Agar Resolusi 2021 Bukan Sekadar Wacana

Sudah memasuki bulan keempat, apa kabar resolusi 2021? Bagaimana progress-nya? Apakah sudah ada target yang terpenuhi atau masih sebatas wacana?


Wah saya malah belum menuliskan resolusi 2021 secara umum di Kamar Kenangan ini. Yang sempat saya tuliskan baru sebatas target blogging saja.

Kalau kamu sempat membaca postingan saya terkait perlukah membuat resolusi kamu pasti tahu alasan mengapa saya tidak membuat resolusi di awal tahun.

Ya, saya memutuskan untuk tidak lagi ikut-ikutan membuat resolusi tahun baru. Bukan berarti saya nggak punya resolusi sama sekali.

Adanya perencanaan dalam hidup memang penting. Agar hidup lebih terarah, tidak berjalan seperti air yang mengalir. Namun untuk membuat resolusi tidak mesti di awal atau menjelang tahun baru, kan?

Kita bisa membuat resolusi kapan saja dan saya pikir tidak ada kata terlambat untuk menyusun target-target yang ingin dicapai untuk menjadi lebih baik ke depannya.

Resolusi 2021, menjadi pribadi yang lebih baik

Of course, setiap orang tentu ingin hidupnya dari hari ke hari, bulan berganti bulan dan tahun ke tahun selalu menjadi lebih baik, bukan malah sebaliknya.

Kalau tahun ini hidup saya tidak lebih baik dari tahun kemarin maka saya adalah orang yang merugi. 

Untuk memperbaiki kualitas hidup seharusnya saya bisa mengambil pelajaran dari tahun-tahun yang berlalu. Atau tidak perlu jauh-jauh, dalam empat bulan belakangan ini saja, apa yang sudah saya capai? 

Apakah ada peningkatan atau keadaan masih stagnan atau malah menurun dibanding bulan-bulan sebelumnya? Nah, ini yang pengen saya evaluasi. 

Setidaknya ada 5 hal yang ingin saya capai di 2021 untuk kehidupan yang lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Meningkatkan kualitas ibadah

Rasanya sedih banget melihat ibadah saya beberapa waktu ini belakangan ini menurun drastis. Shalat sekadar menggugurkan kewajiban, alquran jarang dijamah, sedekah pun tak rutin. Astaghfirullaah.

Saya merasa seperti mengalami futur yang sangat parah. Sejujurnya saat kondisi keimanan saya menurun sedemikian rupa saya butuh berada di lingkungan yang dapat mengembalikan jiwa ghirah saya untuk beribadah. 

Saya butuh berkumpul dengan sahabat-sahabat yang senantiasa mengingatkan dan mengajak saya melangkah di jalan kebaikan.
Saya rindu tarbiyah. 

Saya rindu saudari-saudari saya di lingkaran shalihah. Waktu telah membawa saya jauh dari mereka dan kini saya menyadari betapa pentingnya istiqomah dalam menuntut ilmu. Dan betapa berharganya memiliki saudara yang tak segan untuk mengingatkan dan menyemangati.

Untuk itu di tahun 2021 ini saya berharap bisa melanjutkan halaqah dan kembali menjalin ukhuwah yang begitu indah. 

Untuk target ibadah pun saya tidak lagi muluk-muluk. Nggak harus melakukan amal yang besar. Meski amalan kecil yang penting konsisten. Itu yang penting dan itu yang akan saya ikhtiarkan. In syaa Allaah.

Mampu mengatur waktu dengan baik

Manajemen waktu saya parah banget. Saya masih belum mampu mengatur waktu dengan baik. Waktu untuk Allah, untuk suami, anak-anak termasuk waktu untuk diri saya sendiri.

Akibatnya pekerjaan yang saya lakukan nggak ada yang beres. Saya juga sering kehilangan waktu akibat aktivitas yang sia-sia.

Honestly, waktu saya banyak terbuang ketika membuka smartphone. Kalau sudah buka gawai saya bisa sampai lupa waktu padahal kerjaannya cuma buka WA, buka FB, buka IG dan scroll sana sini. Unfaedah banget.

Yang tadinya niat buka HP buat nulis eh gara-gara keasyikan stalking tulisan yang seharusnya bisa beres dalam satu hari atau beberapa jam akhirnya baru kelar setelah berhari-hari.

Akibat tidak pandai mengatur waktu, quaility time saya bareng keluarga jadi berkurang. Makanya tekad saya tahun ini harus disiplin dengan waktu.

Mengelola emosi dengan baik

Saya merasa ada yang salah dengan kepribadian saya. Saya mudah sekali meledak, hanyak karena hal-hal kecil. Kalau sudah begitu si kakak sering kena sasaran.

Jika mengingat perlakukan saya ke anak-anak, saya merasa sedih dan bersalah. Mengapa saya tidak pandai mengontrol emosi dan melampiaskan kemarahan begitu saja.

