Pertimbangan Memilih Rumah Sakit untuk Bersalin
Pertimbangan Memilih Rumah Sakit untuk Bersalin. Tanggal 30 November ini kehamilan saya tepat memasuki usia 37 weeks. Itu artinya tidak lama lagi adiknya Zhafran akan segera lahir. Zhafran sendiri waktu itu lahir saat usia kehamilan saya memasuki 38 weeks 6 days, maju 8 hari dari HPL-nya. Jadi kalau adiknya ngikutin jejak si kakak perkiraan saya kemungkinan bakal melahirkan pertengahan Desember.
Taksiran dokter Obgyn saya malah awal Desember. Beliau bahkan sudah memberikan surat keterangan untuk rawat inap saat kontrol terakhir saya beberapa waktu lalu yang nantinya tinggal ditunjukkan ke pihak administrasi RS jika saya sudah merasakan mulesnya melahirkan.
Iya sih, pada usia kehamilan 37 weeks organ tubuh janin sudah sempurna sehingga bayi yang lahir di usia kehamilan ini tidak termasuk bayi prematur. Beda halnya dengan bayi yang lahir di bawah usia 37 weeks. Dari beberapa referensi yang saya baca, melahirkan di usia kehamilan 37-38 weeks termasuk normal dan cukup umur. Namun demikian waktu kelahiran bayi yang paling baik adalah pada rentang usia 38-42 weeks sebab usia 37 weeks masih dianggap terlalu dini untuk melahirkan sehingga tidak lepas dari risiko.
Yah, semoga saja si adik juga lahirnya di usia kehamilan 38-39 weeks atau maju sedikitlah dari HPL. Pasalnya kalau kelamaan apalagi sampai lewat HPL biasa bikin ibu hamil yang tinggal menunggu waktu launching kayak saya jadi galau, ya kan?
Eniwei, karena waktu launching semakin dekat saya juga nggak lepas dari rasa deg-degan, even sudah pernah punya pengalaman sekali melahirkan. Kurang lebih samalah seperti orang yang bakal tampil di depan publik. Meski sudah punya pengalaman sekali dua kali tetap saja bakal gugup saat akan kembali menjadi pembicara di depan umum. Begitulah kira-kira yang dirasakan ibu hamil. Melahirkan akan selalu menjadi momen yang paling mendebarkan.
Berhubung waktu kelahiran si adik tinggal menghitung hari, tentu salah satu hal utama yang sudah harus siap adalah menentukan tempat bersalin. Rencana mau melahirkan dimana? Di Puskesmas, Klinik Bersalin, Bidan Praktik Mandiri, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Bersalin atau Rumah Sakit Ibu dan Anak? Atau memilih melahirkan di rumah saja dengan metode gentle birth?
Well, pemilihan tempat bersalin ini penting ya. Setidaknya kita sudah bisa memastikan bakal lahiran dimana ketika usia kehamilan telah memasuki trimester akhir. Jangan sampai kita sudah mulai merasakan kontraksi persalinan baru sibuk cari tempat untuk bersalin. Bisa-bisa lahiran spontannya malah di jalan lagi.
Untuk itu pada postingan kali ini saya pengen sedikit mengulas terkait pertimbangan memilih rumah sakit untuk bersalin. Sengaja saya menggunakan kata "rumah sakit" bukan "tempat" karena kalau bahasannya tempat, ulasan ini bakal meluas. Sementara saya sendiri tidak kepikiran sama sekali mau melahirkan di tempat lain selain Rumah Sakit. Jadi kita persempit saja bahasanya ya.
Honestly, pada kehamilan kedua ini saya sempat dilanda galau menentukan rumah sakit untuk bersalin. Alhasil sampai usia kehamilan menginjak delapan bulan saya masih belum menemukan rumah sakit yang akan dituju ketika hendak melahirkan.
Saya pengennya sih bisa melahirkan di rumah sakit yang sama dengan rumah sakit tempat saya melahirkan Zhafran, yakni di RSIA Ananda Makassar. Masalahnya kondisi saya pada kehamilan ini tidak sama dengan kehamilan pertama.
Waktu hamil pertama kan saya cuma berdua dengan suami, saya mau melahirkan dimana suami tinggal ikut dan setia mendampingi. Lha sekarang? Ada si kakak yang juga harus diperhatikan.
Kalau saya mau melahirkan di Makassar, Zhafran siapa yang jagain?
