Taaruf dalam Islam, Seperti Apa Konsepnya?


Bismillaahirramaanirrahiim

Usia pernikahan saya sudah menginjak tahun ke dua, sudah mau punya dua anak dan saya baru kembali melanjutkan catatan perjalanan #MenujuHalal. Huhu maafkan, setelat ini saya merampungkannya. Tapi nggak papa ya telat ketimbang nggak dilanjutkan sama sekali, hehe.

Silakan baca dulu


Sekarang sudah masuk Menuju Halal part 3 ya. Di catatan sebelumnya saya juga sudah kasih bocoran, kalau di part 3 saya bakal bahas tentang ta'aruf. Tapi untuk part kali ini sengajasaya bagi jadi dua postingan biar nggak terlalu panjang lebar kayak dua part sebelumnya, hehe. Khusus untuk postingan kali ini pembahasannya tentang taaruf itu sendiri seperti apa dan bagaimana konsepnya sementara untuk pengalaman saya saat menjalani taaruf dengan sang jodoh (baca : suami) akan saya ceritakan di postingan selanjutnya.

Kuy, jadi setelah melalui serangkaian ikhtiar dalam menjemput jodoh serta menentukan kriteria jodoh impian, sekarang waktunya kita Ta'aruf dengan Sang Jodoh.

Tak Kenal Maka Ta'aruf Dong


Istilah ta'aruf di zaman sekarang tentu nggak asing lagi. Nggak sama kayak dulu, orang kalau dengar kata ta'aruf pasti pada bingung, apaan tuh? Sejenis nama makanan ya atau minuman? Hehe. Alhamdulillaah, makin ke sini makin banyak muda mudi yang hijrah dan paham akan batasan antara pergaulan lawan jenis. Yang kemudian lebih memilih jomblo atau single daripada menjalin kisah kasih tak jelas. 

Yup, yang namanya pacaran memang kayak gitu, kan? Sudah nggak halal, nggak jelas pula. Mau dibawa kemana hubungan kita. Lha ini lagi bahas ta'aruf kok malah nyinggungnya pacaran. Yaiyalah, soalnya pacaran dan taaruf bagai dua sisi pada sekeping logam. Sama-sama berkaitan mengenai hubungan antara lelaki dan perempuan namun keduanya jelas memiliki konsep yang berbeda meski berada dalam kepingan yang sama.

Ta'aruf ya ta'aruf. Pacaran ya pacaran. Tidak ada yang namanya pacaran berkedok ta'aruf, begitu pula sebaliknya. Apalagi yang namanya pacaran islami. Duh, sejak kapan hubungan yang tak halal ada label islaminya. Menjalani ta'aruf juga bukan berarti sudah halal, makanya aturannya ketat, nggak sama kayak pacaran, bebas tanpa aturan.

Baiklah, sebelum saya bahas lebih lanjut terkait Ta'aruf vs Pacaran saya bakal ulas sedikit mengenai ta'aruf sesuai pengalaman dan apa yang saya pahami. Ya kali, siapa tahu saja masih ada pembaca Kamar Kenangan ini yang belum tahu apa itu ta'aruf. Atau mungkin tahunya sebatas nama doang tapi belum paham benar konsep yang diterapkan dalam ta'aruf.

Ta'aruf merupakan istilah dalam bahasa arab yang artinya adalah kenal atau berkenalan. Istilah ini juga ada ya dalam Al-Quran, tepatnya dalam QS Al-Hujurat : 13

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.”

Dari ayat tersebut, makna taaruf berlaku secara general. Dalam hidup berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, kita memang dianjurkan untuk saling kenal mengenal. Namun pada konteks pembahasan saya kali ini, kita hanya akan berbicara tentang taaruf dalam arti sempit, saling kenal mengenal antara laki-laki dan perempuan yang tujuannya untuk membina rumah tangga.

Jadi ta'aruf merupakan proses perkenalan awal yang dilalui oleh seorang laki-laki atau perempuan sebelum melangkah ke tahap yang lebih serius (baca : khitbah). Tentunya lelaki maupun perempuan yang hendak menjalani ta'aruf punya tujuan yang jelas. Sama-sama ingin menggenapi separuh dien. 