Saya tidak tahu apakah tempramen saya ini ada hubungannya dengan innerchild atau tidak? Mungkin saya juga butuh konsultasi dengan tenaga profesional mengenai kondisi psikologis saya yang sepertinya bermasalah. 

Namun sebelum memutuskan untuk konsultasi saya sendiri harus punya tekad yang kuat dan mau belajar untuk mengontrol emosi.

Mengatur keuangan keluarga dengan lebih baik

Boleh dibilang saya termasuk tipe orang yang cuek banget dengan masalah keuangan. Setelah hidup rumah tangga pun begitu. 

Asal kebutuhan hidup saya tercukupi ya sudah. Saya juga nggak menuntut suami harus menyerahkan semua gajinya ke saya untuk saya kelola.

Nyatanya malah suami yang lebih pandai mengatur keuangan daripada istrinya ini. Nah, baru setahun belakangan ini pikiran saya terbuka mengenai finansial.

Belakangan ini juga jadi saya jadi tertarik dengan segala hal yang berkaitan dengan finansial dan mulai belajar bagaimana cara mengatur keuangan keluarga yang baik. 

Setidaknya saya yang sebelumnya hanya tahu menabung kini sudah paham pentingnya investasi dan menyisihkan penghasilan untuk dana darurat. 

Menaikkan berat badan

Di saat resolusi kebanyakan emak-emak menurunkan berat badan, saya malah sebaliknya. Rasanya pengen nangis kalau lihat badan saya di kaca kok kurus banget ya Allah.

Padahal waktu hamil si Kakak BB saya naik sampai 62 kg. Sekalinya brojol eh nyungsep ke angka 48 kg. Hamil adek BB naik lagi, tapi cuma sampai 58 kg kalau nggak salah.

Adik lahir BB emaknya terjun bebas lagi. Sekarang malah 45 kg pun nggak sampai. Apa saya harus hamil lagi biar BB naik, gitu? Haha.

Padahal makan saya banyak lho. Suka ngemil juga tapi emang dasar sih dari sononya saya kurus. Atau apa karena saya terlalu banyak pikiran ya? Entahlah, yang pasti target saya tahun ini BB bisa naik ke angka 50-an. Doakan ya manteman.

Agar Resolusi Bukan Sekadar Wacana

Setelah sukses membuat resolusi hal penting selanjutnya yang harus dilakukan adalah action.

Tentu kamu nggak mau kan target tahunan yang kamu pikirkan sepanjang siang dan malah berakhir menjadi wacana.

Untuk apa buat resolusi kalau tidak direalisasikan? Ya, mungkin ada sebagian orang yang berpikir membuat resolusi hanya sebuah kesia-siaan belaka. 

Pasalnya kalau berkaca dari pengalaman orang-orang yang rajin bikin resolusi setiap tahun, atau bahkan dari pengalaman pribadi sendiri, kebanyakan renacana yang sudah disusun sebaik mungkin hanya berakhir dengan kegagalan.

Setiap orang tentu punya pandangan berbeda terkait resolusi. Namun menurut saya pribadi tercapai atau tidaknya rencana tahunan yang kita susun, resolusi tetap penting.

Setidaknya dengan membuat resolusi, kita punya tekad untuk berproses menjadi lebih baik. Dengan demikian nantinya kita juga punya bahan untuk evaluasi.

Daripada tidak punya perencanaan sama sekali dan menjadi orang yang mudah ikut arus. Ingat, air itu mengalir dari atas ke bawah. Jadi jangan biarkan hidup kita mengalir seperti air.

Maka lebih baik punya resolusi agar hidup kita lebih terarah. Namanya juga baru perencanaan. Mungkin memang tidak semua terealisasi, namun paling tidak kita punya usaha untuk merealisasikannya.

Nah, berikut ini ada sedikit tips yang ingin saya bagikan ke teman-teman sekaligus jadi reminder juga bagi saya agar resolusi yang saya tuliskan di atas tidak berakhir dengan wacana.

Motivasi diri

Alasan utama mengapa resolusi wajib dituliskan, tidak sekadar diberitahukan ke orang-orang terdekat lewat lisan atau disimpan dalam otak adalah agar kita mudah mengingatnya.

Tulisan terkait resolusi yang ingin kita capai di tahun 2021 juga bisa jadi motivasi lho. Karena kita sudah menuliskannya sehingga resolusi yang kita bagikan lewat blog atau media sosial tentu diketahui oleh banyak orang.

Meski tidak ada yang menagihnya, paling tidak akan terselip di dada kita rasa malu bila resolusi yang dibuat tidak terwujud. 

Selain itu, sebelum menyusun resolusi kita juga seharusnya sudah punya motivasi dari dalam diri yang kuat.

