dan amat merugilah; seorang hamba yang apabila Allah masih memberinya kesempatan menjumpai Ramadhan namun hingga bulan penuh nan maghfirah itu berlalu dosa-dosanya tak kunjung jua diampuni.

Mungkinkah Ramadhan-Ramadhan yang telah saya lewati selama ini berlalu demikian. Sia-sia saja. Saya puasa, shalat, mengaji, infak sedekah dan lain sebagainya namun ternyata tak satu pun amal ibadah saya yang diterima. Bahkan yang saya dapatkan dari menahan makan dan minum sepanjang hari selama Ramadhan hanyalah lapar dan dahaga sementara dosa-dosa saya kian waktu kian menjulang tak termaafkan.

Ah, barangkali demikian adanya mengingat ibadah saya di Ramadhan yang lalu-lalu masih setengah-setengah. Tidak sepenuhnya menghadirkan hati. Niat berpuasa pun kadang masih membelok. Shalat masih sering telat, tidak khusyuk. Tarawih masih bolong-bolong. Tahajud diabaikan. Dhuha apalagi. Mengaji sebatas mengejar target khatam, beramal tidak semata-mata karena Allah dan masih banyaklah ibadah-ibadah lain yang semestinya bisa saya optimalkan di bulan Ramadhan namun kenyataannya teramat jauh dari ekspektasi. Malah sepertinya  tiap tahun semangat saya menyambut bulan Mubarak ini sebatas tumbuh di sepuluh Ramadhan pertama saja dan dratis menurun di hari-hari terakhir.

Ah, saya merasa selama seperempat abad hidup di dunia -terhitung sejak memasuki masa baligh dan mulai menjalankan ibadah Puasa- Ramadhan yang saya temui tidak kunjung menjadikan saya keluar dalam keadaan fitrah. Tentu, bukan salah Ramadhan bila saya tak mendapati fitrah dan maghfirah-Nya, salah saya sendiri yang kerap lalai saat menemuinya.

Padahal Ramadhan adalah momentum terbaik untuk beribadah dan mensucikan diri dari dosa-dosa. Sebab ketika bulan nan suci itu tiba; ampunan Allah melangit luas, semua amal dilipatgandakan, pintu-pintu surga terbuka lebar, pintu-pintu neraka tertutup rapat dan syaitan-syaitan pun dibelenggu. Terlebih lagi ada satu malam di bulan Ramadhan yang kemuliaanya jauh lebih baik daripada seribu bulan. Maa syaa Allah.

Pantaslah bila Sang Rasul yang amat mengasihi umatnya sampai mengamini doa malaikat Jibril yang terkesan mengumpat umat Rasul yang abai dari  menghidupkan cahaya di bulan Ramadhan. Ini bukan berarti Rasul ikut mengumpat dan mengiyakan, tapi sebagai bentuk reminder terhadap umatnya agar jangan sampai termasuk ke dalam golongan orang-orang yang menyia-nyiakan Ramadhan. Sebab sungguh amat disayangkan jika Ramadhan dibiarkan berlalu begitu saja sementara di dalamnya terdapat banyak keutamaan yang bisa kita raih.

Untuk lebih jelasnya mari kita lihat beberapa keutamaan Ramadhan sesuai dengan apa yang pernah disabdakan Rasulullaah shallallaahu'alaihi wassalam ;







Maka jika Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan terakhir saya; saya tak ingin menjadi hamba yang celaka. Hamba yang merugi. Hamba yang dosa-dosanya tak terampuni selepas Ramadhan. Saya ingin ini menjadi Ramadhan terbaik dan terindah dalam hidup saya.

Tulisan ini diikutkan dalam postingan tematik Blogger Muslimah Indonesia

#PostinganTematik
#PostemSpecialRamadhan
#BloggerMuslimahIndonesia
Share
Tweet
Pin
12 comments
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Ini bukan hanya tentang penantian tapi juga ujian. Sepertinya hidup ini memang berlalu dari satu penantian ke penantian yang lain which is setiap penantian pasti dihiasi ujian. Sebut saja penantian seseorang terutama bagi wanita yang usianya telah mendekati atau melewati seperempat abad dan masih singlelillaah, pasti tidak jauh-jauh dari yang namanya menanti jodoh. Jangan dikira menanti jodoh itu bukan ujian lho.