Itulah sebabnya sebelum keduanya sampai kepada keputusan untuk menikah, dan melibatkan dua keluarga besar, sangat dianjurkan untuk menjalani fase ta'aruf (saling kenal mengenal) terlebih dahulu.

Kenapa Harus Ta'aruf?


Seperti maknanya, kalau kita menjalani ta'aruf berarti kita sedang melakukan proses perkenalan. Tak kenal maka ta'aruf (kenalan) dong. Nah, dalam Islam sendiri sebenarnya tidak ada hubungan cinta maupun kasih antar lawan jenis yang halal selain ikatan pernikahan.

Jadi kalau ada sepasang muda mudi yang mengaku saling cinta lalu menjalin hubungan dengan status pacaran, TTM, HTS, kakak-adek, atau apapun, termasuk ta'aruf bahkan sudah sampai pada tahap khitbah sekali pun itu masih termasuk hubungan yang tidak halal. Sekali lagi, hubungan yang diakui HALAL dalam islam hanyalah pernikahan, selain itu no way. 

Walau demikian bukan berarti Islam melarang sama sekali adanya interaksi atau komunikasi antara seorang laki-laki dan perempuan, apalagi yang tujuannya sama-sama ingin menggenapkan separuh dien. Itulah sebabnya muncul sebuah proses yang dinamakan ta'aruf even proses ini sebenarnya tidak ada hukumnya dalam Islam. Mau menikah lewat fase ta'aruf silakan, mau di-skip juga boleh-boleh saja asal jangan pacaran ya, hehe.

Kalau zaman Rasul dulu memang nggak ada istilah ta'aruf sebelum nikah karena waktu itu nggak ada tuh yang namanya pacaran. Setahu saya sih istilah ta'aruf yang tujuanya untuk menjemput jodoh ini baru muncul setelah budaya pacaran khususnya di kalangan muda mudi Islam semakin marak dan sangat memprihatinkan. Untuk menyaingi aktivitas pacaran yang penuh kemaksiatan, dimunculkannyalah proses taaruf, yang mulanya proses ini lebih familiar di kalangan para aktivis dakwah.

Namun belakangan ini, proses ta'aruf bukan hanya dijalani oleh para aktivis dakwah, masyarakat umum bahkan para artis pun sudah banyak yang memilih menjemput jodohnya dengan menjalani proses ta'aruf lebih dulu. Sebut saja pernikahan Impian, Anisa Rahma (Mantan personil Cherrybelle dan) Anandito Dwis (penyanyi religi) beberapa waktu lalu yang sempat bikin fansnya terutama dari kalangan para singlelillaah pada baper. Yup, keduanya merupakan salah satu pasangan artis yang menikah lewat fase ta'aruf. Selain Anisa dan Anandito, siapa lagi pasangan artis yang menikah dengan menjalani taaruf terlebih dulu, hayooo ada yang bisa tebak? (Bisa dijawab di kolom komentar, hehe)

Jadi boleh dibilang, ta'aruf ini sebagai alternatif terbaik bagi sepasang insan yang ingin saling kenal mengenal lebih jauh untuk kemudian membina rumah tangga bersama. Ya daripada pacaran, mending kita ta'aruf, yuk.

Taaruf vs Pacaran, Apa Bedanya?


Jelas terdapat perbedaan yang sangat besar antara ta'aruf dan pacaran. Bahkan keduanya tidak bisa disamakan, karena berada pada sisi yang berbeda. Yang satu sisi kanan, satunya sisi kiri. Yang satunya sisi baik, satunya lagi sisi buruk. Satunya sisi yang insya Allah mendatangkan barokah, satunya justru membawa kemudharatan. 

Jujur saja, saya sudah menjalani keduanya jadi bisa tahu perbedaan antara ta'aruf dan pacaran dengan jelas. Duh, kalau nyinggung soal pacaran sebenarnya berat banget karena saya pun pernah menjadi pelakunya. Namun bersyukur Allah yang Maha Baik berkenan dan menakdirkan saya bertemu dengan Sang Jodoh melaui proses ta'aruf, bukan pacaran.


Baca Juga, Tuhan Mengapa Kau Larang Aku Pacaran?


Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan ta'aruf dan pacaran kamu bisa lihat gambar di atas. Intinya kalau mau dilihat dari sisi manapun pacaran justru mengundang banyak kemudharatan, sementara taaruf sebaliknya.