Nah, ini yang bikin saya galau. Lantaran tidak ada orang yang bisa saya dan suami percayai buat jagain Zhafran. Ada sih tante-tantenya (saudara kandung saya) tapi semua pada sibuk. Yang satu sibuk ngurus anaknya yang masih bayi dan batita, yang satunya lagi sibuk dinas di rumah sakit. Tidak mungkin saya mintai tolong.
Jadi suami ngasih saran, mending melahirkan di Parepare saja. Di sana banyak personil yang bisa jagain Zhafran. Ada neneknya, tante-tante dan om-omnya. Yup, itu saran yang bagus, setidaknya kalau melahirkan di Parepare saya nggak perlu khawatir dan pusing cari baby sitter untuk jagain si kakak.
Hanya saja karena saya belum punya pengalaman sama sekali melahirkan di Parepare pun karena sudah terlanjur nyaman dengan rumah sakit yang saya tempati waktu melahirkan Zhafran, saya jadi keberatan dengan saran suami ini.
Memang sih di Parepare ada juga RSIA Ananda, lengkapnya RSIA Ananda Trifa. Saya sempat dua kali periksa kehamilan di sana, masing-masing satu kali pada kehamilan pertama dan kedua di dokter obgyn yang sama. Dokternya termasuk dokter obgyn yang recommended di Parepare, tapi eh ada tapinya. Saya lebih sreg dengan dokter Obgyn yang menangani saya di RSIA Ananada Makassar. Jadi gimana dong? Duh, benar-benar dilema banget kan ya?
So far, kira-kira dimanakah rumah sakit yang akan saya tempati untuk bersalin nanti? RSIA Ananda Makassar atau RSIA Ananda Trifa Parepare? Oke pertanyaan ini saya skip dulu yaak. Jawabannya nanti saya bocorin di akhir.
Sekarang simak dulu yuk apa-apa saja yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih rumah sakit untuk bersalin?
Rumah Sakit Khusus
Dibanding rumah sakit umum, saya lebih memilih menjalani persalinan di rumah sakit yang memang dikhususkan untuk bersalin seperti Rumah Sakit Bersalin (RSB) atau Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA).
Alasan saya sederhana saja, setidaknya di rumah sakit khusus untuk persalinan saya tidak perlu bertemu dengan banyak pasien yang datang ke rumah sakit dengan tujuan berobat yang beragam. Kalau datangnya ke rumah sakit khusus untuk persalinan kan paling ketemunya sesama ibu hamil atau ibu yang datang membawa anaknya untuk berobat.
Alasan saya sederhana saja, setidaknya di rumah sakit khusus untuk persalinan saya tidak perlu bertemu dengan banyak pasien yang datang ke rumah sakit dengan tujuan berobat yang beragam. Kalau datangnya ke rumah sakit khusus untuk persalinan kan paling ketemunya sesama ibu hamil atau ibu yang datang membawa anaknya untuk berobat.
Fasilitas Rumah Sakit Lengkap
Salah satu hal yang juga penting menjadi pertimbangan memilih rumah sakit untuk bersalin adalah fasilitasnya. That's why, kalau kamu ikutin akun @bidankita atau pernah baca buku Bidan Yessie yang berjudul #BebasTakut Hamil dan Melahirkan kamu pasti tahu kalau owner dari @bidankita ini sangat menganjurkan wisata rumah sakit terlebih dahulu.
Tentunya manfaat dari wisata rumah sakit ini akan sangat membantu kita dalam memilih rumah sakit yang tepat. Nah, menurut saya pribadi rumah sakit yang tepat adalah rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap, selain memiliki tenaga medis yang profesional.
Ya kita kan tidak tahu apa yang akan terjadi selama proses persalinan berlangsung. Misal saja si bayi lahir prematur atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sehingga harus dimasukkan ke NICU atau ICU. Atau ada kondisi darurat yang membutuhkan fasilitas tertentu. Sementara rumah sakit yang kita pilih ternyata tidak memiliki fasilitas tersebut. Jelas hal itu akan membuat kita mengalami kesulitan bukan?
Jadi sebaiknya memang sebelum menentukan rumah sakit untuk bersalin pastikan terlebih dahulu apa-apa saja fasilitas yang terdapat di rumah sakit tersebut. Lengkap atau tidak? Jika tidak kita masih punya kesempatan untuk mencari rumah sakit lain daripada kecewa dan mengalami kesulitan belakangan, iya nggak?
