Cerita Kehamilan Kedua Trimester Kedua


Bismillaahirrahmaanirrahim

Cerita Kehamilan Kedua Trimester Kedua. Alhamdulillaah saat menulis postingan ini usia kehamilan saya baru saja melewati trimester kedua dengan lancar dan bahagia. Perut saya juga sudah semakin buncit even tidak terlalu nampak karena tertutupi dengan kerudung yang biasa saya kenakan kalau keluar rumah.

Seperti yang sudah saya singgung di cerita trimester pertama, pada kehamilan kedua ini saya merasa seolah tidak hamil karena kondisi yang saya alami tidak sama seperti kehamilan ibu-ibu pada umumnya yang biasa ditandai dengan mual muntah, nafsu makan berkurang, hidung sensitif, ngidam macem-macem, mood swings, dsb.


Ye kan, kondisi kehamilan setiap ibu berbeda masing-masing. Ah, jangankan pada setiap ibu, kondisi pada kehamilan pertama dan kedua yang dijalani seorang ibu pun pasti berbeda. Ini saya rasakan benar. Waktu hamil Zhafran tahun lalu, nyaris tiada hari yang saya lewati tanpa mual dan muntah, selera makan pun ikut berkurang. Dan meski nggak ngidam parah yang sampai pengen ngelakuin atau minta hal aneh-aneh tetap saja keluhannya itu lho. Duh, jangan ditanya, yang namanya keluhan pasti rasanya nggak enak tapi tetap dong harus dinikmati😊

Syukurnya, trimester pertama yang saya jalani pada kehamilan kedua ini minim akan keluhan, begitupula setelah memasuki trimester kedua. Etapi minim bukan berarti tanpa keluhan sama sekali ya. Keluhan tetap ada but setidaknya nggak separah saat kehamilan pertama saya.

So, kira-kira ada cerita apa saja pada kehamilan kedua trimester dua saya ini? 

Trimester Kedua, Keluar dari Zona Nyaman, Kembali Tinggal di Pondokan


Sejak Zhafran lahir hingga usianya menginjak sepuluh bulan saya nggak pernah keluar dari zona nyaman. Zona nyaman yang saya maksud di sini tinggal bareng keluarga. Yap, dari usia Zhafran baru lahir hingga jalan 3 bulan saya tinggal bareng mama dan keluarga di Gowa. Setelah mama balik Papua, saya hijrah kembali ke rumah mama mertua di Parepare hingga si kecil berusia 10 bulan. 

Artinya selama sepuluh bulan itu hidup saya lumayan enaklah, masih bisa banyak santainya karena untuk pekerjaan rumah tangga seperti masak, menyapu, mencuci piring, dll tidak musti selalu saya yang kerjakan. Ada yang membantu, bahkan kalau saya mau mau mandi, mau kerja di dapur atau keluar bareng ayahnya tidakiperlu rempong bawa si kecil, karena ada orang rumah yang bisa jagain.

Namun semenjak keluar dari zona nyaman dan hidup bertiga plus debay dalem perut, maa syaa Allah, baru kerasa benar begini toh rasanya jadi ibu rumah tangga yang harus ngurus segala keperluan baby besar dan baby kecil. Rempongnya bukan main.

Apalagi setelah pindah ke pondokan itulah baru Zhafran mulai antusias menunjukkan kemampuan barunya. Mulai dari merayap, duduk sendiri tanpa bantuan hingga merangkak dengan gaya ngesot sampai merangkak dengan gaya bayi pada umumnya. 

Baca juga Ketika Bayi Usia 11 Bulan Belum Bisa Merangkak

Padahal waktu masih tinggal di rumah neneknya dia anteng banget, distimulus berkali-kali agar bisa cepat merangkak dia ogah. Eh sekalinya pindah ke pondokan tanpa distimulus pun dia mulai bereaksi sendiri. Jadi bayi yang nggak bisa tinggal diam tenang di tempat, kecuali kalau sudah ngantuk. Aktifnya luar biasa. Saking aktifnya, jam tidurnya juga ikut berubah. 

