Mata Minus Tinggi, Lahiran Normal atau Sesar?

Mata Minus Tinggi, Lahiran Normal atau Sesar?

Finally, saya dilanda dilema bin galau lagi gara-gara kondisi mata saya yang kata dokter spesialis mata dan dokter obgyn nggak recommended  buat lahiran normal.

Padahal sebelumnya saya sudah punya pengalaman dua kali menjalani persalinan normal dengan kondisi mata minus tinggi dan retina yang mulai menipis. 

Tapi entah kenapa untuk persalinan ketiga ini saya ragu, saya nggak yakin, saya takut terjadi apa-apa dengan mata saya jika memaksa untuk tetap menjalani persalinan secara pervaginam.

Kata hati pengen normal tapi dokternya lebih menyarankan operasi sesar. So what, saya harus gimana dong? huhu. Tuh, kan galau banget.

Mengapa Ibu Hamil dengan Mata Minus Tinggi Lebih Disarankan Sesar?

Mengapa Ibu Hamil dengan Mata Minus Tinggi Lebih Disarankan Sesar?

Siapa bilang ibu hamil dengan mata minus tinggj nggak bisa lahiran normal? Bisa kok, bisa banget karena saya sudah membuktikannya sendiri.

Alhamdulillaah dua persalinan yang saya jalani sebelumnya berhasil saya lewati tanpa operasi. Saat itu minus mata saya juga sudah termasuk tinggi. Bahkan waktu hamil anak kedua minus mata saya sudah menunjukkan angka 7 (kanan) dan 8 (kiri) ditambah silinder.

Kondisi mata minus dikatakan tinggi jika menunjukkan angka lebih dari  6 dioptri atau minus 6 ke atas. 

Dilansir dari alodokter, seseorang dengan kondisi mata minus tinggi rentan mengalami komplikasi, diantaranya ablasio retina (robeknya retina), pecah pembuluh darah, katarak, dan glaukoma.

Itu sebabnya ibu hamil dengan kondisi mata minus tinggi lebih disarankan oleh dokter ahli untuk menjalani persalinan secara sesar ketimbang normal. 

Alasannya untuk menghindari komplikasi tersebut terutama ablisio retina yaitu lepas atau robeknya retina mata karena rabun yang terlalu tinggi. 

Akibat ablisio retina ini seseorang bisa saja kehilangan penglihatannya secara mendadak dan sulit disembuhkan bahkan dalam kondisi paling parah bisa menyebabkan buta permanen.

Nah, yang perlu teman-teman ketahui, lepasnya retina atau ablisio retina sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja, namun risikonya memang lebih besar pada penderita miopia akut atau memiliki minus tinggi.

Kondisi inilah yang dikhawatirkan terjadi saat menjalani persalinan normal. Proses mengejan  pada penderita mata minus dapat meningkatkan tekanan pada bola mata sehingga berpotensi menyebabkan robeknya retina mata (ablisio retina).

That's why, kebanyakan dokter spesialis mata dan dokter obgyn lebih menyarankan ibu hamil dengan kondisi mata minus tinggi untuk menjalani persalinan sesar ketimbang normal. Sampai di sini paham ya!

Mata minus tinggi dan komplikasi melahirkan

Mata minus tinggi dan komplikasi melahirkan

Honestly, sejak hamil anak pertama sebenarnya saya sudah galau dengan metode persalinan yang akan saya jalani nantinya. Gara-gara kondisi mata saya yang kata orang-orang termasuk kata dokter ahli berisiko mengalami kebutaan jika dipaksa menempuh persalinan normal. 

Bahkan pada kehamilan pertama itu sebenarnya saya sudah nyaris pasrah saja kalau misalkan harus sesar. Qadarullaah saya dipertemukan dengan dokter pro normal, suami pun mendukung saya buat lahiran secara alami. 

Alhamdulillaah-nya lagi kondisi kehamilan saya baik-baik saja dalam artian tidak ada indikasi yang mengharuskan saya untuk operasi.

Posisi bagus, tidak ada lilitan tali pusar, bebas plasenta previa (plasenta tidak menutup jalan lahir), air ketuban aman, BB janin ok. Semuanya bagus.