Ruangan Nyaman dan Room In
Jujur saja, saya termasuk orang yang rada phobia dengan rumah sakit. Makanya saya tidak pernah betah berlama-lama berada di rumah sakit apalagi rumah sakit dengan bau yang khas.
Jadi pemilihan rumah sakit dengan ruangan yang nyaman ini penting banget buat saya. Paling tidak ruangan yang saya tempati nanti bisa membuat saya merasa seperti tidak berada di rumah sakit.
Selain itu rumah sakit yang saya pilih juga harus Room in. Ya saya nggak mau dong setelah melahirkan langsung dipisahkan dengan bayi saya. Bundanya di ruangan mana, bayinya di ruangan mana. Kalau ruangannya terpisah kan bisa menyulitkan proses menyusui si bayi. Sementara ibu yang baru melahirkan jelas harus sering-sering menyusui bayinya sehingga dapat merangsang produksi ASI agar cepat keluar.
Dokter Obgyn Pro Normal
Memilih dokter obgyn pro normal itu juga penting buat ibu hamil dengan kondisi mata minus tinggi seperti saya. Kenapa demikian? Ya karena selama ini yang saya dengar dari kata orang-orang perempuan berkacamata apalagi yang minusnya sudah tinggi sangat berisiko melahirkan secara normal. Bisa menyebabkan kebutaan katanya.
That's why, waktu hamil Zhafran saya sempat pesimis bahkan sudah nyaris pasrah saja jika persalinan pertama yang akan saya jalani bakal berakhir di meja operasi. Qadarulullaah, saya bertemu dengan dokter obgyn yang tepat. Saat saya dan suami konsul terkait kondisi mata saya, beliau menanggapi dengan begitu optimis. Beliau sama sekali tidak menyarankan saya untuk sesar yang ada malah saya yang disemangati untuk ikhtiar normal dulu.
Of course, tidak semua dokter obgyn punya pandangan sama seperti dokter yang saya datangi ini. Cerita yang saya dengar malah banyak dokter obgyn yang menolak membantu persalinan ibu hamil dengan kondisi mata minus tinggi karena tidak mau mengambil risiko.
Pokoknya kalau si ibu hamil matanya minus berarti harus sesar. Padahal nggak gitu juga. Mata minus tidak termasuk salah satu indikasi medis yang mengharuskan si ibu menjalani persalinan sesar lho. Yah kecuali kalau kondisi janin atau ibunya yang memang tidak mendukung untuk persalinan normal seperti posisi janin sungsang, plasenta menghalangi jalan lahir, pecah ketuban dini, pinggul ibu sempit, terdapat banyak lilitan dan lain sebagainya.
Tapi kalau mata minus? Bisa kok lahiran normal. Saya sudah membuktikannya pada kehamilan pertama dan in syaa Allaah pada kehamilan kedua ini saya juga akan memilih persalinan secara normal.
Rumah Sakitnya Pro IMD, Pro ASI
Barangkali saya akan sangat menyesal bila setelah melahirkan bayi saya tidak mendapatkan IMD dan langsung diberikan susu selain Air Susu Ibunya hanya karena ASI saya tidak kunjung keluar pada 3 hari pertama.
Kenyataannya tidak semua rumah sakit Pro IMD dan pro ASI. Untuk itu hal yang satu ini tidak boleh luput dari perhatian saya. Rumah sakit yang pro IMD dan pro ASI ini bahkan termasuk pertimbangan utama saya ketika memilih rumah sakit untuk bersalin. Karena saya tahu benar betapa pentingnya ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan bayi.
Jangan sampai hanya karena saya salah memilih rumah sakit, bayi saya tidak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi haknya atau gagal ASI Eksklusif karena sudah terpapar sufor lebih dulu saat masih di rumah sakit.
Alhamdulillaah, Zhafran dulu bisa langsung mendapatkan IMD sesaat setelah lahir dan saya bisa bebas menyusuinya karena kami disatukan dalam ruangan yang sama (room in) karena pihak RS tempat saya melahirkan memang benar-benar pro IMD dan pro ASI. Saya berharap adiknya pun nanti bisa merasakan hal yang sama.
Alhamdulillaah, Zhafran dulu bisa langsung mendapatkan IMD sesaat setelah lahir dan saya bisa bebas menyusuinya karena kami disatukan dalam ruangan yang sama (room in) karena pihak RS tempat saya melahirkan memang benar-benar pro IMD dan pro ASI. Saya berharap adiknya pun nanti bisa merasakan hal yang sama.