Biasanya, paling lambat jam 9 malam Zhafran sudah ngorok, eh sekalinya lincah bergerak ke sana-ke mari jam segitu dia masih sibuk main, seolah nggak ada capek-capeknya. Saya dan ayahnya yang kewalahan menghadapi. Sampai mau kasih bobok si Kecil saja pake acara drama dulu, hehe.

Belum ditambah dengan drama yang saya hadapi tiap hari saat harus berkutat di dapur sementara saya cuma berdua dengan Zhafran. Mau masak, mau mencuci pasti diekorin. Mana di dapur banyak benda-benda berbahaya yang nggak boleh disentuh sama si bayi. Kebayang nggak gimana cara saya mengatasinya?

Awalnya saya memang sempat emosi. Sampai pernah tega ngurung Zhafran dan biarin dia nangis-nangis di kamar sendirian daripada ikut saya ke dapur, bahaya! Piring dan gelas kaca saja sudah beberapa berhasil dia pecahkan. Pegang pisau dan gunting, pernah. Dekati kompor yang menyala pun iya. 

Tahu sendiri kan tinggal di pondokan atau kos-kosan gitu nggak sama kayak tinggal di rumah sendiri. Minim perabotan. Lemari tinggi saja saya nggak punya, bukan karena nggak bisa beli tapi males belinya mengingat status hidup kami yang masih nomaden. Ruangan dapur juga nggak ada pintunya sehingga si Kecil bebas berkeliaran. Jadi memang saya yang harus ekstra ketat mengawasi.

Tapi sekarang karena sudah mulai terbiasa kerja diekori si kecil, yowes. Mau mencuci, mau masak, mau kerja apa-apa di dapur, saya bawa Zhafran. Yap, daripada pekerjaan saya nggak ada yang kelar-kelar dan sayanya juga kebawa emosi. Karena  melarang seribu kali pun si bayi ini mana ngerti jadi biarlah Zhafran ikut 'menambah' pekerjaan bundanya di dapur, hehe.

Baiklah itu kondisi ketika ayahnya pergi kerja dan saya masih berdua dengan Zhafran. Untuk saat ini saya belum bisa membayangkan gimana kondisi setelah adiknya lahir nanti😅

Tendangan yang Saya Rindukan itu Akhirnya Saya Rasakan Lagi


gambar : asianparent
Jujur saja, ini merupakan salah satu hal yang bikin saya kangen pengen hamil lagi pasca melahirkan. Merasakan tendangan-tendangan si jabang bayi dalam perut. Finally, saya bisa merasakan kembali tendangan tersebut di trimester kedua ini. 

Bagaimana rasa tendangan itu? Entahlah, dari kehamilan pertama hingga kehamilan kedua ini saya masih sulit menggambarkannya secara  pasti. Ada yang bilang rasanya seperti kupu-kupu yang terbang dalam perut, ada juga yang bilang rasanya seperti popcorn yang meletup-letup tapi yang saya rasakan tidak demikian. 

Dulu saya malah mengira tendangan atau gerakan si jabang bayi dalam perut bakal bikin saya merasa geli, ternyata tidak. Sensasinya itu lho, maa syaa Allaah. Betapa setiap tendangannya mengundang takjub. Sungguh tak terkira ada kehidupan baru yang sedang bertumbuh di rahim saya. Kehidupan yang kini kian teramat jelas kehadirannya. 

Eniwei, waktu hamil Zhafran, saya baru merasakan jelas tendangannya pertama kali dari dalam perut di usia kehamilan sekira 20 weeks. Malah saya lebih dulu tahu jenis kelaminnya ketimbang merasakan tendangannya, hehe. 

Waktu itu sempat khawatir juga sih karena menurut artikel yang saya baca, umumnya tendangan si kecil sudah bisa dirasakan sejak usia kehamilan 16 weeks. Terlebih dengar cerita teman-teman seangkatan hamil yang sudah merasakan tendangan janinnya bahkan saat masih trimester pertama. 

Lha saya? Sudah masuk 20 weeks tapi masih belum bisa merasakan tendangan si janin? Tepatnya mungkin bukan belum bisa merasakan, hanya saja waktu itu saya memang belum tahu sama sekali gerakan janin itu rasanya seperti apa. Dan ternyata memang wajar lho bila pada kehamilan pertama si ibu lambat merasakan tendangan si kecil.