Sepertinya menghadapi pertanyaan-pertanyaan di Ujian Nasional lebih ringan deh. Jawabannya jelas. Tinggal milih salah satu option yang dianggap benar, beres! Nah ini, kalau diuji dengan pertanyaan-pertanyaan yang nggak jelas, semisal; kapan nikah? udah ada calon? undangan nikahnya mana nih? dan bla bla bla. Duh, berat kan jawabnya. Boro-boro tahu tanggal nikah sendiri, calon saja belum punya. Jodoh yang dinanti-nanti pun masih tak ditahu dimana rimbanya. Atau okelah, ujian seputar masalah jodoh pasti tidak jauh-jauh dari yang namanya patah hati, kecewa, baperan, galauan dan sejenisnya. Ada yang udah menjalin kasih tak halal bertahun-tahun eh kekasihnya malah menuju halal bersama pasangan lain. Ada yang udah berbilang bulan menunggu dilamar sosok pujaan hati eh sosok yang diam-diam dipuja dalam hati itu malah malah melamar anak orang lain. Tidak sedikit pula calon pasangan halal yang undangan nikahnya udah tersebar tapi menjelang hari H, Qadarullaah pernikahannya gagal karena berbagai sebab. Belum lagi beban perasaan yang musti ditanggung para jomblofisabilillaah or singlelilillaah karena langganan ditodong pertanyaan-pertanyaan yang tak bertanggung jawab dari orang-orang di sekelilingnya plus merasa risih-resah sendiri kala menyadari teman-teman seumurannya rata-rata udah pada nikah.

Yap, itu beberapa bentuk ujian ketika sedang menanti jodoh yang bisa saya sebutkan. Bentuk lainnya mungkin masih banyak lagi. Tapi apa pun bentuk ujiannya, yakinlah jodoh kita pasti datang di waktu yang tepat sesuai dengan ketetapan Allah. Tidak lebih cepat dan tidak pula terlambat. Toh, kapan datangnya jodoh itu hanya masalah waktu. Iya nggak?

Nah, dalam rentang waktu penantian itu; ada ujian yang Allah kasih. Allah sengaja nggak langsung mempertemukan kita dengan jodoh yang dipinta. Allah juga nggak serta merta memperkenankan keinginan kita saat itu juga. Dia hendak membiarkan kita menempuh jalan berliku-liku dahulu. Dia ingin melatih kesabaran kita dengan memberi ujian yang mustahil melebihi kadar kemampuan hamba-Nya. Setidaknya dengan begitu, Allah akan membersamai kita. Ingat ayat ini, Innallaaha ma'ashshobirin. Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.

Lagipula bukankah dengan adanya ujian, jawaban yang kita temukan bakal jauh berlipat-lipat lebih indah. Believe deh.

Well, setiap orang punya ujiannya masing-masing. Bentuknya mungkin tak sama, hasilnya pun boleh berbeda namun tidak peduli bagaimanapun bentuknya dan apa pun hasilnya yang terpenting adalah cara kita menyikapinya. Mau sabar ikut rulenya Allah atau nggak sabaran lalu lebih memilih lewat jalan pintas? Up to You Jawabannya, ya tergantung kita.

Kalau nggak sabaran ya mungkin kita bakal ngotot menanti jodoh dengan cara-cara yang nggak sesuai dengan syariat. Misal dengan pacaran, TTM-an, kakak-adek, dll. Alasannya; gimana mau ketemu jodoh kalau pacar aja nggak punya? Jalan sama cowok aja nggak?

Emang sih kalau dipikir-pikir nggak masuk logika banget, kalau kita bertahan dengan prinsip single yes pacaran no. Boro-boro punya calon, dekat sama lawan jenisnya aja nyaris nggak pernah. Trus tiba-tiba bisa nikah gitu?

Tapi emang ya, masalah jodoh nggak perlu logika. Saya sampai sekarang juga masih nggak habis mikir setiap mengingat kembali betapa perfect-nya Allah mengatur pertemuan saya dengan jodoh yang telah Dia tetapkan. Masih suka heran juga, kok bisa ya saya berjodoh dengan lelaki yang ketemu cuma sekali, lihat pun sekilas doang. Yang baru pertama kali mendengar suara saya lepas ijab kabul. Yang cuma butuh dua kali pertemuan lantas ketiga kalinya kami telah SAH jadi pasangan suami istri. Kalau dipikir-pikir emang nggak masuk akal banget tapi yah begitulah faktanya. Perkara jodoh adalah mutlak urusan Allah. Dia yang atur.  Dia yang tetapkan. Kurang lebih samalah dengan rejeki yang sering datang dari arah yang tak disangka-sangka. Begitu pun dengan jodoh. Datangnya pun bisa jadi dari arah yang tak pernah kita sangka sebelumnya.

