Memperingati Hari Pancasila, Yuk Belajar Toleransi Beragama dari Masyarakat Kepulauan Yapen
Source : FB Ashari Isa |
Apa yang terlintas di benak kamu ketika melihat gambar di atas? Pemandangan yang menakjubkan, bukan? dimana umat muslim terlihat sedang melakukan shalat hari raya di lapangan yang berhadapan langsung dengan gereja.
Gambar di atas merupakan pelaksanaan shalat hari raya Idul fitri beberapa tahun lalu di kampung kelahiran saya, yakni di Serui, Kepulauan Yapen.
Buat yang belum tahu, Kepulauan Yapen merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Papua.
Saya lahir dan besar di sana. Setidaknya saya telah melewati 20 tahun hidup di tanah Papua.
Nah, kalau mendengar kata Papua, mungkin yang terlintas di benak kamu, Papua itu wilayah yang rawan konflik agama, di Papua itu toleransi beragamanya rendah, benarkah demikian?
Oh, tidak. Saya kurang tahu kalau daerah lain, tapi khusus di tanah kelahiran saya, Kepulauan Yapen boleh dibilang termasuk wilayah dengan toleransi beragama yang cukup tinggi.
Buktinya, selama 20 tahun tinggal di sana saya tidak pernah menyaksikan adanya konflik antar umat beragama. Sebaliknya, justru di sana umat kristen dan umat muslim hidup berdampingan dengan damai dan rukun.
Belajar Toleransi Beragama dari Masyarakat Kepulauan Yapen
Kalau mau ditelusuri, kehidupan masyarakat di Papua sebenarnya sangat toleran lho. Pasalnya masyarakat Papua sendiri sudah terbiasa hidup berdampingan dengan siapa pun.
Coba saja jalan-jalan ke Papua? Kamu akan menemukan banyak pendatang di sana. Mulai dari Aceh, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku.
Makanya saya merasa hidup saya lebih berwarna ketika masih tinggal di Papua karena dikelilingi dengan orang-orang dari berbagai suku di Indonesia.
Teman-teman saya di Serui, selain muslim, kebanyakan beragama Nasrani, ada yang Protestan, ada yang Katolik, yang Hindu pun ada.
Nah, ketika pindah ke Sulawesi Selatan saya kehilangan banyak warna karena teman-teman saya di sini ya rata-rata dari suku Makassar dan Bugis saja. Itu pun semua beragama Islam.
Itu sebabnya kalau mau belajar toleransi, tidak ada salahnya untuk berkaca pada masyarakat Papua.
Walau Papua terkenal sebagai daerah yang rawan konflik, namun dibalik itu ada masyarakat yang hidup dengan damai dan rukun.
Memang sesekali ada gesekan antar suku maupun umat beragama namun hal itu tidak lantas bisa dijadikan kesimpulan bahwa Papua merupakan provinsi yang kurang toleransi. Terlebih bila kamu sendiri belum pernah menginjakkan kaki di Bumi Cendrawasih.
Karena kenyataannya itu tadi, selain memiliki tradisi yang unik, selama berpuluh bahkan ratusan tahun, masyarakat Papua sudah hidup berdampingan dengan masyarakat dari berbagai suku dan agama.
Kita ambil contoh saja seperti di Kabupaten Kepulauan Yapen. Kabupaten yang satu ini memang terkenal sangat menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama.
Terlihat dari berbagai acara atau kegiatan keagamaan, dimana masyarakat baik umat nasrani maupun muslim saling mendukung dalam hal yang positif.
Seperti yang terjadi pada perayaan Idul fitri tahun lalu yang bertepatan dengan Hari Kenaikan Isa Al-Masih.
Pelaksanaan shalat Idul fitri di Kota Serui sendiri biasa dilaksanakan di Lapangan Trikora yang berhadapan langsung dengan gereja.
Jika umat nasrani yang notabene merupakan mayoritas tidak toleransi sudah pasti mereka akan meminta umat muslim mencari lapangan atau tempat lain untuk melaksanakan shalat Idul fitri
Nyatanya tidak. Justru mereka memilih memberikan ruang dan tempat, serta mempersilahkan umat muslim untuk menjalani keyakinannya.
Dilansir dari kabardamai.id , Pendeta Gereja GKI Imanuel Aser Haipon ketika diwawancarai saat itu menuturkan bahwa menjelang shalat yang biasanya jam 06.00 sampai 06.30 WIT kami membunyikan lonceng gereja, (tapi) karena umat muslim sedang beribadah, maka itu kami lakukan di jam setelah shalat Ied. Ini merupakan bentuk saling menghargai, terlebih di saat-saat bersamaan pada perayaan keagamaan yang berbeda, dan juga ibadah kami gelar pukul 09.00 pagi.
Sikap toleransi tersebut kemudian ditanggapi oleh Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kepulauan Yapen, Haji Adhan Arman yang mengapresiasi sekaligus menyampaikan terima kasih karena umat muslim diberikan kesempatan untuk mengumandangkan takbir dan beribadah lebih dulu.