Beda hal dengan kehamilan kedua ini. Karena sudah pengalaman sehingga tak sulit bagi saya untuk mengenali tendangan adiknya Zhafran. Bahkan saya sudah merasakan tendangan itu dari awal trimester kedua. Tendangan adiknya di dalem perut juga boleh dibilang lebih aktif dibanding kakaknya. Kalau Zhafran dulu biasa baru aktif gerakannya di siang hari, kalau adiknya ini bisa sepanjang hari. Pun seingat saya baru sering merasa perut kencang itu setelah usia kehamilan masuk 30 weeks ke atas eh yang ini malah sudah saya rasakan dari akhir trimester kedua.

Kondisi Kehamilan Kedua Trimester Kedua : Menikmati Begah dan Badan Pegal-pegal


gambar : health.detik
Seiring berlalunya waktu, perut saya makin buncit dan efeknya kurang lebih sama dengan keluhan yang saya rasakan saat trimester kedua pada kehamilan pertama. Hanya saja, lagi-lagi kondisi saya pada kehamilan kedua ini nggak parah-parah amat. 

Setidaknya masih bisa saya nikmatilah rasa begah ini, pun dengan badan yang gampang pegal. Padahal seingat saya, baru rasakan benar badan pegel-pegel sampai rasanya kayak mau remuk setelah masuk trimester ketiga. Sementara ini, baru masuk akhir trimester kedua dan saya sudah merasakan pegal-pegal yang luar biasa.

Periksa Kehamilan Kedua Trimester Kedua


gambar : klikdokter

Seperti trimester pertama, selama trimester kedua ini saya juga cuma sempat dua kali pergi periksa kehamilan. Pertama di dokter Nursiah, RSIA Ananda Trifa Parepare. Kedua di Bidan Praktik Mandiri Siti Mariani Assaad di Jalan Abu Bakar Lambogo no. 256 Makassar.



19 Weeks, Intipin Si Adik Dalam Perut, Laki-Laki atau Perempuan?

Di usia kandungan yang sama, RSIA yang sama dan dokter yang sama saat saya pertama kali tahu jenis kelamin Zhafran dulu. Apakah kira-kira jenis kelamin adiknya juga sama? Hahaha masih rahasia dong😅

Yup, jadi saya baru periksa pertama kali di dokter Obgyn saat usia kehamilan kedua ini sudah masuk 19 weeks. Sengaja pilihnya pas 19 weeks karena ingat waktu hamil Zhafran di usia segitu sudah kelihatan jenis kelaminnya. Bukan kebetulan juga waktu itu kami lagi weekend di rumah mama jadi sekaligus deh pergi periksa.

Ternyata benar, si dokter baru mulai USG, belum periksa yang lain-lain eh sudah keliatan jenis kelaminnya.

Anak pertamanya laki-laki atau perempuan? Tanya dokter

Laki-laki. Jawab saya.

Oh ini . . . Kata dokter tanpa basa-basi langsung memberitahu jk adiknya Zhafran.

Maa syaa Allaah, saya cuma senyam-senyum menanggapi. Haha, kakak dan adik ini kompakan banget ya, nggak mau bikin ayah bundanya penasaran. 

Hasil USG 19 weeks. Jk adiknya Zhafran sudah keliatan lho, ada yang bisa tebak? Hehe
Ngomong-ngomong soal jenis kelamin, saya pribadi nggak masalah, mau anak laki-laki atau perempuan sama saja. Toh, bukan hak kita yang menentukan, Allah yang kasih jadi apapun JK si janin nantinya harus tetap disyukuri dong.  Ya, meski ayahnya pengen banget punya jagoan lagi biar bisa jadi teman main Zhafran, sementara orang-orang di sekitar saya lebih mendoakan agar bayi kedua saya ini perempuan biar bisa sepasang gitu. Oke, kita lihat saja nanti setelah melahirkan, laki-laki atau perempuan😄

Baca juga Pengen Anak Laki-laki atau Anak Perempuan?

