Fakta Unik Indonesia yang Jarang Diketahui, Yuk Intip Tradisinya!

Fakta unik Indonesia yang jarang diketahui

Jika berbicara mengenai fakta unik Indonesia yang jarang diketahui saya jadi tertarik mengulas tentang tradisinya. Seperti yang kita ketahui Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak suku.

Bahkan Indonesia terkenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia sekaligus merupakan negara suku bangsa terbanyak di dunia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.


Faktanya, Indonesia memiliki lebih dari 740 suku bangsa, dimana  270 di antaranya diketahui terdapat di Pulau Papua. 


Tidak hanya itu, Indonesia juga merupakan negara dengan bahasa daerah terbanyak, dengan 583 dari 67 bahasa utama yang digunakan oleh berbagai suku bangsa di Indonesia.


Sebagai negara kepulauan terbesar yang kaya akan suku dan jelas Indonesia memiliki banyak keunikan yang patut membuat kita sebagai warga negaranya bangga. Pasalnya keunikan tersebut hanya ditemukan di negara kita.


Lantas apa saja fakta unik Indonesia yang jarang diketahui jika dilihat dari tradisinya? Yuk, kita bahas.



Fakta unik Indonesia yang jarang diketahui


Sebagai negara dengan suku bangsa terbanyak di dunia kita bisa dengan mudah menemukan keunikan tradisi dari setiap suku. 


Namun rupanya masih banyak yang belum tahu fakta unik tradisi di Indonesia. Seperti tradisi potong jari, ritual tiwah hingga tradisi bau nyale. Yuk kita bahas satu-satu.


Tradisi Potong Jari 


Tradisi potong jari Papua
Source : Instagram/@ethnicvibes.id


Tahukah kamu di Indonesia ada tradisi potong jari? Tradisi yang terbilang ekstrem ini berasal dari Indonesia bagian Timur.


Ya, terdapat banyak tradisi unik di Papua, salah satunya yaitu iki palek atau lebih dikenal dengan tradisi potong jari yang dilakukan oleh Suku Dani.


Bagi Suku Dani tradisi yang terbilang ekstrem ini merupakan hal yang wajar dilakukan karena memotong satu ruas jari dianggap sebagai bentuk kesetiaan terhadap orang terdekat mereka yang meninggal.


Apalagi jari sudah dianggap sebagai simbol harmoni, persatuan, kekuatan dan kekeluargaan oleh Suku Dani Papua.


Nah, menurut mereka, menangis saja tidak cukup untuk melambangkan kesedihan dan kepedihan yang dirasakan lantaran ditinggal orang terkasih


Itu sebabnya mereka melakukan tradisi yang tidak biasa ini karena rasa sakit dari memotong jari dianggap dapat mewakili hati dan jiwa mereka yang tercabik-cabik karena kehilangan.


Uniknya ritual Iki Palek hanya dilakukan oleh kaum wanita saja. Jadi, ketika kerabat dekat, suami atau anak meninggal maka wanita dari Suku Dani akan memotong jarinya.


Untuk memotong ruas jari mereka menggunakan kapak atau pisau tradisional. Ada pula yang menggigit jari mereka sendiri hingga terputus. Duh ngeri banget ya tradisinya tapi kalau dilihat dari maknanya memang sangat dalam.


Tradisi Mumi


Ternyata mumi tidak hanya ada di mesir, tetapi juga bisa ditemukam di Indonesia lho. Tradisi unik berikut ini masih berasal dari Tanah Papua.


Diketahui ada lima suku di Papua yang menerapkan tradisi mengubah jenazah menjadi mumi, yaitu Suku Mek di Pegunungan Bintang, Suku Dani di Lembah Baliem, Suku Moni di Intan Jaya, Suku Yali di Kurima dan Suku Mee di Dogiyai.


Tradisi mumi dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap seseorang yang dinilai berjasa bagi sukunya seperti kepala suku, panglima perang atau orang yang sangat dihormati.


Jadi hanya orang-orang terterntu saja dari kelima suku tersebut yang diubah jenazahnya menjadi mumi.


Adapun teknik mumifikasi sendiri dilakukan dengan menjemur dan mengeringkan jenazah di dalam goa, kemudian ditusuk dengan tulang babi dan diletakkan diatas perapian.


Tradisi Tiwah 


Tradisi unik selanjutnya ada Tiwah yang dilakukan oleh Suku Dayak Kalimantan Tengah yaitu berupa upacara atau ritual pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke sebuah rumah yang disebut Sandung. 


Ritual ini bertujuan untuk meluruskan perjalanan arwah menuju Lewu Tatau atau surga. Selain itu ritual unik ini juga bertujuan untuk melepaskan kesialan bagi keluarga yang sudah ditinggalkan.