Atas alasan tersebut si dokter obgyn yang menangani persalinan pertama dan kedua saya langsung memberikan surat pengantar untuk menjalani persalinan normal tanpa mempermasalahkan sama sekali kondisi mata saya.

Menurut beliau, proses mengejan saat melahirkan sama seperti saat BAB sehingga bukan hal yang perlu dipermasalahkan. 

Apakah mengejan saat BAB membuat penglihatan ibu menjadi kabur? Selama ini ketika ibu BAB dan mengejan mata ibu baik-baik saja, kan, tidak sampai mengalami kebutaan? 

Begitu kurang lebih argumen beliau yang bikin saya akhirnya mantap untuk menjalani persalinan normal.

Saya yakin jika persalinan ketiga ini ditangani lagi oleh beliau besar kemungkinan saya bisa merasakan kembali nikmatnya melahirkan normal karena tidak ada masalah sama sekali dengan kondisi kehamilan saya.

Namun belajar dari pengalaman persalinan sebelumnya dan atas berbagai pertimbangan saya memilih untuk tidak melahirkan di RSIA Ananda Makassar, tempat beliau praktik.

Saya memutuskan untuk melahirkan anak ketiga di Parepare tepatnya di RSIA Ananda Trifa. Eniwei, dokter obgyn saya kali ini bukannya kontra. Beliau juga pro normal kok tapi tidak berani mengambil risiko.

Ya, dokter mana sih yang berani ambil tindakan yang dapat membahayakan kondisi pasiennya. Di sini baru saya paham, dokter obgyn hanya akan mengambil tindakan operasi bila pasiennya memiliki komplikasi 

Kalau tidak ada komplikasi ya buat apa sesar. Lebih baik normal, kan?

Nah, bedanya dokter obgyn yang menangani persalinan pertama dan kedua saya
tidak menganggap mata minus merupakan komplikasi sehingga tidak perlu tindakan operasi. Yang penting kondisi kandungan bagus, oke bisa normal.

Even ujung-ujungnya dua kali persalinan normal yang saya jalani sebelumnya hanya hanya ditemani bidan, tidak ditangani langsung oleh beliau yang merupakan salah satu dokter kandungan terbaik di Makassar.

Sedangkan dokter obgyn yang menangani persalinan ketiga saya menganggap mata minus tinggi termasuk komplikasi sehingga beliau menyarankan untuk sesar.  

Namun sebelum itu beliau menyuruh saya untuk memeriksakan terlebih dahulu kondisi mata saya di dokter spesialis mata. Hasilnya? Ya, kondisi retina mata kiri dan kanan saya sudah mengalami penipisan.

Kendati demikian, baik dokter spesialis mata maupun dokter obgyn tidak memberikan keputusan apa pun. Mereka hanya memberi saran. Keputusan sepenuhnya dikembalikan ke saya. 

Mengingat kondisi kehamilan saya bagus, juga tidak ada riwayat pre eklempsia sehingga besar kemungkinan bisa normal, terlebih lagi dua persalinan sebelumnya berhasil saya lewati tanpa operasi.

Cuma ya itu tadi, dikhawatirkan risikonya bisa memperburuk kondisi penglihatan saya. Dikasih pilihan kayak gitu saya jadi galau banget dong.

Mata minus tinggi bikin galau, normal atau sesar?

Sebagai lifestyle blogger saya memang suka berbagi cerita dan pengalaman di blog ini,  termasuk pengalaman saat melahirkan.

Nah, karena postingan mengenai pengalaman melahirkan normal dengan kondisi mata minus tinggi, saya seringkali menerima DM dari ibu-ibu hamil yang memiliki kondisi mata sama dengan saya. 
Saya juga punya mata minus, Mbak, pengen banget bisa melahirkan normal tapi dokter obgyn saya vonis sesar. 
Begitu kurang lebih isi DM yang menyatakan kegalauan mereka. Saya paham benar apa yang mereka rasakan.

Walaupun saya sendiri sudah membuktikan ibu hamil dengan mata minus tinggi bisa lahiran normal tapi kalau dikasih kesempatan hamil lagi saya sendiri nggak yakin bisa menempuh persalinan yang sama.