Bekerjasama dengan BPJS
Ini wajib ya, hehe. Soalnya saya dan suami memang hanya mengandalkan BPJS untuk biaya persalinan. Ada sih tabungan tapi itu disiapkan untuk kebutuhan lain yang benar-benar mendesak. Kalau untuk persalinan kan ada BPJS yang tanggung.
Ngapain juga punya BPJS lalu tidak dimanfaatkan sementara tiap bulan gaji suami dipotong untuk iuran BPJS (apalagi dengan tarif BPJS sekarang yang meningkat dua kali lipat).
Jujur saja waktu melahirkan Zhafran saya dan suami sangat terbantu dengan adanya BPJS. Kami nyaris tidak mengeluarkan uang sepersen pun untuk biaya persalinan maupun biaya nginap di ruangan kelas 1. Biaya yang keluar pun tidak sampai 100k karena pas mau dijahit dokternya menawarkan saya mau dijahit dengan benang jahitan yang ditanggung BPJS atau tidak. Ya saya pilihnya benang yang kualitasnya lebih bagus dong, jadi hanya benang jahitan saya yang tidak ditanggung BPJS.
Jarak dari Rumah ke Rumah Sakit
Last but not least, masalah jarak juga perlu jadi bahan pertimbangan. Kalau bisa jarak dari rumah ke rumah sakit yang kita tuju tidak menempuh perjalanan sampai lewat dari 60 menit. Lebih dekat malah lebih bagus lagi. Mau ke rumah sakit juga sebaiknya jangan terburu-buru. Pastikan kita sudah mengalami kontraksi yang kuat dan intens atau dengan jarak kontraksi 5-1-1 baru meluncur.
Pasalnya kalau terburu-buru ke rumah sakit, kita bisa disuruh pulang kembali kalau pembukaan masih satu atau dua gitu. Atau konsekuensinya kalau terlalu cepat ke rumah sakit, kita tidak bisa bebas bergerak dan menikmati terjangan gelombang cinta.
Itulah beberapa pertimbangan saya dalam memilih rumah sakit untuk bersalin. Kalau pertimbangan kamu seperti apa? Kurang lebih sama ya?
Oke, baik sekarang waktunya saya membocorkan rumah sakit yang menjadi tempat saya menjalani persalinan kedua nanti. In syaa Allaah masih di RSIA Ananda Makassar. Saya masih belum bisa move on dari RSIA tersebut apalagi sama dokternya, hehe
Lha baru Zhafran gimana kalau Bundanya melahirkan di Makassar? Siapa yang jagain? Ini juga keputusan yang berat sih tapi mau bagaimana lagi. Saya terpaksa harus berpisah sementara dulu dengan si kakak. Rencana si kakak akan dititipkan di rumah neneknya, di Parepare. In syaa Allaah di sana dia aman dan banyak juga yang jagain jadi saya nggak perlu terlalu khawatir. Berpisahnya saja sih yang berat, hiks.
Mohon doanya ya semoga persalinan kedua saya nanti berjalan lancar😊
Salam,
31 komentar untuk "Pertimbangan Memilih Rumah Sakit untuk Bersalin"
Akhirnya milih RS yang jauh banget dari rumah, tapi karena emang sesar jadi nggak jadi masalah sih, palingan rempong pas urus ari-arinya :)
Btw semoga lahirannya lancar nanti ya :)
Dan tentu saat melahirkan si ibu harus merasa nyaman tanpa was-was agar ia fokus ketika berada diruang operasi nanti.
Dokter dan para perawat yang ramah, pasti akan terasa rileks.
Apalagi jika rumah sakit bersalin tersebut sudah bekerja sama dengan BPJS, biaya terbantu dong pastinya ya mba.
Dan semoga persalinan nya nanti lancar ya mba
Ibu sehat bayi selamat
Aku dulu inget banget pernah dipesenin sama Papa mertua kalau lahiran, pilih Rumah Sakit yang paling sreg di hati. Karena bikin sang Ibu merasa tenang dan kuat saat melahirkan.
Bismillah...
Semoga Allah menjaga kaka yaa...
Iyaah, saya pernah dengar tu cerita teman yg pakai kacamata itu katanya selalunya berakhir dengan SC, padahal kalau masih bisa diusahakan normal kan bisa.
Jarak juga jadi hal yg wajib dipertimbangkan emang.
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.