Mengenai dokter Nursiah sendiri sudah pernah saya singgung ya di cerita kehamilan pertama trimester kedua. Walau pada postingan tersebut sengaja tidak saya sebut namanya karena kesan saya waktu pertama kali bertemu dan periksa kehamilan di beliau kurang begitu bagus.

Malah saya sempat bilang sama diri sendiri kalau hamil lagi nggak mau periksa di beliau. Tapi faktanya? Ok, saya kembali periksa kehamilan di dokter Nursiah karena saya nggak punya rekomendasi dokter obgyn lain selain beliau di kota Parepare ini. Selain itu, tak dimungkiri walau kesan pertama saya saat bertemu, dokternya nggak recomended karena kelihatan cuek dan nggak ramah, tetap saja kalau kamu cari atau minta rekomendasi dokter Obgyn terbaik di kota kelahiran almarhum eyang Habibie ini pastinya kebanyakan dari mereka akan menyebut nama beliau. 

Nyatanya saat ketemu kedua kali dengan beliau, kesan yang saya dapatkan justru berbeda. Tidak secuek yang sebelumnya. Kali kedua ini beliau malah menyambut saya dan suami dengan ramah, padahal saya tahu pastinya beliau sudah penat banget bertemu dengan banyak pasien malam itu. 

Sudah lewat pukul 10 malam lho ketika akhirnya nama saya dipanggil setelah berjam-jam menunggu antrian. Saya menjadi pasien kedua terakhir saat itu dan beliau masih bisa melayani dengan baik. Sempat juga ngasih saran kalau sudah melahirkan nanti nggak usah nunggu lewat dari 40 hari baru KB😅


Periksa Kehamilan dengan BPJS di Bidan Praktik Mandiri

Berhubung di trimester kedua ini, tepatnya pertengahan bulan September kemarin saya, suami dan si Kecil sempat jalan-jalan ke Makasar  jadi sekaligus deh pengen periksa kehamilan dengan menggunakan BPJS di dokter Tiwi yang menangani persalinan anak pertama saya. Mumpung posisi kami saat itu dekat dengan faskes 1 saya di Klinik Kimia Farma Pettarani.


As you know, kalau mau periksa kehamilan dengan BPJS musti urus surat rujukan dulu di faskes 1. Nah, pengalaman saya waktu urus surat rujukan masih bisa request dirujuk ke dokter atau rumah sakit yang saya inginkan. Lha kali ini aturannya sudah beda. Saya tidak bisa lagi minta surat rujukan sesuai keinginan sendiri. 

Kalau minta rujukan sesuai keinginan sendiri BPJS tidak akan tanggung, begitu aturannya. Jadi hanya dokter faskes 1 yang berhak merujuk kita sesuai RS yang telah ditentukan. 

Kakak saya juga sebelumnya sudah infokan sih, sekarang kalau mau periksa kehamilan atau melahirkan dengan menggunakan BPJS harus di faskes 1 atau di bidan praktik yang bekerjasama dengan faskes 1 kita. 

Misal nih, karena di faskes 1 saya nggak ada ahli obgyn baik dokter maupun bidan sehingga oleh dokternya saya dirujuk ke tempat Bidan Mandiri Praktik (BPM) yang statusnya kurang lebih samalah dengan faskes 1. I think, Klinik Kimia Farma Pettarani ini telah bekerja sama dengan BPM tempat saya dirujuk untuk periksa kehamilan. Entah perkiraan saya itu benar atau salah. Kalau salah tolong diluruskan ya.

Lho kenapa nggak langsung dirujuknya ke dokter Obgyn? Nah, dokter di faskes 1 baru akan merujuk kita ke dokter obgyn hanya bila ada indikasi tertentu. Aturan ini juga berlaku untuk persalinan. 

Duh, ternyata bukan cuma tarif iuran BPJS yang naik, aturannya juga makin ribet ya rasanya. Makanya saya sempat kaget waktu tahu dapat rujukannya ke BPM bukan ke RS. Agak kecewa sih karena kalau dirujuknya ke BPM otomatis saya tidak bisa dapat layanan USG gratis, hehe tapi tak apalah, yang penting saya bisa periksa kehamilan lagi di trimester kedua ini.