Justru yang keliru bila kita memaksa mengatur jodoh sendiri, dengan cara-cara yang Allah nggak ridho. Tidak sabaran nunggu jodoh. Ngotot pengen nikahnya sama kekasih sebelum ijab kabul. Padahal sekali pun menjalin kasih tak halal sekian lama, kalau Allah tetapkan tak berjodoh pasti akan berpisah jua. Atau meski udah duduk di pelaminan bersama tapi karena bukan jodoh akhirnya pernikahannya retak juga. Udah banyak kan kasus yang kayak gitu, usia pacaran sampai tujuh tahunan eh rumah tangganya hanya bertahan tiga bulan. Na'udzu billaah min dzalik.

Of course, mungkin pernikahan yang saya jalani nggak bakal seindah yang saya rasakan saat ini jika di masa-masa penantian menanti jodoh itu saya nggak sabaran dan nggak komit sama diri sendiri. Harus nikah dengan proses yang Allah ridhai. Prosesnya gimana? Tentu, saya nggak cuma berdiam diri, yang kerjanya cuma menunggu seperti menunggu uang jatuh dari langit. Berharap tiba-tiba sang jodoh datang mengetuk pintu rumah saya. Mustahil banget kan, hehe.

Ada doa-doa yang saya langitkan. Ada ikhtiar yang saya kerahkan semaksimal mungkin. Ah, namun nyatanya doa dan ikhtiar yang telah saya lakukan sepanjang itu belum cukup. Saya diuji dengan "kegagalan" berkali-kali. Puncaknya, tak bisa saya gambarkan betapa berkecamuknya perasaan saya kala itu. Perasaan yang akhirnya membawa saya pada titik tawakal. Titik dimana saya memasrahkan semuanya pada yang Maha Kuasa. Menyerahkan segalanya hanya pada-Nya. Saat itu saya merasa jodoh saya semakin jauh. Bahkan seolah tak ada lagi harapan saya akan segera hidup menggenap. Menikah sebelum usia saya menyentuh seperempat abad menjadi hal yang sangat mustahil. Lalu apa lagi yang bisa saya lakukan.

Saya pasrah. Saya menyerah dengan diri saya sendiri. Bukan berarti saya berputus asa. Saya hanya merasa perkara jodoh bukanlah urusan saya. Saya tidak bisa memaksakan sesuatu yang bukan menjadi urusan saya. Sekali lagi, jodoh itu Allah yang atur. Saya tidak bisa memaksa Allah untuk mendatangkan jodoh saya sesegera mungkin, atau menjodohkan saya dengan seseorang yang saya ingini semata. 

Saya telah berulang-ulang meminta, pun telah berkali-kali berusaha tapi saya luput dengan satu hal ini. Tawakal. Saya lupa, tugas saya sebatas berdoa dan ikhtiar selebihnya biarkan Allah yang urus. Allah yang atur. Saya tinggal menerima hasil. Apa pun hasilnya, Allah tahu yang terbaik buat hamba-Nya. Dan karena penantian ini merupakan ujian maka cara mengatasinya kata Allah hanya ada dua. Shalat. Sabar. Shalat. Sabar. Shalat. Sabar.

Saat shalat kita dekat dengan Allah. Saat sabar, Allah bersama kita. Dan itu yang berusaha saya sikapi, semakin diuji semakin saya ingin dekat dengan-Nya, bersama-Nya.

Lalu setelahnya apa yang terjadi. You know? hanya dalam hitungan jam, tidak sampai berbilang hari, Allah sekonyong-konyong munculkan dia - sosok yang kini menjadi imam dalam rumah tangga saya. Itu seperti sebuah keajaiban. Saya sungguh tak menyangka. Bahkan di saat pertama kemunculannya, saya lebih dulu punya firasat. Perlahan namun pasti jodoh yang masih buram di mata saya itu mulai nampak samar-samar, kemudian hanya melalui proses kurang lebih tiga bulan jodoh itu menjelma nyata dalam hidup saya.