Coba tanyakan pada diri, kenapa kamu membuat resolusi seperti itu dan kenapa kamu harus menjalaninya? Apa yang kamu harapkan dari resolusi tersebut?

Mendapat dukungan dari pasangan dan orang-orang terdekat juga dapat memotivasi. So, jangan malu untuk memgumbar resolusimu ke siapa pun, karena itu bukan aib.

Justru dengan membiarkan semua orang tahu resolusi atau target tahunan yang ingin kita capai akan mendorong kita untuk membuktikan bahwa target yang kita tuliskan bisa kita capai, tentunya dengan izin Allah.

Fokus pada resolusi yang sudah dibuat

Jika berbicara mengenai keinginan tentu nggak bakal ada habisnya. Kita selalu punya keinginan-keinginan yang ingin dicapai. Namun tidak semua keinginan tersebut harus kita masukkan dalam daftarresolusi.

Tahu nggak kenapa kita sering gagal mewujudkan resolusi? Itu karena terlalu banyak target yang kita buat sehingga kita bingung sendiri dan akhirnya nggak fokus. 

Padahal untuk mencapai sebuah tujuan kita harus fokus. Oleh sebab itu tidak perlu menuliskan banyak target. Tak mengapa kalau kamu hanya memiliki satu atau dua target besar  di tahun ini karena yang terpenting dari membuat perencanaan hidup adalah bisa fokus dan merealisasikannya.

Contoh nih, salah satu target terbesar saya tahun ini adalah mengatur keuangan keluarga  dengan lebih baik. Itu artinya, saya harus fokus dalam mengelola keuangan. Mulai dari rutin mencatat pemasukan dan pengeluaran lalu mengalokasikan ke pos-pos keuangan dengan menerapkan aturan 10-20-30-40 dan lain sebagainya.

Buatlah resolusi yang spesifik dan realistis

Agar resolusi mudah tercapai maka harus  dibuat sespesifik dan serealistis mungkin. Kalau saya hanya menuliskan resolusi tahun ini ingin jadi lebih baik, sudah pasti saya sendiri yang akan bingung mewujudkannya.

Pasalnya saya mau jadi baik dalam hal apa dulu nih. Kalau mau dijabarkan lagi resolusi menjadi lebih baik akan sangat luas. Makanya idealnya resolusi itu harus dibuat sedetail mungkin.

Namun saya memang sengaja tidak menuliskan daftar resolusi saya dengan rinci di Kamar Kenangan ini. Saya hanya menuliskan lima poin yang menjadi target besar saya di tahun ini demi bisa menjadi pribadi yang lebih baik, yakni dalam hal ibadah, waktu, keuangan, kemampuan mengelola emosi dan menaikkan berat badan.

Lantas bagaimana membuat resolusi tersebut menjadi spesifik dan realistis?

Nah, di sini saya bakal kasih contoh ya. Salah satu resolusi saya tahun ini adalah menaikkan BB. Agar spesifik dan realistis saya juga harus menentukan berapa BB yang ingin saya capai dan berapa lama waktu yang saya butuhkan. Misal, saya ingin mencapai BB 50 kg dalam jangka waktu setengah tahun. 

Perlahan tapi kontiniu

Seperti yang sudah saya singgung di atas, Jika sudah menyusun resolusi secara spesifik dan realistis, maka langkah penting selanjutnya adalah aksi. Mulai dengan perlahan namun pasti. 

Masih dengan contoh resolusi yang sama, ingin menaikkan berat badan maka untuk mewujudkannya saya bisa mulai dengan hal-hal yang kecil. 

Misal dengan rajin minum susu, makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, menjaga pikiran agar tidak stres dan sebagainya.

Termasuk dalam hal ibadah pun demikian. Tidak perlu memaksakan diri untuk langsung melakukan amalan yang besar. Akan lebih baik mulai dari hal yang kecil tapi kita bisa istiqomah daripada melakukan amalan yang besar, tetapi semangat hanya di awal saja.

Apresiasi

Terakhir, kalau kamu sukses mencapai target yang sudah kamu buat, yuk apresiasi! Beri reward atau hadiah pada dirimu karena kamu sudah berhasil mewujudkan resolusimu.

Cukup dengan melakukan hal yang sederhana saja seperti membeli makanan favoritmu atau membeli satu barang yang kamu inginkan, atau pergi berlibur dengan orang terdekatmu.

Efek dari memberikan apresiasi pada diri sendiri tentu akan membuat kamu lebih semangat menjalankan resolusi di tahun-tahun berikutnya.

Well itu dia ulasan mengenali lima target besar saya lengkap dengan tips jitu agar resolusi 2021 bukan sekadar wacana. Semoga bermanfaat dan menginspirasi ya.

Salam,


Posting Komentar untuk "Agar Resolusi 2021 Bukan Sekadar Wacana"