So far, usai urusan di faskes 1, kami langsung cuss menuju BPM tempat saya dirujuk, tepatnya di jalan Abubakar Lambogo no. 256. Berbekal google maps, tidak sulit menemukan tempat praktik yang dikelola oleh Bidan Siti Mariani ini.

Sesampai di sana kami langsung disambut hangat oleh si Bidan dan perawatnya. Prosedur pemeriksaan yang saya dapatkan kurang lebih sana dengan pemeriksaan di Puskesmas. Karena sebelummya saya sudah tes laboratorium dan suntik TT3 sehingga pemeriksaannya yang saya dapatkan kali itu tinggal pemeriksaan perut (di luar timbang BB dan cek tensi) untuk mengetahui denyut jantung janin, letaknya dan tinggi fundus serta pemberian obat/suplemen kehamilan. Sayang sekali waktu datang ke sana saya lupa bawa buku KIA jadi tidak ada catatannya.

Oya ngomong-ngomong soal BB saya hampir lupa, waktu periksa di dokter Nursiah pas usia kehamilan masuk 19 weeks, BB saya sudah mencapai 52 kg. Sementara BB saya pas periksa kedua di BPM Siti Mariani ini, tepatnya saat usia kehamilan saya sudah jalan 27 weeks atau masuk akhir trimester akhir sudah mencium angka 55 kg. Untuk hasil tensi sendiri saya tidak hapal, yang jelasnya masih normal.

Semoga di trimester ketiga ini kehamilan saya juga bisa berjalan dengan lancar dan bahagia. Tinggal tiga bulan lagi Nak, kita akan segera bersua. In syaa Allah😊

Oke, itulah sedikit cerita tentang kehamilan kedua saya pada trimester kedua kemarin. Sampai jumpa di cerita kehamilan selanjutnya :)

Salam, 

@siskadwyta

24 komentar untuk "Cerita Kehamilan Kedua Trimester Kedua"