Sama diri sendiri saja saya nggak yakin, gimana saya mau yakinkan mereka buat ikutin jejak saya. Paling ya saya cuma bisa sharing pengalaman dan memotivasi mereka buat ikhtiar normal dulu. 

Namun pengalaman yang saya bagikan tidak bisa dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan karena setiap kehamilan punya kondisi yang berbeda. 

Jangankan kehamilan antara ibu yang satu dengan ibu yang lain. Kehamilan anak pertama, kedua dan seterusnya juga punya kondisi masing-masing.

So, sebagai bahan pertimbangan bolehlah, tapi kalau untuk pengambilan keputusan itu memang harus dikomunikasikan terlebih dahulu dengan dokter ahli. 

Because biar bagaimana pun yang tahu persis kondisi kandungan maupun kondisi retina mata kita ya dokter yang memeriksa.

Well, yang dimaksud dengan ikhtiar normal di sini, kita kudu usaha dulu buat lahiran secara pervaginam. Nggak langsung pasrah saja mau dioperasi karena melahirkan normal dengan kondisi mata minus tinggi bukan hal yang mustahil. 

Sudah banyak kok yang membuktikan, bukan saya saja. Ibu-ibu yang pernah DM saya dan menyatakan kegalauannya itu semua pada melahirkan normal lho. Saya tahu karena setelah melahirkan, mereka kembali mengabari saya via DM.

So far, kalau pun setelah ikhtiar, hasilnya tetap nggak memungkinkan ya nggak masalah. Kayak persalinan Ria Ricis kemarin, dia dan suaminya sudah usaha semaksimal mungkin buat lahiran normal. 

Bahkan meskipun sudah divonis sc malam sebelum persalinannya itu Ricis masih usaha biar rasakan kontraksi tanpa induksi. 

Tapi karena ada komplikasi dengan kandungannya akhirnya dia putuskan buat ambil tindakan sesar.
Apapun jalan lahirnya, itu yang terbaik menurut Allah.

Suka banget dengan kutipan Ria Ricis di atas. Yup, apapun jalan lahirnya, mau normal atau sesar itulah yang terbaik. 

Jadi buat bumil yang punya minus mata tinggi nggak perlu galau berlebihan. Kalau memang pengen melahirkan secara pervaginam silakan ikhtiar dulu, berdayakan diri dan pilihlah layanan kesehatan yang mendukung persalinan normal. Dukungan dari keluarga terutama suami juga sangan penting.

Apapun hasilnya nanti nggak usah kecewa. Yang penting kan sudah ikhtiar. Kalau memang pada akhirnya divonis sesar ya berarti itulah jalan persalinan terbaik yang Allah tetapkan untuk kita. Semangat :)

Penutup

Di persalinan ketiga ini saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti apa yang disarankan oleh dokter.

Keputusan yang tidak mudah memang. Sempat sampai mewek pula karena pengennya bisa lahiran normal lagi tapi saya merasa kondisi mata saya semakin parah. 

Apalagi setelah diperiksakan ke dokter spesialis mata hasilnya retina kedua mata saya sudah mengalami penipisan. Namun baik dokter mata maupun dokter kandungan yang saya datangi sama-sama tidak memberi vonis apapun. 

Mereka hanya memberikan saran namun keputusan tetap dikembalikan ke saya. Sebenarnya saya bisa saja nekat menempuh persalinan normal lagi tapi bagaimana kalau kali ketiga ini hal yang saya khawatirkan benar terjadi.

Namanya risiko memang belum pasti. Hasilnya masih fifty-fifty tapi demi menghindari kemungkinan terburuk.

Bismillaah

Bisa dua kali menjalani persalinan normal dengan kondisi mata minus tinggi dan retina yang mulai menipis sungguh merupakan anugerah yang luar biasa. Terima kasih Tuhan.

Di persalinan ketiga ini saya tidak berharap banyak. Yang penting saya dan janin yang saya kandung bisa melalui proses persalinan dengan selamat dan sehat itu saja sudah merupakan kesyukuran yang tidak ternilai harganya.

Posting Komentar untuk "Mata Minus Tinggi, Lahiran Normal atau Sesar?"