Yuk, Pahami Konsep Taaruf dengan Benar

Sebenarnya tidak ada aturan pasti mengenai konsep ta'aruf. Aturan yang ada bisa tergantung kondisi. Hanya saja, biasanya masih ada yang keliru memahami konsep ini atau sudah paham sih tapi sengaja menjadikan istilah taaruf sebagai dalih untuk bisa dekat dengan seseorang yang dikagumi. 

Untuk itu saya merasa perlu juga menjelaskan konsep ta'aruf yang benar itu seperti apa? Setidaknya ada 5 poin inti yang saya catat setelah menjalani fase taaruf berkali-kali.

Niat 

Innamal a'malu binniyah. Niat ini merupakan poin utama yang harus dihadirkan terlebih dahulu dalam hati sebelum memutuskan untuk menjalani fase ta'aruf. Ini juga yang membedakan taaruf dan pacaran.

Orang yang pacaran cenderung niatnya karena mengikuti hawa nafsu. Karena rasa suka semata yang kemudian muncul hasrat ingin memiliki. Namun karena belum siap untuk menjalin hubungan yang serius seperti pernikahan maka dilegalkanlah hubungan yang namanya pacaran. Seolah dengan status pacaran, dunia serasa seperti telah menjadi milik mereka berdua. 

Sedangkan orang yang hendak menjalani proses ta'aruf niatnya sudah harus jelas, bukan main-main. Makanya, yang boleh menjalani ta'aruf juga bukan sembarang orang. Setidaknya sudah cukup umur. Lha kalau pacaran? Zaman sekarang anak SD saja sudah banyak yang melakoninya. Miris banget, kan? Begitulah kalau anak-anak dibiarkan bebas bergaul sesama lawan jenisnya tanpa aturan maupun batasan.

Jadi memang sejak awal, orang yang hendak ta'aruf ini sudah mantap niatnya dan siap untuk menikah. Lillaahi ta'ala. Nah, kalau sudah ada niat ingin menikah, sudah merasa siap lahir batin juga silakan sampaikan ke mediator, jangan lupa siapkan pula bidodata atau cv taaruf kamu.

Mediator

Meski mungkin ada beberapa orang yang mengaku menjalani proses ta'aruf tanpa mediator tapi seharusnya point ini nggak boleh di-skip ya. Kenapa? Karena peran mediator dalam proses ta'aruf ini penting sekali.

Ia yang nantinya akan mengatur dan memantau jalannya proses ta'aruf, menjadi perantara komunikasi serta memberikan nasihat atau masukan bila ada masalah selama proses taaruf berlangsung.

Yup, proses ini memang seharusnya diperantarai dan sebisa mungkin diminimalisir komunikasi langsung antara si ikhwan dan akwat yang sedang menjalani taaruf tersebut agar tidak terjadi fitnah.

Untuk yang berperan menjadi mediator sendiri bisa dari orang tua, saudara maupun teman atau kerabat, termasuk guru ngaji. Namun sebaiknya kita memilih mediator yang sudah berpengalaman dan tahu adab-adab taaruf.

Biodata Ta'aruf

Proses taaruf akan diawali dengan taaruf tulisan sebelum lanjut ke tahap taaruf lisan atau secara langsung. Taaruf tulisan yang saya maksud di sini adalah taaruf lewat tukar biodata yang biasanya berisi data pribadi, riwayat pendidikan, pengalaman organisasi, pengalaman kerja, profil keluarga, kebiasaan sehari-hari, visi dan misi pernikahan, kriteria calon pasangan, rencana pasca pernikahan, dsb.

Nah, tugas mediator di sinilah yang akan menukarkan biodata tersebut. Dalam proses tukar biodata ini, biasanya mediator akan menyampaikan lebih dulu biodata pihak perempuan kepada pihak laki-laki tanpa sepengetahun si pihak perempuan. Hal ini atas pertimbangan karakter lelaki yang dianggap lebih "tegar" menerima penolakan ketimbang perempuan.

Jadi biodata yang nantinya akan diajukan ke pihak perempuan adalah biodata lelaki yang sudah merasa cocok dengan profil perempuan tersebut, tinggal si perempuan yang nantinya mempertimbangkan. Kalau si perempuan juga oke barulah proses taarufnya dilanjutkan dengan tanya jawab yang tentunya masih diperantarai oleh mediator.