Sangat harmonis, bukan? Tentu, bentuk toleransi antar beragama di kabupaten ini tidak hanya berlangsung saat ada perayaan hari raya saja, melainkan juga ketika ada pembangunan keagamaan.
Hal tersebut disampaikan sendiri oleh Bapak Bupati Kepulauan Yapen, Tonny Tesar bahwa pemerintah di Kepulauan Yapen secara serius mendukung pembangunan keagamaan dengan tidak memihak satu agama saja.
“Seluruh tempat ibadat di Yapen diberikan bantuan untuk pembangunan dan kegiatan lainnya. Bukan karena mayoritas Yapen adalah nasrani, bukan berarti kami tidak melihat agama lain. Semua agama dirangkul. Ini dapat dibuktikan sampai saat ini Yapen selalu damai dalam toleransi.
Jika dikaitkan dengan peringatan Hari Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni kemarin maka sikap masyarakat Kepulauan Yapen yang selama ini menjunjung tinggi solidaritas dan toleransi beragama tersebut mencerminkan sila pertama.
Hari Lahir Pancasila, Memaknai Sila Pertama
Berhubung masih dalam suasana memperingati Hari Pancasila yuk kita flashback dulu dengan mengingat-ingat kembali materi terkait Pancasila yang kita dapatkan saat di bangku sekolah.
Apa bunyi sila pertama Pancasila? Apa nilai dan makna yang terkandung di dalam sila ini? Apa saja butir-butir sila pertama? Hayoo, masih pada ingat tidak?
Keterlaluan sih kalau kamu sampai lupa sila pertama Pancasila. Apa? Yup, benar sekali. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Well, sila ini mengandung banyak amal yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari lho. Namun untuk lebih mudah menerapkannya kita harus pahami dulu apa nilai dan makna yang terkandung di dalam sila pertama Pancasila.
Sesuai dengan bunyinya, nilai yang terkandung dalam sila pertama Pancasila adalah nilai Ketuhanan. Hal ini bisa kita maknai sebagai nilai kepercayaan dan ketakwaan.
Mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), sila pertama Pancasila mengandung makna bahwa Bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Selanjutnya kita juga perlu tahu butir-butir yang terkandung dalam sila pertama Pancasila. Ada tujuh butir nilai yang terkandung dalam sila pertama Pancasila, yaitu :
- Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
- Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
- Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
- Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Nah, berangkat dari nilai, makna dan butir-butir tersebut maka sila pertama khususnya untuk pemberdayaan masyarakat dapat kita terapkan dengan berbagai cara berikut :
- Tidak memaksa orang lain untuk memeluk agama yang kita anut. Karena setiap orang berhak untuk memilih kepercayaannya masih-masing.
- Menjaga toleransi antar masyarakat yang berbeda agama. Seperti yang disinggung di atas, kita bisa belajar toleransi antar umat beragama dari masyarakat Papua khususnya di Kepulauan Yapen.
- Saling menolong dan berbuat baik kepada tetangga maupun orang lain yang membutuhkan tanpa memandang agama. Dalam artian meski tetangga atau orang tersebut berbeda keyakinan, kita tetap harus bisa berbuat baik bahkan membantu mereka yang tengah mengalami kesulitan.
- Hidup rukun dan damai bersama masyarakat meskipun berbeda keyakinan.
Hidup beragama di Papua Semakin Harmonis karena Internet Menyatukan Indonesia
Seperti yang kita ketahui bersama, umat muslim di Papua termasuk di Kepulauan Yapen merupakan minoritas. Namun berdasarkan pengalaman hidup di Papua, alhamdulillah kami umat muslim yang ada di sana dapat menjalani ibadah dengan tenang.
Berbagai kegiatan keagamaan pun dapat kami laksanakan dengan lancar seperti peringatan hari-hari besar, pelaksanaan MTQ, tabligh akbar, donasi Alqur'an dan lain sebagainya.
Source : dokpri |
Kita tahu bersama bahwa internet sudah menjadi kebutuhan semua masyarakat, tidak terkecuali masyarakat Kepulauan Yapen. Terutama di masa pandemi dimana hampir semua aktivitas offline menjadi terbatas
Namun pandemi tidak lantas menjadi penghalang. Semua kegiatan keagamaan di Serui alhamdulillah bisa tetap berjalan lancar karena adanya jaringan internet yang stabil dari IndiHome.
Maka bukan merupakan ungkapan yang berlebihan jika dikatakan Internet menyatukan Indonesia.
Setidaknya berkat Internet menyatukan Indonesia, orang-orang di luar sana bisa mengenal bahwa Papua tidak seseram yang dibayangkan.
Bahwa di Papua masih banyak daerah-daerah seperti salah satunya di Kepulauan Yapen yang umat nasrani dan umat muslimnya hidup berdampingan dengan rukun dan damai.
Ya, bukan hanya Pancasila yang menyatukan Indonesia, Internet menyatukan Indonesia juga sehingga membuat kehidupan beragama di Papua semakin harmonis.