Comment Author Avatar
Senoga lancar dan sehat selalu yaa...pemeriksaan rutin memang wajib dilakuin saat hamil terutama kalo ada keluhan or indikasi tertentu
Comment Author Avatar
Semoga sehat terus ya Mba, sampai masanya melahirkan nanti. Btw, kirain saya aja yang ngerasain BPJS makin ribet huhu
Comment Author Avatar
Jadi ikutan kangen merasakan tendangan debay dalam perut. Etapi, masak iya sih mirip popcorn yang meletup-letup hihihi
Btw, sehat terus ya, mbak. Lancar sampai lahiran nanti. Cewek atau cowok, pasti sama bahagianya...
Comment Author Avatar
Sehat terus untuk Bunda, dedek bayi yang sudah masuk trimester kedua, lancar hingga persalinan dan ketemu dengan kakak Zhafran. Melihat perkembangan si kecil dan pertumbuhan janin dalam kandungan memang menakjubkan ya.
Comment Author Avatar
Tendangan bayi dalam perut sensasinya emang ngangenin dan mixed feelings bangeeett! :D
Semoga lancaaarrr dan bisa bersalin dgn sehaaatt ya
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Comment Author Avatar
Amin, semoga sehat2 dan lancarsemua sampai lahiran nanti ya.
Aku saat hamil anak ke 2 di kehamilan 8 bln, kata dokternya jenis kelamin calon bayiku perempuan (anak 1 perempuan), ternyata saat lahir laki-laki hehe.
Comment Author Avatar
Duh kak terharu akutu baca ceritanya. Emang menjadi ibu itu adalah berkah yang ditunggu semua perempuan yah kak. Sehat terus dan lancar sampai hari H yah kak, makan yang sehat" juga. Luv!
Comment Author Avatar
Syukurlah mbak sudah bisa melewati masa kehamilan dengan menyenangkan....saya ikut bahagia mendengarnya....semoga tetap sehat sampai lahiran nanti ya sehingga kakak punya teman bermain dan tidak kesepian di rumah....cewek atau cowok nantinya tetap disyukuri ya mbak karena bisa hamil dan melahirkan adalah anugerah terindah dari Allah....dan tidak semua wanita bisa mendapatkan amanah ini.....
Comment Author Avatar
Masya Allah ikut excited. Semua bumil & baby sehat terus. Aamiin. Kak Zafran pasti senang nanti ada teman main.
Comment Author Avatar
Wah pasti excited banget ya mba menanti kelahiran dedek bayinya. Sehat-sehat sterus ya sampai lahiran... amin aminn
Comment Author Avatar
Loalah berubah lg tho mbk ketentuan utk usg pakek bpjs. Aku dlu tinggal minta pengantar rujukan utk usg di rs ke faskes 1, langsung dibikinin sm dokter faskes 1. Alhmdulillah. Duh, koq makin gt nih bpjs. Btw sehat selalu buat bumil, jg calon dekbayi aamiin
Comment Author Avatar
Menjalani masa kehamilan itu bahagia sekali ya, Mbak. Merasakan tahap demi tahap perkembangan bayi di dalam perut.
Semoga kehamilannya dimudahkan dan menjalani persalinan dengan lancar dan selamat, aamiin
Comment Author Avatar
Wah tinggal tiga bulan lagi lahirannya ya, semoga sehat sehat ya. Selalu menyenangkan membaca atau mendengar kabar kehamilan teman atau saudara. Rasanya bahagianya menular gitu
Comment Author Avatar
Saya juga senang banget dan rindu dengan tendangan si kecil dari perut mbak, betapa bahagianya jika kita dapat merasakan tendangan si kecil hehe.
Comment Author Avatar
Semoga sehat sehat terus ibu dan bayinya ya Mbak
Btw saya juga pernah merasakan hebohnya saat anak masih balita dan lagi senang bereksplorasi
Dapurnya nggak ada pintu tapi akhirnya dibuatkan pintu penghalang pendek oleh pemilik kontrakan he he
Comment Author Avatar
aahh seru bgt baca ceritanya Mba Siska, mengasikkan dan seru bgt ya Mba rasanya hamil itu, semoga Alloh berikan amanah ke saya dan suami. jd bisa mturut merasakan keseruan yg Mba alami :). ngurus baby besar udah sesuatu apalagi satu paket lengkap ya Mba hehe
Comment Author Avatar
Senang banget liatnya. Jadi kangen merasakan tendangan bayi dan tiap bulan penasaran mau liat perkembangannya saat di USG.
Sehat terus ya, mbak :*
Comment Author Avatar
Beneran Mbak saya juga kangen sama tendangan si baby saat di dalam perut. Ada semacam sinyal yang bilang hi mom, aku baik-baik aja di sini. Duuh beneran rindu saat² seperti itu.
Comment Author Avatar
cerita kehamilan memang beraneka rupa yaa mba..dan yang penting jalani dengan bahagiaaa...supaya semua lancaar
Comment Author Avatar
Membaca ini aku jadi teringat sama pengalaman hamil dulu, kangen juga ditendang2 sm janin di perut
Comment Author Avatar
Mbak.. selamat merasakan kehamilan lagi ya.. semoga lancar jaya hingga persalinan nanti.. adek bayi sehat dan mbakkny juga sehat dan kuat, semakin lancar juga periksa kehamilannya.. ngga ribet ribet lagi yak mbak... aamiin
Comment Author Avatar
Aku nggak pernah bisa baca hasil USG tuh. Selalu bingung manaaa yang nunjukin laki dan perempuannya hahahaa... Apapaun jk nya tetap anugerah ya Siska, semoga sehat selalu bunda dan dedek bayinya. Makin meriah nih ada Zhafran dan adiknya ntar.
Comment Author Avatar
Duh jd keinget pas ngrasain tendangan baby mbak, benr2 sensasi yang gak akan bisa kita lupakan yaaa. Sehat2 ya mbak kehamilannya aamiin
Comment Author Avatar
ahh... jadi pingin hamil lagi akuh baca ttulisan ini... masuk trisemester kedua dan ketiga tuh aku nikmati banget ... dulu aku masih mual dan muntah tapi karena sesekali merasakan tendangan dan gerakan di perut jadi otomatis terhibur dan bahagia rasanya.. ih, kangen hamil

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.