Nazhar

Berikutnya adalah tahap "face to face" atau dalam istilah bahasa arab disebut Nazhar. Tahap ini baru bisa dilakukan setelah proses tukar biodata dan tanya jawab berlangsung lancar ya. Kalau misalkan dalam proses tersebut ada salah satu pihak yang merasa tidak cocok otomatis taarufnya akan berhenti di situ. 

Tapi kalau sampai tahap tukar biodata dan tanya jawab nggak ada masalah ya proses taarufnya lanjut dong ke tahap nazhar. Tahap ini juga sebenarnya sangat penting, sebelum memutuskan untuk lanjut ke tahap selanjutnya yang lebih seriu Kedua belah pihak memang dianjurkan dan memang seharusnya nazhar (lihat calonnya) dulu agar hati kian mantap.

Inilah indahnya Islam, meski aturan yang berkaitan dengan pergaulan lawan jenis sangat ketat, namun Islam juga tidak membiarkan seorang lelaki maupun perempuan asal memilih pasangan hidupnya, bak membeli kucing dalam karung.

Dari Al-Mughiroh bin Syu’bah radhiyallahu’anhu bahwasannya beliau melamar seorang wanita maka Nabi Muhammad SAW pun berkata kepadanya “Lihatlah ia (wanita yang kau lamar tersebut) karena hal itu akan lebih menimbulkan kasih sayang dan kedekatan di antara kalian berdua.”

Bahkan dalam Islam pun seorang wali dilarang memaksa menikahkan anak gadis tanpa izinnya terlebih dahulu.

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW. berkata :

“Tidak boleh menikahkan seorang janda sebelum dimusyawarahkan dengannya dan tidak boleh menikahkan anak gadis  sebelum meminta izin darinya.” Lalu mereka bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana cara mengetahui izinnya?” Beliau pun menjawab, “Dengan ia diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah, bagaimana Islam mengatur hubungan antar lawan jenis dengan begitu indah. Tidak ada paksaan sama sekali, yang ada hanya kerelaan hati. Jadi siapa bilang pasangan yang menikah tanpa melalui proses pacaran melainkan hanya dengan proses taaruf hubungannya nggak bisa langgeng?

Istikharah

Niat kita ketika hendak menjalani taaruf adalah karena Allah semata, lillaahi taala, maka sudah seharusnya kita pun selalu menyertakan Allah dalam proses yang sedang kita jalani itu. Apalagi saya yakin, setiap orang yang pernah menjalani taaruf pasti akan berhadapan dengan kebimbangan-kebimbangan.

Nah, istikharah inilah cara mengatasinya. Jangan lupa untuk selalu libatkan Allah dengan shalat istikharah. Tanyakan pada-Nya, mohon petunjuk terbaik dari-Nya,sebelum kita mengambil keputusan. In syaa Allaah akan ada jawabannya. Jawaban istikharah tidak melulu melalui mimpi ya. Kalau proses taaruf yang kita lalui berjalan lancar atau malah sebaliknya mengalami hambatan, itu juga termasuk jawaban dari istikharah kita kok:)

Itulah beberapa point penting yang perlu dipahami sebelum menjalani proses ta'aruf. Satu hal yang perlu dipahami juga, taaruf ini hanya merupakan proses awal dari ikhtiar kita yang hendak menjemput jodoh dengan cara yang ma'ruf namun belum tentu sampai ke pelaminan.

Namanya juga baru tahap perkenalan. Memang tujuannya sudah jelas tapi bila dalam proses ini ada salah satu pihak yang merasa tidak cocok, no problem, tidak perlu dilanjutkan ke tahap berikutnya. Saya saja harus melewati proses ini berkali-kali baru bisa taaruf dengan sosok yang benar-benar jodoh, hehe.

Kuy, selanjutnya saya akan ceritakan pengalaman saat taaruf dengan sang jodoh. Yuk siapa yang pengen kepo? Cuss lanjut di postingan #MenujuHalal : Taaruf dengan Sang Jodoh (2)

Salam,

@siskadwyta

Posting Komentar untuk "Taaruf dalam Islam, Seperti Apa Konsepnya?"