 

Tradisi Gigi Runcing


Jika standar kecantikan yang dikenal di Indonesia pada umumnya dalah mereka yang memiliki kulit putih bersinar, hidung mancung, tubuh langsung dan lain sebagainya, maka beda halnya dengan kecantikan di mata Suku Mentawai di Kalimantan.


Bagi suku Mentawai, wanita yang cantik harus memenuhi tiga kriteria. Pertama, telinganya yang panjang. Kedua, tubuhnya dihiasi titi atau tato. Ketiga, giginya yang runcing. 


Oleh sebab itu suku ini memiliki tradisi meruncingkan gigi, yang diyakini akan menambah kecantikan sang wanita.


Tradisi Kebo-keboan 


Seperti namanya, tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Banyuwangi tepatnya di desa Alasmalang, Singojuruh ini berkaitan dengan kerbau. Tujuannya adalah untuk meminta hujan ketika musim kemarau.

Jadi masyarakat ini punya ritual yang diadakan setahun sekali yaitu setiap tanggal 10 Suro atau 10 Muharam dengan mengharuskan beberapa laki-laki berdandan menjadi kerbau (kebo-keboan) dan berkorban untuk membajak sawah. 

Setelah membajak sawah kebo-keboan ini diarak mengelilingi desa disertai karnaval kesenian rakyat. Unik sekali ya? 

Tradisi Seba 


Siapa yang tidak kenal dengan Suku Baduy? Suku ini biasanya menutup diri dari dunia luar dan masih mempertahankan kearifan lokal nenek moyang di era modern ini. 

Namun siapa sangka Suku Baduy ternyata punya tradisi Seba yaitu dengan mengirimkan ribuan orang Baduy keluar dari desa dan berjalan kaki hingga hampir 100 kilometer untuk memberikan hasil panen kepada "Ibu Gede" dan "Bapak Gede" yang bertempat di kota Serang. 

Yang dimaksud dengan “Ibu dan Bapak Gede” adalah Bupati Lebak dan Gubernur Banten. Tradisi Seba dilakukan oleh Suku Baduy dengan untuk menjaga persaudaraan serta wujud ungkapan syukur kepada pemerintah setempat layaknya sebuah upeti yang diberikan kepada kerajaan. 


Tradisi Adu Betis 

Tradisi adu betis Sulawesi Selatan
Source : Adira.co.id

Berikutnya ada tradisi Adu Betis yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Moncongloe, Bone, Sulawesi Selatan.

Tradisi yang dikenal juga dengan nama Mallanca ini biasanya dilakukan pada bulan Agustus, yakni ketika musim panen tiba. 

Pasalnya sawah di Kecamatan Moncongloe, Bone merupakan sawah tadah hujan sehingga panen hanya terjadi satu kali dalam setahun. Sehingga, Mallanca dilakukan sekali setahun ketika panen besar tiba.

Tradisi ini dilakukan sebagai wujud syukur masyarakat atas hasil panen yang didapatkan sekaligus mengenang jasa leluhur mereka yang telah menjaga kerajaan Bone. 

Tradisi ini juga bertujuan untuk menjalin hubungan dan kerukunan antar masyarakat. Hal ini tercermin dari persiapan acara yang melibatkan seluruh warga, baik peserta Mallanca maupun yang bukan peserta. Tradisi yang tidak kalah menarik, ya?

Tradisi Pasola 

Sama-sama adu ketangkasan namun jika Mallanca dilakukan ketika musim panen tiba,
tradisi yang dilakukan setahun sekali oleh warga Kampung Kodi, Kampung Lamboya, Kampung Wanokaka, dan Kampung Garoa di wilayah Sumba Barat ini justru dilakukan lebih dulu yaitu menjelang musim panen tiba.

Tradisi berupa adu ketangkasan terbilang menggunakan kuda dan lembing ini merupakan puncak acara dari Pesta Adat Nyale yang dilakukan untuk memohon restu terhadap dewa dan nenek moyang menjelang musim panen tiba. 

Namun boleh dibilang tradisi Pasola lebih ekstrim karena dalam pelaksanaannya, dua “Ksatria Sumba” akan menunggangi kuda dan menyerang satu sama lain menggunakan tongkat kayu. Darah yang jatuh pada arena Pasola dianggap mampu membuat tanah mereka subur sehingga hasil panen berlimpah.


Tradisi Batombe


Seru juga ya kalau pantun dijadikan sebagai sebuah tradisi untuk menyemangati orang yang sedang bekerja.

Nah, di Indonesia rupanya ada tradisi berpantun yang dinamakan Batombe berupa sebuah seni pertunjukan balas-membalas pantun  yang disampaikan dengan cara mendendangkan pantun antara kaum laki-laki dan kaum perempuan

Tradisi yang berasal dari Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat ini memang mulanya merupakan tradisi yang dilakukan untuk memyemangati para pemuda dalam membangun rumah gadang. 