Demikian sedikit cerita saya terkait sikap toleransi yang dimiliki masyarakat Papua di tanah kelahiran saya, Kepulauan Yapen.
Semoga kita bisa belajar hidup toleransi beragama dari mereka ya. Karena pastinya hidup ini akan lebih indah dan damai kalau kita semua bisa menghargai satu sama lain. Ingat, walau berbeda-beda Indonesia tetap satu.
Salam Pancasila. Salam Bhineka Tunggal Ika.
Referensi :
- https://kabardamai.id/menilik-potret-toleransi-di-yapen-papua-barat/
- https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/skola/read/2021/02/10/134934569/contoh-penerapan-sila-pertama-pancasila
134 komentar untuk "Memperingati Hari Pancasila, Yuk Belajar Toleransi Beragama dari Masyarakat Kepulauan Yapen"
Seneng juga ya di sana internet makin menyatukan warga desanya. Semoga rukun selalu semuanya. Melihat kekompakan warga kepulauan Yapen juga semoga jadi inspirasi bagi kita untuk menghargai perbedaan dan belajar toleransi
semoga di tempat lain pun juga bisa seperti ini ya.
Indonesia memang sangat beragam, makanya perlu yang namanya toleransi ya
Dengan internet yang baik, maka semua hal yang baik-baik dimulai dari arus informasi yang lancar.
Nggak dikit2 ribut...
Jangankan ma yang beda agama, kadang hanya beda tempat ngaji aja banyak yang suka saling serang. Sediih. Semoga kita bisa mengamalkan sila 1 dengan baik.
Btw, memang pemersatu Indonesia bisa apa saja termasuk internet ya..
Internet benar benar bisa menyatukan Indonesia ya
Hepi baca kabar baik seperti ini
Artikel seperti ini yang perku ditambah agar informasi yang didapat lebih jernih dan jelas. Internet juga punya andil dalam membantu perluasan informasi, brtapa media dan internet takbbisa terpisahkan. Lalu tinggal masyarakat pintar memilih dan memilah informasinya.
Terima kasih sudah berbagi mbak
Dengan penerapan sejak dini bisa menjadi bekal buat dia nantinya ketika beranjak remaja dan dewasa
Agar makin banyak yang tahu bahwa toleransi itu bikin adem, aman dan nyaman
Pancasila sebagai dasar negara menyatukan kita semua
Internet menghubungkan dengan baik
Makanya sekarang sering merasa aneh, kenapa orang Indonesia seperti kehilangan rasa toleransi gini. Semoga akses IndiHome yang makin luas ini juga membuka hati dan pikiran baik masyarakat kita.
Ikut senang kalau pancasila gak cuma soal tertulis dalam kertas, tapi betul2 dimaknai dengan baik sama masyarakat Indonesia. Indahnya perbedaan
Menurut saya, di daerah mana pun di Indonesia sebenarnya bertoleransi tinggi antar agama, lho.
Seringnya cuma ada oknum2 tertentu yang bikin kedamaian terusik.
Btw, internet selain menyatukan Indonesia, bisa juga utk memecah belah bangsa, kalau dipakai oleh para oknum pembuat onar itu.
Keren bgt ya...dan salut IndiHome betul² menyatukan Indonesia
Semoga dengan adanya keberagaman dan internet yang mewarnai, kita semua bisa menjalin kebaikan demi kebaikan untuk banyak orang.
saya ingin banget ke Papua, paling tidak sekali aja
Mbak Siska malah pernah tinggal di sana
saya penasaran banget dengan kulinernya, mungkin rasanya aneh
beda banget dengan selera saya
tapi saya pingin, hehhehe
di Kendari juga ada beberapa Masjid yang berdampingan dengan Gereja, ada yang berhadapan bahkan ada yang hanya tembok antar gedung yang memishkan (seperti bangunan rumah couple gitu) dan ini salah satu Masjid dan Gereja tertua di Kendari.
Internet melalui IndiHome ini memang menyatukan semua ya :)
Tapi karena aku gak pernah ke Papua, jadi gak paham kondisi di tanah Papua yang kabarnya rawan. Baru memahami hingga salah seorang sahabatku pindah Papua karena menikah dengan PNS dan kebetulan ditempatkan di sana.
MashaAllah~
Kita yang di kota fokus dengan masalah pemerintah yang memperebutkan kursi jabatan, dkk... namun saudara-saudara kita di Papua mempertahankan keberagamannya untuk bisa hidup damai saling berdampingan.
ternyata Papua tidak semenyeramkan berita-berita yang beredar ya, toleransi beragama masih dijunjung tinggi kok di tanah Papua.
Betapa toleransi adalah hal yang sangat dibutuhkan di Indonesia yang beragam ini ya mbak
Apalagi dengan adanya internet ke pelosok desa seperti IndiHome, semoga kerukunan makin terjalin, bukannya malah gontok-gontokan.
Mengingat Pancasila itu Bhineka tunggal Ika
Dan nilai butir pancasila akan KETUHANAN hendaknya juga mampu di maknai oleh semua orang
Indonesia itu beragam maka tak harus seragam
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.