Setahun lalu saya telah menemukan jodoh saya, lalu apakah penantian saya berakhir? Apakah saya tidak sedang menanti apa-apa lagi? Apakah bertemunya saya dengan sang jodoh telah cukup bagi saya. Tentu tidak. Penantian saya masih berlanjut. Ini bukan hanya tentang penantian namun juga ujian. Ujian yang akan hadir di setiap episode kehidupan kita. Bagaimanapun bentuknya, apapun hasilnya, ujian tak seharusnya melemahkan, justru hadirnya semestinya menguatkan kita.

*Untukmu yang saat ini sedang diuji dengan penantian jodoh yang belum jua datang; bersabarlah. Masih ada ujian di depan sana yang lebih pelik. Kamu harus lebih kuat, sebab masih banyak todongan pertanyaan yang sangat tajam. Sungguh, ujian ini belum berakhir :')
Share
Tweet
Pin
1 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Hallo, perkenalkan
Nama saya Siska Dwyta
Seorang ibu rumah tangga
yang doyan ngeblog.

Ingin bekerja sama?
Contact me : dwy.siska@gmail.com

Read More About Me

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram

Labels

artikel Birth Story blogging fiksi jodoh keluarga kesehatan lomba blog media sosial menyusui Motherhood MPASI muslimah opini pernikahan personal Pregnancy reminder review tips

recent posts

Blog Archive

  • ►  2013 (54)
    • ►  March (1)
    • ►  April (2)
    • ►  May (5)
    • ►  June (4)
    • ►  July (7)
    • ►  August (4)
    • ►  September (6)
    • ►  October (5)
    • ►  November (8)
    • ►  December (12)
  • ►  2014 (76)
    • ►  January (9)
    • ►  March (2)
    • ►  April (8)
    • ►  May (8)
    • ►  June (14)
    • ►  July (11)
    • ►  August (5)
    • ►  September (1)
    • ►  October (3)
    • ►  November (8)
    • ►  December (7)
  • ►  2015 (16)
    • ►  January (1)
    • ►  February (2)
    • ►  April (5)
    • ►  May (1)
    • ►  June (2)
    • ►  July (1)
    • ►  October (1)
    • ►  December (3)
  • ►  2016 (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2017 (41)
    • ►  September (4)
    • ►  October (26)
    • ►  November (7)
    • ►  December (4)
  • ▼  2018 (48)
    • ►  January (1)
    • ►  February (2)
    • ►  March (1)
    • ▼  May (2)
      • Ujian Penantian; Jodoh
      • Ramadhan, Sungguh Aku Tak Ingin Celaka!
    • ►  July (2)
    • ►  September (3)
    • ►  October (2)
    • ►  November (13)
    • ►  December (22)
  • ►  2019 (155)
    • ►  January (11)
    • ►  February (11)
    • ►  March (13)
    • ►  April (6)
    • ►  May (35)
    • ►  June (6)
    • ►  July (3)
    • ►  August (3)
    • ►  September (24)
    • ►  October (17)
    • ►  November (19)
    • ►  December (7)

Popular Posts

  • Tiga Pertanyaan dari Kisah #LayanganPutus
    Bismillaahirrahmaanirrahiim Tiga Pertanyaan dari Kisah #LayanganPutus . Setiap rumah tangga punya ujiannya masing-masing. Ujiannya...
  • Semakin Produktif dan Tampil Stylish dengan Fossil Gen 5 Smartwatch
    Bismillaahirrahmaanirrahiim Semakin Produktif dan Tampil Stylish dengan Gen 5 Fossil Smartwatch . Pekerjaan sebagai ibu rumah tan...
  • Parent Session #MenjagaKasihIbu bersama Nakita dan Asifit di Hotel Santika Makassar
    Bismillaahirrahmaanirrahiim Parent Session #MenjagaKasihIbu bersama Nakita dan Asifit di Hotel Santika Makassar   - Pekan lalu say...
  • Tentang Anging Mammiri, Komunitas Blogger Makassar yang Berembus Sejak Tahun 2006
    gambar latar : pxhere.com Bismillaahirrahmaanirrahiim "Kemana saja saya selama ini. Ngakunya Blogger Makassar kok baru gabung ...
  • Cerita MPASI Bunay 6 Bulan : Belajar Makan
    Tak terasa sudah genap sebulan Bunay makan makanan selain ASI. So, di postingan kali ini saya pengen cuap-cuap dulu mengenai MPASI Bunay ...

MEMBER OF

Blogger Perempuan

Followers

Facebook Twitter Instagram
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by Siska Dwyta @copyright 2019 BeautyTemplates