Namun saat ini sudah tidak ada lagi pembangunan rumah adat di Nagari Abai, meski demikian tradisi Batombe tetap eksis. 

Kini tradisi lisan Minang ini dilestarikan sebagai media hiburan bagi masyarakat, seperti pada pesta perkawinan, pengangkatan datuk, festival kebudayaan, penyambutan tamu khusus, dan ajang promosi pariwisata daerah.

Tradisi Ma’nene


Tradisi ma'nene Toraja
Source : infobudaya.net

Selanjutnya mari kita tengok tradisi Ma'nene di Tana Toraja. Bagi yang sudah sering traveling ke Toraja di Sulawesi Selatan tentu tidak asing lagi dengan ritual yang satu ini.


Tradisi Ma'nene dilakukan dengan cara mengeluarkan jasad anggota keluarga dari pemakaman, kemudian jasad tersebut dibersihkan dan diganti pakaiannya. 


Tak jarang jasad-jasad ini dibalut dengan rangkaian pakaian yang lengkap dari mulai jas untuk jasad pria, serta gaun untuk jasad perempuan. 


Ritual unik para leluhur yang dilaksanakan tiap tiga tahun sekali ini memiliki makna yang juga cukup dalam yaitu tentang pentingnya menjaga hubungan kepada sesama anggota keluarga, termasuk dengan anggota keluarga yang sudah terlebih dahulu meninggal dunia. 


Tradisi Waruga 


Jika pemakaman pada umumnya dilakukan dengan meletakkan jenazah dalam posisi baring, beda halnya dengan tradisi pemakaman di Minahasa, Sulawesi Utara yang disebut Waruga 


Suku Minahasa memiliki ritual pemakaman dengan memosisikan jenazah duduk sambil memeluk kakinya bukan dalam posisi tidur.  Wah, benar-benar unik ya?


Tradisi pemakaman seperti ini menurut kepercayaan masyarakat Minahasa adalah sebagai lambang keadaan suci dan membawa kebaikan. Selain harus dalam posisi duduk, arah posisi mayat juga harus menghadap ke arah utara sebagaimana yang dilakukan para nenek moyangnya secara turun-temurun.


Tradisi Mekare-kare 


Tradisi unik berikutnya juga bisa kita temukan di Bali. Mekare-kare merupakan tradisi yang dilakukan oleh para lelaki di Desa Tenganan Pegringsingan.


Dalam tradisi ini, pria-pria dari desa tersebut akan melakukan pertunjukan perang dengan menggunakan daun pandan berduri sebagai senjata serta pertahanan rotan untuk menangkis serangan lawan. 


Setelah melakukan ritual Mekare-kare, semua peserta nantinya akan duduk dan menyantap makanan bersama-sama sambil diobati luka-lukanya dengan ramuan tradisional berbahan kunyit yang konon sangat ampuh untuk menyembuhkan luka. 


Pada saat itu karena mereka semua melakukannya dengan iklas dan gembira tidak ada yang kesakitan, menangis, menyesal bahkan marah. 


Tradisi ini merupakan bagian dari ritual pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra, dewa perang yang dihormati dengan darah lewat upacara perang pandan. 


Dilakukan tanpa rasa dendam, atau bahkan dengan senyum ceria, meski harus saling melukai dengan duri pandan. 


Tradisi Bau Nyale


Tradisi Bau Nyale Lombok
 Source : kompasiana.com

Satu lagi tradisi yang tidak kalah unik yaitu tradisi Bau Nyale yang berasal dari Lombok. Tradisi ini terbilang unik karena yang dicari di laut bukan ikan melainkan cacing.


Tradisi mencari cacing di laut atau Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat Sasak Lombok di mana masyarakat sekitar berupaya menangkap Nyale atau cacing laut warna-warni di pantai selatan Lombok. 


Tradisi tahunan ini diselenggarakan setiap tanggal 20 pada bulan ke 10 berdasarkan penanggalan masyarakat Sasak. 


Masyarakat Lombok percaya bahwa Nyale yang mereka cari merupakan jelmaan Putri Mandalika, seorang putri berparas cantik yang berkaitan erat dengan legenda Lombok Tengah.


Demikian ulasan mengenai fakta unik Indonesia yang jarang diketahui. Hayoo pasti masih banyak yang belum tahu kalau Indonesia punya banyak tradisi unik, kan? Di antaranya seperti yang disebutkan di atas.


Nah, dari 14 tradisi Indonesia di atas menurut kamu mana yang paling unik? Share jawaban kamu di kolom komentar dong.


Posting Komentar untuk "Fakta Unik Indonesia yang Jarang Diketahui, Yuk Intip Tradisinya!"